Ada pihak yang bekerja demi keridhaan Al-Masih Ad-Dajjal dan demi menyambut kehadirannya. Usaha pihak tersebut tampaknya sedemikian sistematis sehingga mereka berani mengumumkan sudah kuatnya cengkeraman global mereka atas dunia modern. Inilah yang disebut Ahmad Thomson dengan istilah “Sistem Dajjal”. Sistemnya sudah terbentuk, tinggal menanti keluarnya sang oknum “Si Mata Tunggal” Al-Masih Ad-Dajjal. Begitu muncul dia akan langsung dinobatkan sebagai pucuk pimpinan dari Sistem Dajjal.
***
Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad
shollallahu ‘alahi wa sallam menjelaskan bahwa salah satu ciri khas
Ad-Dajjal ialah bermata sebelah. Artinya, ia memiliki dua mata namun
hanya sebelah yang berfungsi, sedangkan yang sebelahnya lagi cacat. Oleh
karenanya di era kepemimpinan kaum kuffar dewasa ini para penguasa
global dunia mensosialisasikan sebuah gambar atau logo “mata tunggal”
yang diletakkan di atas gambar piramida. Piramida tersebut
merepresentasikan apa yang mereka sebut sebagai The New World Order alias Novus Ordo Seclorum alias
Sistem Dajjal. Sebuah sistem penuh fitnah yang mereka desain untuk
mempersiapkan keluarnya “rabb kaum kafir” yaitu Ad-Dajjal.
Mereka bernafsu menjadikan segenap umat
manusia berada di bawah pengendalian Novus Ordo Seclorum (Tatanan Dunia
Baru) atau Sistem Dajjal yang mereka bangun. Sebuah sistem yang
berlandaskan “Dajjalic Values” (nilai-nilai Dajjal kafir) yang secara
diameteral bertentangan dengan nilai-nilai Rabbani (Allah) dan Nabawi
(Ar-Rasul), Dienullah Al-Islam.
Kita yang lahir di zaman modern ini
mendapati suatu dunia yang sangat berbeda dengan gambaran dunia di zaman
Nabi Muhammad shollallahu ‘alahi wa sallam dan para sahabat. Kita
meyakini –berdasarkan hadits- bahwa zaman mereka waktu itu merupakan
“khairul-qarn” (masa terbaik dari sejarah Ummat Islam).
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ قَالَ عِمْرَانُ فَمَا أَدْرِي قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ قَوْلِهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا ثُمَّ يَكُونُ بَعْدَهُمْ قَوْمٌ يَشْهَدُونَ وَلَا يُسْتَشْهَدُونَ وَيَخُونُونَ وَلَا يُؤْتَمَنُونَ وَيَنْذُرُونَ وَلَا يَفُونَ وَيَظْهَرُ فِيهِمْ السِّمَنُ
Artinya : Sebaik-baik kalian adalah orang yang hidup pada masaku (periode para Sahabat), kemudian orang-orang pada masa berikutnya (Tabi’in), kemudian orang-orang pada masa berikutnya (Tabi’ut Tabi’in).” ‘Imran berkata; ‘Saya tidak tahu apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan ‘orang-orang sesudah masa beliau’ dua atau tiga kali.’ “Setelah itu akan datang orang-orang yang memberikan kesaksian padahal mereka tidak dimintai kesaksian, mereka berkhianat dan tidak dapat dipercaya, mereka bernadzar namun tidak meIaksanakannya dan diantara mereka tampak gemuk.” [HR Bukhari – shahih]
Di masa generasi terbaik itu, Islam
tampil dalam wujud masyarakat yang beribadah secara penuh dan utuh
kepada Allah subhaanahu wa ta’aala. Penghambaan kepada Allah berlangsung
pada segenap sendi kehidupan. Orang yang menyimpang saat itu memang
memilih untuk menyimpang. Ia telah tertipu syetan karena kemauannya
sendiri padahal sesungguhnya kebenaran sudah wujud di depan mata.
Kepemimpinan yang adil berdasarkan
tuntunan dan petunjuk Allah diawali oleh Nabi Muhammad shollallahu
‘alahi wa sallam yang diikuti oleh para sahabat utama yang dijuluki
Al-Khulafa Ar-Rasyidin. Sesudah itu muncullah para مُلْكًا عَاضًّا
“raja yang menggigit” namun secara umum masih tetap berkomitmen untuk
mengembalikan segenap perselisihan kepada Allah (Al-Qur’an) dan Ar-Rasul
(As-Sunnah).
Kepemimpinan yang mengembalikan urusan
kepada Allah (Al-Qur’an) dan Ar-Rasul (As-Sunnah) merupakan kepemimpinan
“ulil amri minkum” sebagaimana digariskan Allah subhaanahu wa ta’aala.
Kepemimpinan ulil amri minkum mengalami penurunan kualitas seiring
semakin jauhnya jarak dengan masa generasi terbaik ummat Islam (Nabi dan
para sahabat).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.” [QS. An-Nisa : 59]
Nabi Muhammad shollallahu ‘alahi wa
sallam menyebutkan bahwa ringkasan sejarah ummat Islam terdiri dari lima
babak sampai menjelang datangnya hari Kiamat. Dan dunia modern dewasa
ini berada di babak keempat yaitu babak مُلْكًا جَبْرِيَّا
(kepemimpinan para penguasa yang memaksakan kehendak mereka) sekaligus
mengabaikan kehendak Allah dan Rasul-Nya. Inilah babak paling kelam
dalam sejarah ummat Islam.
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّا فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
Artinya : Babak (1) kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang babak (2) Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian, selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, kemudian datang babak (3) Raja-raja yang Menggigit selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, selanjutnya datang babak (4) Para penguasa yang memaksakan kehendak (diktator) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, setelah itu akan terulang kembali babak (5) Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian. Kemudian Rasul shollallahu ‘alahi wa sallam terdiam.” [HR. Ahmad - shahih]
Di babak keempat inilah Allah taqdirkan
ummat Islam menjadi laksana anak-anak ayam kehilangan induk atau
anak-anak yatim kehilangan ayah. Tidak ada khalifah seperti pada babak
“raja menggigit” atau pemimpin sekaliber “khulafa rasyidin”. Dan tidak
ada “Nabi” yang memimpin umat. Tidak ada kepemimpinan ulil amri minkum
yang mengembalikan urusan kepada Allah (Al-Qur’an) dan Ar-Rasul
(As-Sunnah) yang dapat umat taati sehingga selamat dunia-akhirat. Para
pemimpin di babak keempat menyesatkan manusia dari jalan yang benar.
Para pemimpin di babak keempat zaman modern ini menyerupai sosok thaghut
seperti Fir’aun. Seorang pemimpin yang bukan mengajak rakyat yang
dipimpinnya menuju keridhaan dan surga Allah subhaanahu wa ta’aala.
Malah menjerumuskan mereka menuju murka dan neraka Allah di akhirat
kelak.
فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لا يُنْصَرُون
Artinya : Maka Kami hukumlah Firaun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong.” [QS. Al-Qashshash 40-41]
Sesudah dunia menikmati the Islamic
Civilization (pada tiga babak pertama) selama hampir 14 abad, kemudian
Allah berkehendak memindahkan tongkat estafet kepemimpinan dunia (global leadership) dari umat Islam kepada masyarakat barat (kaum yahudi dan nasrani) yang tidak berpandukan dienullah
Al-Islam. Ummat Islam menghadapi fitnah-fitnah (ujian-ujian) yang
sangat berat. Dan berlakulah prediksi Nabi Muhammad shollallahu ‘alahi
wa sallam yang telah disampaikan di hadapan para sahabat limabelas abad
yang lalu:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْشِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّلَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Artinya : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak sekalipun kalian pasti akan mengikuti mereka.” Kami bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi kalau bukan mereka?” [HR. Muslim – 4822]
Kondisi dimana ummat Islam tidak memiliki
pemimpin yang mengajak untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya telah Allah
peringatkan di dalam Kitabullah Al-Qur’an. Peringatan tersebut dalam
bentuk penyesalan yang sangat mengerikan saat sudah berada di dalam azab
Allah subhaanahu wa ta’aala, neraka yang menyala-nyala.
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ
وَأَطَعْنَا الرَّسُولا وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلا
رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
Artinya : Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata: “Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”. [QS. Al-Ahzab 66-68]
Inilah yang mereka sebut sebagai The New
World Order alias Novus Ordo Seclorum alias Sistem Dajjal… Sebuah
sistem penuh fitnah yang didesain untuk mempersiapkan keluarnya “rabb
kaum kafir” yaitu Ad-Dajjal.
Novus Ordo Seclorum alias Sistem Dajjal
merupakan peradaban dunia modern hari ini di bawah kepemimpinan kaum
kuffar. Mereka berusaha mewujudkan sebuah Tatanan Dunia Baru menuju One
Global Society and Government. Sistem Dajjal bukan bermaksud mengajak
masyarakat dunia menuju keridhaan dan surga Allah subhaanahu wa ta’aala.
Malah menjerumuskan penduduk dunia menuju murka dan neraka Allah di
akhirat kelak.
Sistem Dajjal bermaksud menjadikan
penduduk dunia bergantung kepada mereka bukan kepada Rabb langit dan
bumi, Allah subhaanahu wa ta’aala. Dan pada akhirnya Sistem Dajjal
mengantarkan manusia untuk menghamba kepada ilah gadungan, Al-Masih
Ad-Dajjal, dan bukan menghamba kepada ilah sebenarnya, Allah subhaanahu
wa ta’aala. Wa na’udzubillaahi min dzaalika..!
(fq/bolehjadikiamatsudahdekat)
إرسال تعليق