Sesatkah Aliran Tasawuf (Sufisme) ?


Kita telah mengetahui bahwasanya Tasawuf ini bukanlah ajaran Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan bukan pula ilmu warisan dari Ali bin Abi Thalib Radiyallahu anhu, maka dari manakah ajaran Tasawuf ini ?

Asy Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir rahimahullah berkata: Tatkala kita telusuri ajaran Sufi periode pertama dan terakhir, dan juga perkataan-perkataan mereka baik yang keluar dari lisan atau pun yang terdapat di dalam buku-buku terdahulu dan terkini mereka, maka sangat berbeda dengan ajaran Al Qur'an dan As Sunnah.

Dan kita tidak pernah melihat asal usul ajaran Sufi ini di dalam sejarah pemimpin umat manusia Muhammad Shallallahu alaihi wassalam , dan juga dalam sejarah para shahabatnya yang mulia, serta makhluk-makhluk pilihan Allah Ta'ala di alam semesta ini. Bahkan sebaliknya, kita melihat bahwa ajaran Sufi ini diambil dan diwarisi dari kerahiban Nashrani, Brahma Hindu, ibadah Yahudi dan zuhud Buddha. (At Tashawwuf Al Mansya' Wal Mashadir, hal. 28). [1]

Asy Syaikh Abdurrahman Al Wakil rahimahullah berkata:

Sesungguhnya Tasawuf merupakan tipu daya syaithan yang paling tercela lagi hina, untuk menggiring hamba-hamba Allah Ta'ala di dalam memerangi Allah Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wassalam. Sesungguhnya ia (Tasawuf) merupakan topeng bagi Majusi agar tampak sebagai seorang Rabbani, bahkan ia sebagai topeng bagi setiap musuh (Sufi) di dalam memerangi agama yang benar ini. Periksalah ajarannya ! niscaya engkau akan mendapati padanya ajaran Brahma (Hindu), Buddha, Zaradisytiyyah, Manawiyyah, Dishaniyyah, Aplatoniyyah, Ghanushiyyah, Yahudi, Nashrani, dan Berhalaisme Jahiliyyah.(Muqaddimah kitab Mashra'ut Tashawwuf, hal. 19). [2]

A.Beberapa Bukti Kesesatan Ajaran Tasawuf:

1. Al Hallaj seorang dedengkot sufi, berkata :
Kemudian Dia (Allah) menampakkan diri kepada makhluk-Nya dalam bentuk orang makan dan minum.(Dinukil dari Firaq Mua'shirah, karya Dr. Ghalib bin Ali Iwaji, juz 2 hal.600).
Padahal Allah Ta'ala telah berfirman :

Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Asy Syuura : 11)

Berkatalah Musa : Wahai Rabbku nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat-Mu. Allah berfirman : Kamu sekali-kali tidak akan sanggup melihat-Ku (yakni di dunia-pen)……… (Al A'raaf : 143).


2. Ibnu Arabi, tokoh sufi lainnya, berkata:
Sesungguhnya seseorang ketika menyetubuhi istrinya tidak lain (ketika itu) ia menyetubuhi Allah ! (Fushushul Hikam).[3] Betapa kufurnya kata-kata ini …, tidakkah

orang-orang Sufi sadar akan kesesatan gembongnya ini ?!

3. Ibnu Arabi juga berkata :
 Maka Allah memujiku dan aku pun memuji-Nya, dan Dia menyembahku dan aku pun menyembah-Nya. (Al Futuhat Al Makkiyyah).[4]

Padahal Allah Ta'ala telah berfirman :

Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.(Adz Dzariyat : 56).

Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Allah Yang Maha Pemurah dalam keadaan sebagai hamba.(Maryam : 93).

4. Jalaluddin Ar Rumi, seorang tokoh sufi yang kondang berkata :
Aku seorang muslim, tapi aku juga seorang Nashrani, Brahmawi, dan Zaradasyti, bagiku tempat ibadah sama … masjid, gereja, atau tempat berhala-berhala. [5]

Padahal Allah Ta'ala berfirman :

Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi. (Ali Imran : 85)

5. Tingkatan dalam sufisme
Pembagian ilmu menjadi Syari'at dan Hakikat, yang mana bila seseorang telah sampai pada tingkatan hakikat berarti ia telah mencapai martabat keyakinan yang tinggi kepada Allah Ta'ala, oleh karena itu gugurlah baginya segala kewajiban dan larangan dalam agama ini.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :

Tidak diragukan lagi oleh ahlul ilmi dan iman bahwasanya perkataan tersebut termasuk sebesar-besar kekafiran dan yang paling berat. Ia lebih jahat dari perkataan Yahudi dan Nashrani, karena Yahudi dan Nashrani beriman dengan sebagian dari isi Al Kitab dan kafir dengan sebagiannya, sedangkan mereka adalah orang-orang kafir yang sesungguhnya (karena mereka berkeyakinan dengan sampainya kepada martabat hakikat, tidak lagi terkait dengan kewajiban dan larangan dalam agama ini, pen). (Majmu' Fatawa, juz 11 hal. 401).

6. Dzikirnya sufi
Dzikirnya orang-orang awam adalah La Illaha Illallah, sedangkan dzikirnya orang-orang khusus dan paling khusus / Allah, / Huu, dan / Aah saja.

Padahal Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam

bersabda :

Sebaik-baik dzikir adalah La Illaha Illallah . (H.R. Tirmidzi, dari shahabat Jabir bin Abdullah Radiyallahu anhu, dihasankan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jami', no. 1104).[6]

Syaikhul Islam rahimahullah berkata : Dan barangsiapa yang beranggapan bahwa La Illaha Illallah dzikirnya orang awam, sedangkan dzikirnya orang-orang khusus dan paling khusus adalah / Huu, maka ia seorang yang sesat dan menyesatkan. (Risalah Al Ubudiyah, hal. 117-118, dinukil dari Haqiqatut Tashawwuf, hal. 13)

7.Sufi dan ilmu ghaib
Keyakinan bahwa orang-orang Sufi mempunyai ilmu Kasyaf (dapat menyingkap hal-hal yang tersembunyi) dan ilmu ghaib. Allah Ta'ala dustakan mereka dalam firman-Nya:

Katakanlah tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui hal-hal yang ghaib kecuali Allah. (An Naml : 65)

8. Keyakinan sufi terhadap pembentukan Rasulullah
Keyakinan bahwa Allah Ta'ala menciptakan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam dari nuur / cahaya-Nya, dan Allah Ta'ala ciptakan segala sesuatu dari cahaya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam.

Padahal Allah Ta'ala berfirman :

Katakanlah (Wahai Muhammad), sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku … (Al Kahfi : 110).

(Ingatlah) ketika Rabbmu berfirman kepada para Malaikat : Sesungguhnya Aku akan ciptakan manusia dari tanah liat. (Shaad : 71)

Wallahu A'lam Bish Shawab

B.Hadits-hadits palsu atau lemah yang tersebar di kalangan umat:

Hadits Abu Umamah

Pakailah pakaian yang terbuat dari bulu domba, niscaya akan kalian rasakan manisnya keimanan di hati kalian(HR Al Baihaqi dlm Syu'abul Iman).

Keterangan : Hadits ini palsu karena di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Muhammad bin Yunus Al Kadimy. Dia seorang pemalsu hadits, Al Imam Ibnu Hibban berkata : Dia telah memalsukan kira-kira lebih dari dua ribu hadits. (Lihat Silsilah Al Ahadits Adh Dhoifah Wal Maudhu'ah, no:90)

Footnote :

[1][2] Dinukil dari kitab Haqiqatut Tashawwuf karya Asy Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan, hal.7

[3][4][5] Dinukil dari kitab Ash Shufiyyah Fii Mizanil Kitabi Was Sunnah karya Asy Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, hal. 24-25.

[6] Lihat kitab Fiqhul Ad Iyati Wal Adzkar, karya Asy Syaikh Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr, hal. 173.

(Dikutip dari Buletin Islam Al Ilmu Edisi 46/III/I2/1425, diterbitkan Yayasan As Salafy Jember. Judul asli "Hakekat Tasawuf dan Sufi". Penulis Al Ustadz Ruwaifi' bin Sulaimi, Lc. Dikirim oleh al Al Akh Ibn Harun via email.)

http://www.mail-archive.com/keluarga-sejahtera@yahoogroups.com/msg00480.html

Tulisan di atas dibuat berdasarkan artikel "PERBEDAAN POKOK ANTARA ISLAM DAN TASAWUF" dari al-islam.or.id

2 Komentar

  1. waduh...jgn malu2in Lc nya dnk...
    ngaji! ngaji! ngaji!
    ibadallah!

    BalasHapus
    Balasan
    1. kadang yg mengatakan sesat belum tentu lurus bahkn bisa diatas sesat

      Hapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama