Mewaspadai Bahaya Freemasonry
Judul ini rasanya tidak berlebihan karena berdasarkan berbagai
referensi maupun buku yang saya baca, banyak sekali kejadian di dunia
ini yang bahkan berdampak pada perubahan sejarah peradaban manusia, yang
terkait dengan mereka, seperti Revolusi Perancis, Kemerdekaan Amerika
Serikat, dan berdirinya negara Israel di kawasan Timur Tengah.
Kali ini saya memposting artikel yang akan membuat kita mengenal lebih mendalam tentang organisasi persaudaraan rahasia kaum Yahudi ini, karena gerakan mereka hingga kini masih terus berjalan, bahkan kian agresif, untuk segera merealisasikan cita-cita pembentukan The New World Order atau Tatanan Dunia Baru
atau Novus Ordo Seclorum dimana mereka dan Israel sebagai pemegang
kendali utama atas dunia dengan cara, antara lain, mendirikan kembali
Haikal Sulaiman, membuat kekacauan dimana-mana, dan menciptakan perang
semesta atau perang akhir zaman yang akrab disebut perang Armageddon.
Sekitar 14 abad lalu, ketika Nabi Muhaammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menerima wahyu yang kemudian dicatatkan oleh para sahabat sebagai mushaf Kitab Suci Al Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta'ala
telah mengingatkan manusia tentang watak kaum bani Israil alias bangsa
Yahudi. Dalam Al Qur’an surah Al Isra 17 ayat 4, Allah berfirman;
“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu:
“Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali, dan
pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.”
Data postingan ini saya olah dari berbagai sumber, termasuk dari Konspirasi.com.
Sejarah berdirinya Freemasonry berawal dari Perang Salib pada abad ke-12 yang dicetuskan oleh salah seorang petinggi Vatikan bernama Paus Urbanus II dan seorang pendeta bernama Peter the Hermit
(Peter si Pertapa) untuk merebut kembali Palestina dan kota suci
Yerusalem yang dikuasai Dinasti Seljuk yang notabene merupakan umat
Muslim, berdasarkan Perjanjian Aelia antara Khalifah
Umar dengan Partiarch Yerusalem Uskup Agung Sophronius yang mewakili
Gereja Katolik Romawi Bizantium (Timur). Paus Urbanus II mengobarkan
Perang Salib karena ketika itu di Vatikan sedang terjadi persaingan
untuk merebut tahta kepausan, sehingga banyak ahli sejarah meyakini,
Paus Urbanus II melakukan hal ini untuk menarik simpati umat Kristen
Katolik. Sementara Peter si Pertapa, menurut Rizki
Ridyasmara dalam buku Knight Templar, Knight of Christ yang ditulisnya
menyebut, ikut mengobarkan Perang Salib karena dipengaruhi Ordo Kabbalah, salah satu organiasi rahasia Yahudi yang telah eksis saat itu.
Ajakan Paus Urbanus II dan Peter si
Pertapa disambut hangat oleh umat Kristen di Eropa, karena sesungguhnya
penyerahan Palestina oleh Uskup Agung Sophronius
menimbulkan kemarahan luar biasa bagi kalangan Gereja Katolik Romawi
Barat, sehingga sejak penyerahan dilakukan, mereka telah menyimpan
dendam terhadap umat Muslim, dan bertekad akan merebutnya kembali suatu
saat. Apalagi karena mereka menganggap, bahwa Yerusalem merupakan kota suci umat Kristen, bukan umat Islam.
Perang Salib pun pecah. Perang ini
digambarkan termasuk perang paling sadis dalam sejarah manusia, karena
para Pejuang Salib yang dipimpin Godefroy de Bouillon
dan terdiri dari 20.000 prajurit terlatih serta 20.000 preman dan
penjahat di kawasan benua Eropa yang diterjunkan, tak segan-segan
melakukan apa saja untuk merebut kembali Palestina dan Yerusalem yang
penguasaannya telah beralih dari Dinasti Seljuk ke Dinasti Fathimiyah.
Sambil menyanyikan lagu-lagu pujian, mereka membanjiri jalan-jalan
Yerusalem, membongkar tenda-tenda, mendobrak pintu-pintu rumah, membakar
masjid, dan membantai semua manusia yang ditemui, baik laki-laki maupun
perempuan, anak-anak maupun orang dewasa. Dinasti Fathimiyah tak
berdaya karena kalah dalam jumlah tentara. Penduduk yang panik banyak
yang berlarian menuju Masjid Al Aqsa dengan harapan dapat aman di situ,
namun mereka keliru. Pejuang Salib mengejar mereka ke sana dan
membantainya tanpa sisa.
Dalam laporannya kepada Paus Urbanus II, salah seorang pemimpin pasukan Salib menulis begini ; "Jika
Paduka ingin mendengar bagaimana kami memperlakukan musuh-musuh kita di
Yerusalem, ketahuilah, di Portico dan Haikal Sulaiman, kami berkuda di
atas darah najis kaum Saracen (Muslim), yang tinggi genangannya itu
mencapai lutut kuda-kuda kami".
Pada 1099, Yarusalem jatuh ke tangan
Pejuang Salib, dan Baldwin I yang merupakan adik kandung Godefroy de
Bouillon, diangkat sebagai raja di Yerusalem.
Sekitar dua puluh tahun kemudian, atau tepatnya pada 1118, seorang bangsawan dari Champagne, Perancis, bernama Hugues de Payens,
mendatangi King Baldwin I bersama delapan rekannya, dan menawarkan diri
untuk menjadi petugas keamanan bagi masyarakat dari seluruh daratan
Eropa yang kala itu, sejak Yerusalem jatuh ke tangan pejuang Salib,
berbondong-bondong datang ke kota suci itu untuk berziarah. King Baldwin
I menerima tawaran tersebut, dan memberinya markas di sayap kiri istana
untuk orang-orang yang menyebut dirinya sebagai Order of The Poor
Knights of Christ and of The Temple of Salomon (Ordo Ksatria Miskin
Pembela Kristen dan Kuil Sulaiman) itu.
Menurut penelitian Lynn Picknett dan
Olivia Prince, Hughues de Payens dan kedelapan Ksatria Templar
sebenarnya merupakan anggota Gereja Yohanit, gereja yang mengakui
Yohanes Pembaptis sebagai Kristus, bukan Yesus. Mereka mengaku sebagai Order of The Poor Knights of Christ and of The Temple of Salomon
untuk menutupi maksud dari tujuan mereka yang sebenarnya ke Yerusalem.
Terbukti, berdasarkan penelitian yang dilakukan pada abad ke-19,
sejumlah peneliti, di antaranya Charles Wilson, menemukan jejak-jejak
bekas penggalian dan eskavasi di bawah pondasi Kuil Sulaiman yang berada
persis di atas kamar-kamar yang diberikan King Baldwin I di sayap kiri
istana sebagai markas bagi para Templar. Bukti yang menguatkan bahwa
memang Templar yang melakukan penggalian, diketahui berdasarkan bentuk
alat-alat penggalian dan peninggalan arkeologis yang ditemukan, yang
mengarah pada ordo ini. Bukti-bukti itu kini menjadi koleksi Robert
Byrdon, seorang kolektor yang telah banyak mengoleksi benda-benda yang
terkait dengan Templar.
Penemuan ini menguatkan dugaan, bahwa
selama berpura-pura menjadi petugas keamanan bagi para peziarah, Templar
mencari sesuatu di reruntuhan Kuil Sulaiman. Bahkan sejarawan Perancis
Ghaetan de Laforge mengatakan, misi Templar yang sebenarnya selama di
Yerusalem adalah melakukan penyelidikan untuk mendapatkan berbagai
barang peninggalan dan naskah yang berisi intisari dari tradisi-tradisi
rahasia Yahudi dan Mesir Kuno. Peninggalan dimaksud di antaranya berupa
harta karun dan Tabut Suci yang dianggap sebagai benda paling sakral, sekaligus sebagai lambang kejayaan bangsa Yahudi.
Tabut Suci terbuat dari kayu akasia
berlapis ukiran dari emas pada bagian luar dan dalamnya. Benda ini
memiliki panjang 44 inchi, lebar 26 inchi dan tinggi 26 inchi.
Penutupnya dihiasi replika berbentuk malaikat Serubin (Cherub)
dalam posisi berhadap-hadapan. Selain menjadi tempat penyimpanan
benda-benda keramat berupa cawan emas, tongkat Nabi Harun as, dan naskah
Taurat asli yang diterima Nabi Musa as dari Allah Subhanahu wa Ta'ala
di Bukit Sinai, benda itu juga berfungsi sebagai
penjaga bangsa Yahudi kala malam hari, baik dari kegelapan maupun dari
gangguan bintang buas dan para penjahat, karena jika malam, Tabut itu
mengeluarkan tiang api yang menerangi lokasi dimana umat Nabi Musa as
itu berada.
Pada 587 SM, ketika Yerusalem diserang
dan Haikal Sulaiman dihancurkan bangsa Babylonia di bawah pimpinan Raja
Nebukadnezar II, Tabut itu hilang, dan bangsa Yahudi ingin menemukannya
kembali. Namun, pencarian Templar agaknya gagal mendapatkan benda
keramat tersebut, karena hingga kini pun bangsa Yahudi masih terus
mencarinya, termasuk dengan melakukan penggalian di lahan Haram al-Syarif, Palestina, dimana masjid Al Aqsa dan Dome of The Rock berada. Pasalnya, di atas lahan itulah dulu Haikal Sulaiman berdiri.
Dan juga untuk diketahui, dalam Al
Qur'an pun, seperti dalam surah An Naml, Allah menjelaskan, bahwa
kerajaan Nabi Sulaiman merupakan kerajaan termegah pada zamannya, pada
960 M. Istana Nabi Sulaiman atau Haikal Sulaiman
memiliki gaya arsitektur yang sangat luar biasa yang tak ada di
istana-istana lainnya pada masa itu, serta dilengkapi dengan berbagai
karya seni berkualitas tinggi dan benda-benda berharga. Jalan masuknya
terbuat dari kaca. Kemegahan Haikal Sulaiman itu membuat Ratu Balqis
terpesona dan mengakui keagungan Allah, serta masuk Islam.
Selain itu, mukjizat berupa kemampuan
berkomunikasi dengan hewan dan memerintah makhluk gaib seperti jin yang
diberikan Allah kepada Nabi Sulaiman, juga membuat Nabi ini bergelimang
harta kekayaan. Harta itu di antaranya ada yang berasal dari dasar laut
yang diambil oleh jin yang diperintah Nabi Sulaiman.
Para peneliti percaya, setelah melakukan
penggalian, kecuali Tabut, Templar menemukan apa yang dicarinya. Karena
itu, meski mereka menyebut dirinya sebagai ksatria-ksatria miskin,
namun mereka dapat hidup dalam gelimang kemewahan. Mereka bahkan mampu
membangun sebuah bisnis berbasis bunga seperti sistem perbankan pada
saat ini, dan memperluas jaringan hingga ke seluruh Eropa. Sejarah juga
mencatat, bersamaan dengan perubahan gaya hidup Templar tersebut,
agaknya apa yang mereka temukan selama melakukan penggalian, juga
mengubah keyakinan mereka dalam beragama, karena mereka kemudian
memiliki keyakinan yang bertentangan dengan Gereja. Menurut sejumlah
kalangan, sesuatu yang juga mereka temukan adalah suatu ajaran tentang Kabbalah, sebuah ajaran mistik kuno yang berakar pada sejarah Fir'aun pada zaman Mesir kuno.
Pada 1187 komandan besar Islam Shalahuddin Al Ayyubi mengalahkan pejuang Salib dalam peristiwa yang disebut Pertempuran Hittin,
dan merebut kembali Yerusalem. Bahkan pada Mei 1291, benteng Acre,
benteng terakhir yang dikuasai pasukan Salib di Palestina, juga berhasil
direbut Shalahuddin, meski pasukan Salib dan Templar sempat berusaha
mempertahankannya mati-matian. Peristiwa ini membuat para Templar
meninggalkan Yerusalem dan menyeberang ke sejumlah negara di Eropa,
terutama Perancis, dan berusaha menghasut para raja dan bangsawan Eropa
agar melakukan pembalasan. Namun para penguasa di Eropa menolak karena
selain telah lelah dan jemu terus berperang, mereka pun sudah kehabisan
dana. Maka, jadilah mereka kstaria-kstaria kaya raya, namun tak punya
pekerjaan alias menganggur. Kondisi ini membuat mereka lambat laun
menjadi arogan dan senang mabuk-mabukan. Mareka bahkan menjadi trouble
maker di wilayahnya.
Kelakuan para Templar ini mengganggu
kenyamanan para bangsawan, raja-raja Eropa dan Paus di Vatikan. Apalagi
karena selain kaya raya, para Templar memiliki kemampuan lintas negara
akibat jaringan luas yang dimilikinya yang diatur dengan sangat rapi dan
kuat. Puncaknya pada 1306 ketika Templar menolak Raja Perancis Phillipe le Bel
atau Phillipe IV yang ingin bergabung dengan ordonya, sehingga setahun
kemudian, atau pada 1307, dengan didukung Paus Clement V, Phillipe le
Bel memutuskan untuk membasmi Templar. Apalagi karena Phillpe mendapat
informasi kalau diam-diam Templar telah menyeleweng jauh dari ajaran
Kristen dan berpaling kepada bid'ah. Templar dikabarkan sering
menyelenggarakan upacara-upacara pemujaan terhadap Baphomet,
iblis berkepala kambing dalam mitologi Yahudi dan menjadi lambang
okultisme, sembari meludahi salib. Bahkan ada pula ritual-ritual
tertentu yang diakhiri dengan hubungan seks antara anggota dengan
pemimpinnya. Bahkan tersiar kabar kalau Templar juga mempraktekkan
hubungan homoseksual.
Operasi penumpasan Templar dilakukan
dengan sangat cepat. Para Templar pun kocar-kacir. Di antara mereka ada
yang ditangkap dan diinterogasi sambil disiksa agar mengakui perbuatan
bid'ah yang mereka lakukan. Bahkan Imam Besar (Grand Master) Templar, Jacques de Molay,
pada 1314 dibakar di tiang salib bersama dua bawahannya. Saat api
membakar dirinya, de Molay sempat mengutuk Phillipe dan Paus Clement V
dengan kata-kata; "Setahun setelah kematianku, kalian berdua akan segera
menyusulku menghadap Tuhan". Entah karena sihir atau hanya kebetulan,
sebulan setelah kematian Molay, Clement V meninggal akibat disentri,
sedang Phillipe meninggal tujuh bulan kemudian tanpa pernah diketahui
penyebabnya.
Sementara itu, sebagaian besar Templar
yang selamat, 'mengungsi' ke Skotlandia, satu-satunya kerajaan di Eropa
yang kala itu, pada abad 14, tidak mengakui kekuasaan Gereja Katolik.
Bahkan dengan senang hati Raja Skotlandia Robert the Bruce
menyembunyikan mereka ke dalam gilda (serikat pekerja) di Kepulauan
Inggris, dan menyusupkan mereka ke lodge-lodge (pemondokan) para tukang
batu (mason). Dari sinilah organisasi rahasia Freemasonry bermula,
karena dari sini nama Templar menjadi Freemasonry. Sedang Templar yang
melarikan diri ke Portugal mengubah nama ordo mereka menjadi Knights of
Christ Order (Ordo Ksatria Kristus).
Beberapa peneliti yang meyakini bahwa
Freemasonry berasal dari Templar di antaranya John J. Robinson dengan
bukunya Born in Blood, serta Micheal Baigent dan Richard Leigh dengan
bukunya The Temple and The Lodge. Bahkan Baigent-Leigh yakin, meski
Freemasonry berawal di Skotlandia, organisasi itu baru benar-benar
terbentuk setelah menyebar ke Inggris pada 1603 bersamaan dengan naiknya
Raja Skotlandia King James VI ke tahta kerajaan Inggris.
Selain ke Skotlandia dan Portugal, para
Templar juga lari ke Spanyol dan Malta. Di kerajaan-kerajaan ini mereka
berbaur dengan penduduk setempat yang mayoritas memeluk agama Katolik
Roma, dan kebanyakan dari mereka juga berganti nama atau meminta suaka
kepada bangsawan dan tuan tanah di kerajaan-kerajaan itu. Tak sedikit
permintaan suaka ini dipenuhi, namun tidak gratis, karena para bangsawan
dan para tuan tanah itu tahu kalau para Templar kaya raya. Mereka
meminta uang atas perlindungan yang diberikan, dan bahkan kemudian
bermitra dengan meneruskan bisnis usaha 'perbankan' yang pernah dirintis
Templar.
2. Demi The Promise Land
Freemasonry berasal
dari dua kata, yakni free yang berarti bebas, dan mason yang berarti
tukang batu atau tukang bangunan. Namun demikian, freemasonry diartikan
sebagai ‘pembangun kebebasan’, dan organisasi ini
menamakan gedung tempat organisasi dikelola dengan lodge, sama dengan
nama pemondokan para tukang batu di Skotlandia tempat dimana organisasi
terbentuk, dan bentuknya pun sama persis dengan lodge-lodge para tukang
batu itu. Karenanya, dimanapun organisasi ini berkiprah, jejaknya dapat
dilacak melalui keberadaan lodge. Di Indonesia, lodge antara lain dapat
ditemukan di kawasan Jakarta, Surabaya, Medan, Banda Aceh, Padang,
Palembang, dan Pekalongan. Dalam bukunya yang berjudul Jejak Freemason
dan Zionis di Indonesia, Herry Nurdi menyebut kalau gedung Bappenas yang
berdiri megah di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, adalah lodge kaum
Mason. Dulunya gedung ini bernama Adhuc Stat. Ini membuktikan bahwa
Freemason pun telah menjadikan negara ini sebagai salah satu wilayah
pergerakannya.
Lodge pertama yang dibuat Freemasonry adalah Grand Lodge of England
yang diresmikan bersamaan dengan diproklamirkannya keberadaan
organisasi ini di Inggris pada 24 Juni 1717. Lodge inilah yang dijadikan
basis utama kegiatan para masonik (anggota Freemasonry).
Seperti umumnya sebuah organisasi,
Freemansonry juga memiliki hirarki berupa tingkatan-tingkatan atau
diistilahkan dengan derajat keanggotaan. Berdasarkan kongres di London
pada 1717, hirarki organisasi ini diputuskan menyerupai piramida yang
tersusun dari 33 lapisan yang disebut Scottish Rite atau Sekte
Skotlandia, dan 13 tingkatan yang disebut York Rite atau Sekte York.
Lihat gambar di bawah ini.
Status keanggotaan yang paling rendah pada Scottish Rite
disebut entered apprentice yang posisinya berada di dasar piramida.
Status ini diberikan bagi para anggota baru. Sedang status tertinggi
pada Scottish Rite atau status pada urutan 33 yang berada di puncak
piramida disebut Sovereign Grand Inspector General. Pada status inilah pentolan-pentolan yang berwenang membuat kebijakan, berada.
Pada York Rite, status terendah yang berada di dasar piramida juga disebut entered apprentice, dan diperuntukkan bagi para anggota baru. Sedang status tertinggi berada pada tingkatan ke-13 yang disebut Order of Knight Templar.
Selain penetapan status, dalam struktur resmi Freemansonry juga mencantumkan delapan
organisasi sekutu mereka (allied organization of Freemansonry), yakni
Tall Cedars of Lebanon, Orders of Eastern Star, Grotto, Job’s Daughter,
Rainbow Girls, Orders of De Molay, Shrine, dan Daughter of The Nile. Setiap
orang yang menyatakan bersedia menjadi anggota organisasi ini harus mau
diindoktrinasi sesuai tujuan utama pergerakan, bersedia disumpah, dan
bersedia mengikuti ritual-ritual yang mereka lakukan yang tak jauh
berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Knights Templar sebelum
diberangus Raja Perancis Philippe le Bel dan Paus Clement V pada 1307.
Karena merupakan transformasi dari
Knights Templar, tujuan utama pergerakan Freemansory tak jauh berbeda
dengan Templar, yakni merealisasikan konsep The Promise Land atau Tanah
Yang Dijanjikan yang dibuat para pemuka Yahudi ketika hidup dalam
pengasingan di Babylonia ketika Yerusalem dikuasai Raja Nebukadnezar II.
Itu sebabnya Knights Templar pada 1118 berpura-pura menjadi petugas
keamanan bagi orang Eropa yang ingin berziarah ke Yerusalem setelah kota
suci itu dapat direbut kembali oleh para Pejuang Salib pada 1099, namun
sebenarnya, seperti dikatakan sejarawan Perancis Ghaetan de Laforge,
mengemban misi untuk mendapatkan berbagai barang peninggalan dan naskah
yang berisi intisari dari tradisi-tradisi rahasia Yahudi dan Mesir kuno.
Siapakah yang memberi misi kepada
Knights Templar, dan mengapa para pemuka Yahudi membuat konsep The
Promise Land? Mari kita mundur jauh ke belakang, ke zaman sebelum
Babylonia dikuasai Raja Nebukadnezar II pada 587 SM.
Bangsa Pembangkang
Bani Israil alias bangsa Yahudi
merupakan saudara bangsa Arab, karena kedua bangsa ini berasal dari satu
‘bapak’, yakni Nabi Ibrahim as. Hanya saja, jika bani Israil berasal
dari anak Nabi Ibrahim as yang bernama Ishaq dari istri bernama Siti
Sarah, sedang Bani Hasyim atau bangsa Arab yang juga disebut suku
Quraisy, berasal dari anak Nabi Ibrahim yang bernama Ismail dari istri
bernama Siti Hajar.
Sejarah mencatat, meski bersaudara,
kedua bangsa ini bermusuhan dan selalu berperang. Pemicunya adalah watak
Bani Israil yang licik, keras kepala, dan egois. Bangsa Israil bahkan
kian lama kian sesat karena gemar mendalami ilmu sihir yang dipraktekkan
para pendeta tinggi Fir’aun, dan menyembah berhala (paganisme). Kisah
Samiri yang dimuat dalam Al Qur’an memperjelas hal ini. Patung sapi
betina yang dibuat Samiri merupakan adopsi dari bentuk Hathor dan Aphis, patung dewa Mesir kuno yang juga berbentuk sapi betina, dan terkait dengan penyembahan terhadap Dewa Matahari (The Sun God).
Namun demikian, Allah tetap berusaha menyelamatkan mereka dari kejaran Fir’aun dan balatentaranya dengan memerintahkan kepada Nabi Musa as
agar memukul lautan dengan tongkatnya, dan laut pun terbelah sehingga
Bani Israil dapat menyeberang, sementara Fir’aun dan balatentaranya
terbenam, lalu tewas.
Namun meski telah ditolong, Bani Israil
tetap pada kesesatannya, sehingga Allah mengutuk mereka, dan
mengharamkannya memasuki Tanah Suci Palestina hingga beberapa tahun.
Bani Israil baru dapat memasuki tanah suci itu kembali pada zaman Nabi Daud as
yang merupakan ayah Nabi Sulaiman as. Mereka memasuki Palestina dari
Sinai, dan kemudian menguasai Yerusalem. Ini terjadi sekitar tahun 2000
SM.
Pada 960 SM, Nabi Sulaiman mendirikan
istana di Yerusalem yang kemudian dikenal sebagai Haikal Sulaiman.
Setelah mengalami pasang surut kejayaan dan kemunduran, 370 tahun
kemudian bangsa Babylonia yang dipimpin Raja Nebukadnezar II menduduki
Yerusalem dan menghancurkan Haikal Sulaiman. Bangsa Yahudi ditangkap dan
ditawan, dan kemudian diasingkan ke Babylonia. Kejadian ini membuat
para pemuka Yahudi bertekad untuk dapat kembali ke Palestina meski
bagaimanapun caranya. Untuk itu mereka membuat konsep The Promise Land, dan meyakini bahwa Bani Israil merupakan bangsa pilihan Tuhan.
Mereka bahkan menganggap bahwa bangsa di luar Yahudi adalah bangsa
kelas dua yang mereka sebut sebagai ghoyim atau gentiles, dan yang
diciptakan Tuhan untuk melayani seluruh kepentingan mereka.
Berbekal konsep tersebut, bangsa Yahudi
selalu berusaha agar dapat kembali ke Palestina dan menguasai Yerusalem.
Mereka sempat berhasil ketika pada 70M, Romawi yang dipimpin
panglimanya, Titus, menguasai kota suci itu. Namun pemberontakan yang
dilakukan Yahudi pada 132-135 M, membuat bangsa Bani Israil ini harus
lari tunggang langgang meninggalkan Yerusalem karena dibantai. Mereka
menyebar ke seluruh penjuru Bumi, namun tetap bertekad akan kembali
menguasai Yerusalem pada suatu saat kelak. Tak heran jika akhirnya
bangsa Yahudi menjadi begitu suka, dan bahkan sengat terbiasa, untuk
bergerak dalam organisasi-organisasi rahasia dan penuh konspirasi.
Bahkan sebelum Knights Templar muncul, sejarah mencatat adanya sebuah
organisasi rahasia bangsa Yahudi yang bernama Priory of Sion atau
Biarawan Sion. Organisasi inilah yang diduga memberi misi kepada Templar
untuk menggali di Haikal Sulaiman dengan berpura-pura bekerja kepada
King Baldwin I sebagai penjaga keamanan bagi masyarakat Eropa yang
berziarah ke Yerusalem. Dalam buku 'Knights Templa, Knights of Christ'
yang ditulisnya, Rizki Ridyasmara menyebut kalau Templar adalah ordo
militer yang dibentuk Biarawan Sion.
3 : Halalkan Segala Cara
Freemasonry punya segudang cara untuk
merealisasikan konsep The Promise Land. Organisasi ini bahkan menjadi
sangat berbahaya karena masa lalunya yang buruk dengan Islam maupun
Kristen, membuatnya tak segan melakukan apapun. Termasuk membuat suatu
konspirasi untuk menghancurkan atau membunuh seseorang, menghancurkan
sebuah institusi, bahkan negara, untuk kemudian menguasai dan
menjadikannya sebagai bonekanya. Selain itu, mereka juga menggunakan
politik adu domba demi mendapatkan keuntungan dari konflik yang terjadi.
Pada 1381 atau sekitar 74 tahun setelah
Knights Templar dibasmi Raja Perancis Phillipe le Bel dan Paus Clement
V, meletus pemberontakan petani di Inggris yang diyakini John J.
Robinson, penulis buku Born in Blood, didalangi oleh para
Templar untuk membalas dendam terhadap gereja Katolik. Sejarah bahkan
mencatat, pada 1640 hingga 1660 terjadi pergolakan di Inggris yang
kemudian dikenal sebagai Revolusi Inggris. Para ahli sejarah percaya,
Freemasonry berada di balik gejolak ini dengan tujuan untuk melemahkan
negara itu dan menguasainya secara politik maupun ekonomi.
Ini terbukti, karena saat gejolak masih
berlangsung, para Mason memprovokasi raja Inggris ketika itu, King
William III, agar memerangi Perancis yang mayoritasnya beragama Katolik.
Perang benar-benar terjadi, dan perang ini menjerumuskan Inggris dalam
jeratan utang yang sangat besar untuk membiayai perang tersebut. Agar
negara tidak bangkrut, King William III meminjam uang kepada bankir
Yahudi yang juga anggota Freemasonry, dan pinjaman diberikan sebasar
1.250.000 poundsterling, namun dengan sejumlah syarat, di antaranya
diizinkan mendirikan Bank Central Inggris. King William III tak punya
pilihan. Pada 27 Juli 1694, Bank of England pun didirikan dan menjadi
bank sentral swasta pertama di dunia.
Tak berhenti sampai di situ, uang yang
dipinjam King William III dikenakan bunga, sehingga dalam empat tahun
utang kerajaan Inggris meningkat 13 kali lipat menjadi 16.000.000
poundstreling.
“Inilah catatan sejarah pertama kali
tentang penjarahan besar-besaran uang rakyat sebuah negara melalui skema
perbankan yang sama sekali tidak disadari oleh para petinggi Negara
yang bersangkutan,” ujar Indra Aidil, peneliti sejarah Zionisme, seperti
dikutip dari buku Knights Templar Knights of Christ.
Mengapa Freemasonry ingin menguasai
Inggris secara politik maupun ekonomi? Jawabannya adalah, karena pada
masa itu Inggris merupakan salah satu negera terkuat di Eropa, bahkan di
dunia. Negara lainnya yang sekuat Inggris adalah Perancis, dan negara
ini pun tak henti-hentinya diganggu Freemasonry. Bahkan akhirnya seperti
dialami Inggris, dengan memperalat tokoh Perancis berdarah bangsawan, Comte de Mirabeu,
pada Juli 1789 rakyat negara itu memberontak dan pecahlah apa yang
kemudian disebut sebagai Revolusi Perancis. Tujuannya jelas, selain
balas dendam masa lalu karena Raja Phillipe le Bel membantai Templar,
juga karena jika Inggris dan Perancis dikuasai, maka akan tercipta
peluang-peluang yang akan mempermudah bagi Freemasonry untuk
merealisasikan The Promise Land, dan ini terbukti pada 1948, karena
negara Israel berdiri atas dukungan Amerika dan Inggris.
Selain itu, sejak keberadaannya
diproklamirkan pada Juni 1717, tujuan yang hendak dicapai para Mason tak
lagi hanya sekedar merealisasikan The Promise Land, namun juga ingin
menguasai dunia dengan menciptakan Tatanan Dunia Baru atau The New World
Order dimana mereka sebagai penguasanya. Mereka menganggap, ini harus
dilakukan karena mereka adalah bangsa Terpilih, dan para ghoyim (non
Yahudi) adalah bangsa-bangsa yang diciptakan untuk melayani mereka.
Pada 1773, menurut buku Knights Templar
Knigths of Christ, salah seorang pentolan Freemasonry yang juga seorang
miliuner berdarah Yahudi, Mayer Amshell (Rothschild I), mengundang
duabelas rekannya sesama tokoh Yahudi Masonik ke kediamannya di
Frankfurt, Jerman. Dalam kesempatan itu, Mayer memberitahu kalau dia
telah menemukan seseorang yang dinilai sangat cocok untuk menjalankan
suatu organisasi yang akan dibentuk untuk mewujudkan rencana menguasai
dunia. Nama orang itu adalah Adam Weishaupt, seorang Yahudi yang lahir
di Ingolstadt, Jerman, pada 6 Februari 1748. Organisasi yang dibentuk
bernama Perfectibilisen (Kelompok Yang Sempurna), namun pada 1 Mei 1776
berubah menjadi Illuminati. Hebatnya, setiap 1 Mei kini diperingati
sebagai Hari Buruh Sedunia.
4: Ingin Kuasai Dunia
Adam
Weishaupt lahir dari keluarga Yahudi Ortodoks yang beralih memeluk
Katolik Roma. Ia sangat cerdas dan mahir berbahasa Inggris, Chech,
Italia, dan Ibrani. Ia sempat menjadi anggota ordo Jesuit, namun
kemudian, karena tak puas pada peraturan ordo yang dianggap terlalu
mengekang, dia memberontak dan menjadi professor di bidang hukum gereja
di Universitas Ingolstadt.
Tak ada catatan sejarah tentang
bagaimana Freemansory mendekati pria ini, namun gerakannya sebagai
anggota organisasi persaudaraan rahasia Yahudi ini ditengarai dimulai
pada 1770 melalui organisasi yang disebut Perfectibilisen. Nama
organisasi ini diambil dari kaum Kathari yang musnah akibat serangan
tentara Paus Innocentius III saat Perang Salib Albigensian. Sama seperti
Freemansonry, hirarki organisasi ini berbentuk piramida.
Strategi yang disusun Weishaupt untuk
melaksanakan tugas yang diemban ‘majikannya’ amat mengerikan. Demi
mewujudkan Pemerintahan Satu Bumi (E Pluribus Unum), anggota
Freemansonry bernama sandi Spartacus ini membuat kebijakan sebagai
berikut :
- Penghapusan dan penguasaan seluruh penguasa pemerintahan negara-negara dunia yang berpengaruh.
- Penghapusan dan pengusaaan seluruh lahan pribadi
- Penghapusan dan penguasaan kekayaan keturunan
- Penghapusan dan penguasaan terhadap jiwa pejuang
- Penghapusan dan penguasaan terhadap ikatan keluarga
- Penghapusan dan penguasaan terhadap agama-agama dunia
Yang dimaksud dengan penghapusan dan
penguasaan seluruh penguasa pemerintahan negara-negara dunia yang
berpengaruh, adalah dengan caramenjadikan para penguasa negara-negara
itu sebagai kaki tangannya, dan tujuan ini sudah sangat-sangat berhasil,
karena Amerika Serikat hanyalah satu saja dari begitu banyak negara di
dunia ini yang telah berada dalam cengkeraman Freemasonry-Illuminati,
dan menjadi kuda tunggangan yang paling nyaman.
Yang dimaksud penghapusan dan penguasaan
terhadap seluruh lahan pribadi, adalah dengan cara menyusupkan ide-ide
dasar mereka ke tiap-tiap orang di dunia ini melalui perangkat yang
dapat digunakan, seperti media massa, budaya, lembaga pendidikan,
ekonomi, dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan penghapusan dan
penguasaan kekayaan keturunan, adalah menguasai sumber daya alam yang di
kandung dalam perut Bumi, laut, dan udara yang dimiliki berbagai
bangsa.
Yang dimaksud dengan penghapusan dan
penguasaan terhadap jiwa pejuang, adalah dengan cara melemahkan spirit
para pemuda dan pemudi agar tidak lagi mau bersusah payah bekerja keras,
tidak mau lagi bersusah payah belajar, dan tidak mau lagi bersusah
payah menemukan sesuatu yang baru dan berguna bagi kehidupan manusia,
dan menjadikan para pemuda-pemudi penerus generasi bangsanya itu sebagai
orang-orang yang hanya memikirkan kesenangan hidup (hedonis), gemar
berfoya-foya, lebih banyak menghabiskan waktunya untuk sesuatu yang
bersifat hiburan semata, dan lebih asyik mengejar kenikmatan duniawai
baik dalam bentuk jabatan, pangkat, harta, dan seks.
Yang dimaksud penghapusan dan penguasaan
terhadap ikatan keluarga memiliki arti yang sangat luas, bukan dalam
ikatan sebuah rumah tangga, melainkan ikatan sebagai suatu bangsa, suku,
dan negara. Untuk tujuan ini, Illuminati menyerang psikologis suatu
bangsa agar tidak lagi memiliki rasa nasionalisme, mengacuhkan sukunya,
dan asyik mengejar kebutuhan duniawi untuk diri sendiri atau
kelompoknya. Dewasa ini, banyak sekali anak suatu bangsa yang memerangi
sesamanya hanya demi kekuasaan atau pengaruh. Bangsa Indonesia bahkan
kini termasuk bangsa yang lebih mencintai produk luar negeri dibanding
produk bangsanya sendiri.
Yang dimaksud penghapusan dan penguasaan
terhadap agama-agama dunia, adalah dengan merusak esensi ajaran asli
agama-agama yang ada, karena meski di antara bangsa Yahudi ada yang
beragama Kristen, namun mayoritas dari mereka, termasuk pengurus dan
anggota Freemasonry-Illuminati, adalah penganut Kaballah.
Pada
1782, Illuminati menyelenggarakanoikumene atau pertemuan bersama dengan
Freemasonry di Wilhelmsbad. Dalam kongres ini, Comte de Virieu, seorang
bangsawan yang diduga anggota rendah Freemasonry, hadir. Ketika kongres
masih berlangsung, Comte keluar sambil gemetaran. Ia ditegur oleh
sejumlah orang, dan dengan terbata-bata, sambil masih gemetaran, Comte
berkata ; “Saya tidak mungkin membuka tabir mereka kepada kalian. Saya
hanya dapat menyampaikan, bahwa semua ini merupakan sesuatu yang sangat
serius dan jauh di luar jangkauan fikiran kalian semua”.
Comte lalu melepas keanggotaannya di Freemasonry, dan mengatakan bahwakelompok persaudaraan itu tak ada bedanya dengan horor.
5 : Mengusai Amerika
Dengan
adanya Illuminati, gerakan Yahudi untuk menguasai dunia kian efektif.
Apalagi karena menurut catatan sejarah, para Mason 'ikut turun tangan'
dalam kemerdekaan Amerika Serikat yang terjadi pada 4 Juli 1776 dengan
tujuan menjadikan negara itu sebagai basis gerakan utama mereka. Para
Mason tak puas, karena meski sejumlah negara di Eropa seperti Inggris,
Perancis, Jerman, Portugis, dan lain sebagainya telah mereka kuasai
secara ekonomi maupun politik, namun negara-negara itu tetap bukan milik
mereka, sehingga mereka tidak dapat bergerak secara leluasa, dan
kadangkala untuk mencapai tujuan tertentu, biaya yang harus mereka
keluarkan relatif besar dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk
direalisasikan, seperti Revolusi Perancis dan Inggris.
Selain itu, ‘permusuhan’ dengan gereja
Katolik juga adakalanya membuat mereka harus ‘mengorbankan keyakinan
mereka terhadap Kabbalah’ seperti yang terjadi pada 1489. Kala itu,
pasca pembataian Knights Templar oleh Raja Perancis Phillipe le Bel dan
Paus Clement V pada 1307, komunitas Yahudi merupakan komunitas yang
paling dibenci masyarakat Perancis. Bahkan komunitas Yahudi yang tetap
tinggal di negara itu, seperti di Pyrennes, sebuah provinsi di Selatan
Perancis, Arles, Aix, dan Marseilles, mengalami intimidasi dan kekerasan
yang tiada henti, serta dipaksa meninggalkan Kabbalah yang mereka anut,
dan memeluk Katolik. Bahkan sinagog-sinagognya, tempat beribadah kaum
Yahudi, ada yang dibakar.
Situasi ini membuat Rabi Shamur,
petinggi Yahudi yang tinggal di Arles, Perancis, prihatin. Dia menulis
surat kepada Pemimpin Tertinggi Kaum Yahudi di Konstantinopel, dan
meminta petunjuk apa yang harus dia lakukan untuk mengatasi masalah ini.
Surat itu dibalas pada 24 Juli 1489 dengan kalimat seperti ini ;
“Saudara-saudara, dengan rasa sedih, pengaduan kalian kami pelajari. Derita, nasib buruk yang kalian alami membuat kami ikut bersedih. Kalian mengadukan, bahwa Raja Perancis telah memaksa kalian memeluk agama Nashrani. Kalian sulit menentang perintah paksaan itu. Maka masuklah agama Nasrani. Tetapi harus diingat, bahwa ajaran Musa harus tetap kalian pegang erat-erat dalam hati sanubari. Umat Kristen memerintahkan kalian supaya kalian menyerahkan harta benda kalian. Laksanakanlah. Selanjutnya didiklah putera-putera kalian menjadi pegadang dan pengusaha yang tangguh, agar pelan-pelan bisa merebut kembali harta benda itu dari tangan mereka.Kalian juga melaporkan, bahwa mereka mengancam hidup kalian. Maka binalah putera-puteri kalian menjadi dokter, agar dapat membunuh orang-orang Kristen secara rahasia. Mereka menghancurkan tempat peribadatan kalian. Maka didiklah putera dan puteri kalian untuk menjadi pendeta agar dapat menghancurkan gereja mereka dari dalam. Mereka menindas dengan melanggar hak dan nilai kemanusiaan. Maka didiklah putera-puteri kalian sebagai agen-agen propaganda dan penulis agar dapat menelusup ke berbagai jajaran pemerintahan. Dengan demikian, kalian akan dapat menundukkan orang Kristen dengan cengkeraman kuku-kuku kekuasaan internasional yang kalian kendalikan dari balik layar. Ini berarti pelampiasan dendam kesumat kalian terhadap mereka”.
Jawaban surat dari Konstantinopel ini
menjadi terkenal karena dengan lugas mencerminkan strategi kaum Yahudi
untuk menundukkan Gereja dan dunia. Surat ini pula yang membuat ribuan
orang Yahudi di Perancis, termasuk yang telah menjadi anggota
Freemasonry, bersedia dibaptis dan memeluk Katolik. Tapi tentu saja,
setelah Rabi Shamur mensosialisasikan isi surat itu kepada mereka. Hanya
dalam beberapa tahun, banyak di antara mereka yang telah menjadi
gembala-gembala sidang di Gereja-gereja Katolik di Perancis.
Momentum pertama mereka untuk merusak
Gereja terjadi pada 31 Oktober 1517 ketika Marthin Luther King memprotes
kebijakan Gereja Katolik Roma dengan membuat 95 pernyataan yang
dibacakan di hadapan umum. Para Yahudi yang telah memeluk Katolik
diam-diam mendukungnya, sementara para Masonik mengomporinya agar terus
menentang Gereja. Maka lahirlah agama Kristen Protestan. Para Mason dan
Yahudi Katolik juga lah yang mendukung John Calvin dalam menyuarakan
Calvinisme, sebuah gerakan yang juga menggugat otoritas Gereja Katolik
Roma yang dinilai terlampau mempengaruhi kehidupan masayarakat Eropa
selama berabad-abad, sehingga mereka jenuh dan menginginkan reformasi.
Kebutuhan para Mason akan negara sendiri
yang dapat dikendalikan sedemikian rupa, membuat mereka melirik benua
baru yang ditemukan Christopher Colombus, Amerika Serikat, pada 1498.
Kebetulan, setelah benua itu ditemukan, orang Yahudi berbondong-bondong
meninggalkan Eropa dan bermigrasi ke Brazil di Amerika Selatan. Namun
tak lama setelah mereka melakukan migrasi, Brazil berperang dengan
Belanda, sehingga karena merasa tak aman, bangsa Yahudi kembali
melakukan migrasi ke Nieuw Amsterdam, sebuah koloni Belanda di Amerika
Utara.
Kedatangan bangsa Yahudi di Nieuw
Amsterdam tidak disukai Gubernur Jenderal Pieter Stuyvesant yang
berkuasa di koloni Belanda itu, namun berkat lobi para pengusaha kaya
dan kapitalis Yahudi internasional yang di antaranya merupakan anggota
Frremasonry-Illuminasti, ketidaksukaan dapat diredam sehingga bangsa
Yahudi dapat nyaman tinggal di situ dan menjuluki Nieuw Amsterdam
sebagai The New Yerusalem.
Tak sampai setengah abad kemudian,
Inggris merebut Nieuw Amesterdam dan wilayah-wilayah lain di Amerika,
dan koloninya itu dibagi menjadi 13 negara bagian. Nama Nieuw Amsterdam
pun diganti menjadi New York, hingga sekarang, dan negara bagian itu
menjadi wilayah dengan jumlah penduduk beretnis Yahudi paling banyak di
Amerika.
Menjelang 1775, Amerika mengalami krisis
keuangan yang parah karena diperangkap para kapitalis Yahudi melalui
penerbitan mata uang Amerika. Awalnya, dengan dalih demi memajukan
perekonomian dan industri Amerika, Inggris disarankan untuk mencetak
mata uang tersendiri untuk koloninya itu, terpisah dari mata uang
Inggris. Inggris setuju. Maka seluruh asset di koloni Amerika pun
didepositokan di Bank Sentral Inggris sebagai jaminan atas dana yang
dipinjamkan, plus bunganya. Setahun kemudian, bank milik Freemasonry itu
berulah dengan menolak menerima pembayaran lebih dari 50 persen dari
nilai mata uang Amerika, meski skema pembayaran utang ini diatur dalam
undang-undang yang dibuat Inggris sebelum mata uang Amerika diterbitkan.
Akibatnya, nilai tukar mata uang Amerika anjlok hingga setengahnya, dan
Amerika terperosok dalam krisis moneter yang kemudian melebar menjadi
krisis ekonomi, sosial, dan politik. Kemakmuran yang dinikmati rakyat
Amerika pun berakhir. Parahnya lagi, untuk mengatasi krisis, pemerintah
Inggris mengenakan pajak tambahan kepada rakyat di koloninya itu yang
kemudian dikenal dengan Pajak Teh. Situasi pun semakin
memburuk. Kelaparan dan kekacauan mulai terjadi dimana-mana. Dalam
kondisi ini, Freemasonry-Illuminati kian getol ‘bermain’ untuk kian
memanaskan situasi demi mengobarkan apa yang sebelumnya telah terjadi di
Inggris dan Perancis, yakni revolusi.
Revolusi Amerika
Sejarah mencatat, bentrokan bersenjata
antara pasukan Inggris dengan rakyat Amerika yang memberontak demi
mendapatkan kemerdekaannya, terjadi pada 19 April 1775. Jenderal George
Washington diangkat sebagai pemimpin kaum revolusioner. Selama perang
berlangsung, Konspirasi Yahudi Internasional dimana di dalamnya terdapat
para Mason, Illuminati, dan para kapitalis Yahudi, bermain di dua
pihak. Di satu sisi mendukung Inggris dengan cara menggelontorkan dana
untuk perang dan senjata, namun di sisi lain mendukung kaum
revolusioner, juga dengan uang dan senjata. Inggris akhirnya kalah, dan
kaum revolusioner mendeklarasikan kemerdekaan Amerika pada 4 Juli 1776.
Konspirasi Yahudi Internasional terus
bekerja untuk dapat menguasai Amerika secara politik dan ekonomi.
Melalui dua agennya yang disusupkan ke Kongres Amerika yang dibentuk
pascadeklarasi kemerdekaan, Alexander Hamilton dan Robert Morris,
pada 1783 Konspirasi Yahudi Internasional berhasil mendirikan Bank
Amerika yang merupakan cabang Bank Sentral Inggris, namun gagal menjadi
lembaga yang berhak mencetak mata uang Amerika karena dicounter anggota
Kongres.
Kepada rekannya, Thomas Jefferson pernah
menulis surat yang isinya begini ; “Saya yakin sepenuhnya bahwa
lembaga-lembaga keuangan ini lebih berbahaya bagi kemerdekaan kita
daripada serbuan pasukan musuh. Lembaga keuangan itu juga telah
melahirkan sekelompok aristocrat kaya yang kekuasaannya mengancam
pemerintah. Menurut hemat saya, kita wajib meninjau hak mencetak uang
bagi lembaga keuangan ini, dan mengembalikan wewenang itu kepada rakyat
Amerika sebagai pihak yang paling berhak”.
Konspirasi Yahudi marah bukan main
ketika mengetahui isi surat ini. Nathan Rothschild, kapitalis Yahudi
yang juga seorang Masonik, mengancam Presiden Andrew Jackson akan
menciptakan kondisi Amerika yang lebih parah dan krisis berkepanjangan.
Tapi Presiden tak gentar. “Anda sekalian tidak lain adalah kawanan
perampok dan ular. Kami akan menghancurkan kalian, dan bersumpah akan
menghancurkan kalian semua!” kata Presiden seperti ditulis Willian Guy Carr dalam bukunya Yahudi Menggenggam Dunia.
Konspirasi semakin marah dan menghasut
Inggris agar menyerang Amerika, dan terjadilah perang pada 1816.
Intervensi Yahudi di Bumi Amerika yang tiada henti, membuat negara baru
itu terus bergejolak. Bahkan pada 14 April 1865, Presiden Abraham
Lincoln dibunuh karena berniat mengeluarkan sebuah undang-undang yang
akan menyingkirkan hegemoni Konspirasi Yahudi Internasional terhadap
Amerika. Pembunuhnya bernama Dickles Booth, pembunuh bayaran yang
disuruh Konspirasi untuk menghabisi nyawa sang presiden. Pembunuh
berdarah Yahudi ini diketahui terkait dengan Konspirasi, karena
berhubungan dengan Yahuda B. Benjamin, seorang agen salah satu pentolan
Freemasonry, Rothschild, yang ditugaskan di Amerika. Booth berhasil
ditangkap dan dihukum, namun hingga kini Konspirasi sama sekali tak
tersentuh.
Jika saat ini kita melihat Amerika
merupakan sekutu Yahudi yang paling baik, paling hormat, dan paling
setia, jangan kaget, karena sejak sebelum negara itu merdeka, Yahudi
sudah 'cawe-cawe'. Bahkan berdasarkan presentasi Prof. Richard Claporth
diketahui kalau upaya Freemasonry cs untuk menjadikan Amerika sebagai
‘negaranya’, telah membuat seluruh warga negara itu beserta
asset-asetnya, sebenarnya telah menjadi milik The Federal Reserve Bank
of New York, bank milik Konspirasi, sejak 1913
Dalam makalah yang berjudul “US Government Bankruptcy Proceeding” yang dipresentasikan Prof. Richard Claporth
dalam salah satu pertemuan rutin Smart Leadership Institute, Richard
menguraikan sebab-sebab kebangkrutan pemerintah Amerika Serikat. Meski
hanya berisi pokok-pokok peristiwa, namun makalah tersebut penting untuk
diketahui. Inilah isi salinan makalah itu yang dicuplik dari buku
‘Knights Templar. Knights of Christ’.
-
Sebelum 1913, pemerintah Amerika memperoleh dana dari tarif impor. Pada
saat itu belum ada pajak yang dikenakan kepada warganegara. Mata uang
Amerika dibuat dari logam asli atau yang biasa dihargai/dikembalikan
sebagai logam (dikenal sebagai uang asli).
- Pada 1913, para Bankers memutuskan
bahwa telah terjadi kekurangan mata uang di Amerika, dan pemerintah
Amerika tidak bisa menerbitkan mata uang lagi karena semua emas
cadangannya telah terpakai.
- Agar ada sirkulasi tambahan uang, kelompok orang mendirikan satu bank yang dinamakan The Federal Reserve Bank of New York.
- Kemudian Federal Reserve Bank of New
York menjual stock yang dimiliki dan dibeli oleh mereka sendiri senilai
US$ 450.000.000 melalui Rothschild Bank of London, Rothschild Bank of
Berlin, Warburg Bank of Hamburg, Warburg Bank of Amsterdam, Israel Moses
Seif Bank of Italy, Lazard Brothers of Paris, Citibank, Goldman &
Sach of New York, Lehman & Brothers of New York, Chase Manhattan
Bank of New York, dan Kuhn & Loeb Bank of New York.
- Karena bank-bank tersebut memiliki
cadangan emas yang besar, maka bank-bank tersebut dapat mengeluarkan
mata uang yang dengan jaminan emas dan mata uang tersebut yang disebut
Federal Reserve Notes. Bentuknya sama dengan mata uang Amerika, dan
masing-masing dapat saling tukar.
- Untuk membayar bunga, pemerintah
Amerika menciptakan income-tax (pajak penghasilan). Jadi sebenarnya
warganegara Amerika membayar bunga kepada Federal Reserve. Income tax
dimulai pada 1913, pada tahun yang sama dengan pendirian Federal
Reserve. Semua income tax yang terkumpul dibayarkan ke Federal Reserve
sebagai bunga atas pinjaman.
- Awal 1929, Federal Reserve berhenti
menerima uang emas sebagai bayaran. Yang berlaku hanya ‘uang resmi’.
Federal Reserve mulai menarik uang kertas yang dijamin emas dari
sirkulasi, dan menggantinya dengan ‘uang resmi’.
- Sebelum 1929 berakhir, ekonomi Amerika mengalami malapetaka (disebut masa Great Depression).
- Pada 1931, Presiden Amerika Herbert Hoover mengumumkan kekurangan budget sebesar US$ 902.000.000.
-
Pada 1932, Amerika menjual emas senilai US$ 750.000.000 yang digunakan
untuk menjamin stabilitas mata uang Amerika. Ini sama dengan ‘penjualan
likuidasi’ sebuah perusahaan bermasalah. Emas yang dijual ini dibeli
dengan potongan (discount rates) oleh bank internasional/bank asing, dan
pembelinya adalah Federal Reserve di New York.
- Presiden Theodore Roosevelt
mengalahkan Presiden Hoover pada pemilu 1932. Dalam sambutannya,
Roosevelt mengatakan ; “Satu-satunya hal yang harus kita takutkan adalah
ketakutan itu sendiri”.
- Roosevelt membuat serangkaian
kebijakan untuk mereorganisasi pemerintahan Amerika, namun negara tetap
bangkrut karena tak mampu membayar bunga pinjaman kepada Federal
Reserve.
- Akibat kebangkrutan Amerika, maka
bank-bank yang merupakan pemilik Federal Reserve memiliki SELURUH
Amerika, termasuk warganegara dan aset-asetnya, sehingga jika
dianologikan, Amerika sebenarnya tak lebih dari 'anak perusahaan'
Federal Reserve.
- Sepekan kemudian di Parlemen dilakukan
tuntutan impeachment terhadap anggota-anggota dari Dewan Federal
Reserve, kebanyakan agen-agen Federal Reserve dan para manager dari
Departemen Keuangan Amerika, dengan tuduhan “kejahatan luar biasa dan
penyalahguanaan wewenang”, termasuk pencurian lebih dari US$
80.000.000.000 per tahun selama lima tahun (total US$ 400.000.000.000).
-
Pada 1934, Roosevelt memerintahkan seluruh bank di Amerika untuk tutup
selama sepekan, dan menarik dari masyarakat emas dan mata uang yang
di-back up emas, dan menggantinya dengan “seolah-olah uang” yang dicetak
Federal Reserve. Tahun itu dikenal sebagai Liburan Bank Nasional.
- Rakyat Amerika menahan emasnya karena
tak mau menggunakan kertas tak bernilai yang “seolah-olah uang”.
Roosevelt pun mengeluarkan perintah larangan bagi setiap warganya untuk
memiliki emas, karena illegal. Aparat bahkan menyisir penduduk, dan
menyita emas yang didapat dari warga. Hal ini membuat rakyat
berbondong-bondong menukar emasnya dengan sertifikat/bond bertuliskan
I.O.U yang ditandatangani Morgenthau, Menteri Keuangan Amerika kala itu.
Hal ini merupakan perampokan emas besar-besaran yang pernah terjadi
dalam sejarah manusia. Pada 1976, Presiden Jimmy Carter mencabut
kebijakan ini.
- Pada 1963, Presiden John F. Kennedy
memerintahkan Departemen Keuangan mencetak uang logam perak untuk
mengakhiri kekuasaan Federal Reserve, karena dengan memiliki mata uang
sendiri, maka rakyat Amerika tak perlu lagi membayar bunga kepada bank
milik kaum Yahudi itu. Lima bulan setelah kebijakan dikeluarkan, Kennedy
dibunuh.
- Pengganti Kennedy, Lyndon Johnson,
membatalkan kebijakan Kennedy dan memerintahkan Departemen Keuangan
untuk menghentikan pencetakan mata uang perak, serta menarik kembali
uang perak yang sudah diedarkan, dan dimusnahkan.
- Pada hari Kennedy dimakamkan, Federal
Reserve Bank mengeluarkan uang ‘no promise’ yang pertama. Uang ini tidak
menjanjikan bahwa bank tersebut akan membayar dalam mata uang yang sah
secara hukum, namun mata uang itu merupakan alat pembayaran yang
berlaku.
- Presiden Ronald Reagan berencana
memperbaiki pemerintahan Amerika sesuai aturan konstitusi. Ia ditembak
beberapa bulan kemudian oleh anak teman dekatnya, Wakil Presiden George
Bush. Akhirnya Reagan ‘bungkam’, dan tidak mengeluarkan kebijakan baru
hingga pada 1987. Namun kebijakannya untuk mengimplementasikan
konstitusi dalam pemerintahan, tidak ditanggapi sama sekali oleh para
pejabatnya.
- Pada 1993, saat berpidato di parlemen,
James Traficant mengutuk system Federal Reserve sebagai suatu penipuan
besar-besaran. Tak lama kemudian anggota parlemen dari Partai Demokrat
itu menjadi korban penyelidikan kasus korupsi, namun hingga 2002 dia
tidak diadili.
- Pada uang dolar yang dicetak sebelum
tahun 2000 tertera tulisan Federal Reserve Bank cabang mana yang
mengeluarkan dan menjamin uang tersebut, namun pada cetakan tahun 2000
tulisan yang tertera adalah Federal Reserve System.
- Pada 2002, pengadilan memutuskan James
Trificant terbukti korupsi. Politikus itu marah sekali, dan mengatakan
bahwa saksi-saksi yang memberatkannya di pengadilan, semuanya dipaksa
untuk berbohong. Ia bahkan tak dapat menghubungi orang-orang yang
menyelidiki kasus korupsinya. Dengan kata lain, kasus James merupakan
kasus yang direkayasa.
- Henry Ford pernah berkata ;
“Barangkali ada bagusnya rakyat Amerika pada umumnya tidak mengetahui
asal-usul uang, karena jika mereka mengetahuinya, saya yakin esok pagi
akan terjadi revolusi.”
Dengan sejarah yang seperti itu, maka
tak heran jika pada pecahan uang 1 dolar Amerika pun terdapat gambar
piramida dengan sebuah mata pada puncaknya yang disebut All Seing Eye,
dan di bawah piramid tersebut terdapat tulisan “Novus Ordo Seclorum”.
The All Seing adalah salah satu simbol Masonik. Bahkan lambang Negara
Amerika adalah burung elang yang mengembangkan sayapnya dengan kedua
kaki mencengkeram anak panah dan daun zaitun. Di atas kepala burung itu
terdapat sekumpulan bintang yang membentuk susunan Bintang David,
lambang Yahudi.
Jika dicermati dengan baik, pada lambang
negara Amerika itu terdapat banyak simbol yang mengarah pada Yahudi.
Misalnya, bintang di atas kepala burung yang membentuk bintang David
berjumlah 13; garis pada perisai di dada burung juga berjumlah 13;
jumlah daun zaitun di kaki burung juga 13; jumlah anak panah 13; dan
bulu di ujung anak panah juga berjumlah 13. Untuk diketahui, 13
merupakan angka pavorit kaum Yahudi, karena jumlah suku dalam bangsa
Yahudi ada 13.
7: Terbongkar Karena Disambar Petir
Ambisi Freemasonry untuk menguasai dunia
sebenarnya sudah terbongkar secara kebetulan pada 1784, atau dua tahun
setelah Illuminati menyelenggarakan oikumene dengan organisasi itu di
Wilhelmsbad. Awalnya, Adam Weishaupt meminta seorang temannya yang
berkebangsaan Jerman, Baron Xavier von Zwack, agar merancang strategi
untuk meletuskan Revolusi Perancis. Setelah rancangan selesai, bersama
sebuah dokumen berjudul Einige Originalschriften des Illuminaten Ordens
yang kemudian kita kenal sebagai Protocol of The Elders of Zion atau
Protocol Zions, diberikan kepada seorang kurir agar serahkankan kepada
Robespierre, tokoh Illuminati Perancis,
Ketika sedang melintasi wilayah Bavaria,
Jerman, kurir yang pergi dengan menunggang kuda itu disambar petir dan
tewas seketika. Kepolisian Bavaria yang menangani kasusnya, melakukan
identifikasi untuk mengetahui jati diri kurir tersebut, dan menemukan
dokumen Einige Originalschriften des Illuminaten Ordens dalam
jahitan bajunya. Semula kepolisian Bavaria tak tahu dokumen apa yang
dibawa si kurir karena sarat berisi kata-kata aneh dan sulit dimengerti,
sehingga karena curiga kalau kata-kata aneh itu jangan-jangan merupakan
bahasa sandi, dokumen diserahkan kepada seorang pemecah sandi untuk
dipelajari. Alangkah kagetnya Kepolisian Bavaria setelah sang pemecah
sandi selesai bekerja, karena dokumen itu ternyata berisi sesuatu yang
sangat jahat dan gila.
Raja Bavaria marah sekali mengetahui isi
dokumen itu, dan memerintahkan untuk menangkap Weishaupt dengan tuduhan
akan melakukan kudeta dan melakukan praktek homoseksual. Namun sebelun
ditangkap, dia kabur ke Regensburg, dan ketika dikejar ke sana, dia lari
lagi ke Gotha, serta meminta perlindungan kepada Duke Ernst II. Gagal
menangkap Weishaupt, pada Agustus 1785 Raja Bavaria mengeluarkan
perintah untuk menangkap pengikut mantan anggota ordo Jesuit yang
beralih menjadi penganut Kabbalah itu. Weishaupt meninggal pada 18
November 1830 dalam usia 82 tahun.
Meski niat jahatnya terbongkar,
Freemasonry tak mundur setapak pun. Cetak biru Revolusi Perancis tetap
dijalankan, dan pada Juli 1789 revolusi itu benar-benar terjadi, membuat
Raja Perancis King Louis XVI dan istrinya, Marie Antoinette, ditangkap,
dipenjara, dan dihukum pancung dengan pisau guilotin. Kehebatan para
Mason dalam menjalankan agendanya bukan hanya karena memiliki jaringan
yang luas, namun juga karena memiliki orang-orang yang secara finansial
dapat diandalkan. Salah satu nama yang paling popular yang tak dapat
dilepaskan dari gerakan kaum Yahudi ini adalah Dinasti Rothschild
(Dinasti Tameng Merah), sebuah dinasti asal Jerman sekaligus merupakan
keluarga Yahudi terkaya di dunia. Dinasti ini merupakan salah satu motor
penggerak Freemasonry dan antek-anteknya, seperti Illuminati, para
bankir dan kapitalis Yahudi, yang secara global disebut sebagai
Konspirasi Yahudi Internasional.
Fakta bahwa para Mason berada di balik Revolusi Perancis, diungkap De Rosanbe, wakil anggota Majelis Nasional Perancis dalam sebuah diskusi di gedung majelis. Rosanbe mengatakan; “Kita
telah meyakini dengan sungguh-sungguh tentang masalah ini, yaitu bahwa
Freemansonry adalah satu-satunya pihak yang merancang timbulnya Revolusi
Perancis. Dari sambutan serta tanggapan yang kita peroleh dalam majelis
ini menunjukkan, bahwa sebagian dari kita sudah mengetahui apa yang
saya ketahui”.
Anggota majelis yang lain, Gommel, yang diketahui merupakan anggota The Grand Eastern Lodge Perancis atau Bluemasonry, menjawab; “Kita bukan hanya mengetahui hal tersebut, akan tetapi kita juga akan mengumumkannya kepada dunia”.
Bahkan dalam acara yang juga dihadiri
para politisi dan perwakilan Liga Bangsa-bangsa (sekarang bernama PBB)
itu, seorang anggota The Grand Eastern Lodge dengan lantang menimpali; “Perancang
pemerintahan Perancis adalah putera Freemasonry Nasional Perancis. Dan
perancang Republik Dunia besok adalah puteri Freemasonry Internasional!”
8: Revolusi Rusia
Kesuksesan Freemasonry-Illuminati
bersama para kapitalis Yahudi mencetuskan Revolusi Inggris, Perancis dan
Amerika, membuat gabungan organisasi-organisasi Yahudi yang kemudian
akan lebih dikenal sebagai Konspirasi Yahudi Internasional, melebarkan
sayap ke Rusia, dan mencetuskan revolusi di sana. Tujuannya sama, agar
dapat ‘digenggam’ secara ekonomi maupun politik sehingga dapat
dikendalikan seperti ketiga negara yang telah diacak-acak itu. Namun
demikian sejarah mencatat, menciptakan revolusi di Rusia tidaklah mudah,
karena Konspirasi membutuhkan waktu belasan tahun sebelum akhirnya Tsar
Nicholas II yang kala itu berkuasa di Rusia, terguling pada Oktober
1917, saat Perang Dunia I sedang berkecamuk.
Sel-sel Konspirasi diduga mulai
melakukan infiltrasi ke Rusia saat negeri itu dipimpin Tsar Alexander II
sekitar 1885. Ketika itu kebijakan Tsar yang toleran membuat ras Yahudi
yang bermukim di negara itu dapat hidup tenang dan damai, bersatu
dengan penduduk asli setempat. Menurut Rizki Ridyasmara dalam buku
‘Knights Templar, Knights of Christ’, kerukunan ini membuat Konspirasi
tak senang, karena jika ras Yahudi berbaur dengan orang Rusia, lambat
laun jati diri keYahudian orang-orang Yahudi itu akan hilang. Padahal,
mereka adalah bangsa pilihan Tuhan, sementara di luar Yahudi, atau
ghoyim, adalah ras yang harus melayani mereka.
Pula, jika orang-orang Yahudi itu
kehilangan sifat keYahudiannya, Konspirasi khawatir orang-orang itu tak
bisa lagi diajak bekerjasama mencapai ambisi besar mereka; menguasai
dunia. Dan yang membuat Konspirasi makin tak senang adalah, jika seluruh
lapisan masyarakat Rusia hidup rukun dan bersatu, Konspirasi kesulitan
memecah belah mereka dan memunculkan friksi-friksi yang kemudian dapat
dikembangkan menjadi konflik yang berujung pada kerusuhan yang meluas.
Maka, sebagai jalan satu-satunya, Konspirasi memutuskan untuk membunuh
Tsar Alexander II.
Pada 1866, usaha yang dilakukan
Konspirasi untuk membunuh Tsar gagal total. Konspirasi tidak kehilangan
akal. Dengan memperalat seorang perempuan Yahudi kaya raya bernama Hessia Helgman,
Tsar dapat dipancing ke rumah perempuan itu, dan tak lama kemudian,
pada 1881, Tsar menemui ajalnya. Pengganti Tsar Alexander II, Tsar
Alexander III, menyelidiki kematian pendahulunya itu, namun sebelum
penyelidikan tuntas, Rothschild yang merupakan pentolan Freemasonry
sekaligus pemegang kedudukan penting dalam Konspirasi, mengirimkan
agennya yang bernama Baron Gainsburg, untuk mengajak Tsar
Alexander III bekerjasama di bidang ekonomi. Tsar yang mendapatkan
sinyal bahaya dari para penasehatnya, menolak tawaran Baron. Rothschild
dan Konspirasi marah bukan main. Mereka lalu sepakat untuk menghancurkan
Rusia dengan segala cara. Tak lama setelah itu, seluruh negara Eropa
yang dikuasai Yahudi, terutama Perancis dan Inggris, memblokade hasil
industri dan perdagangan Rusia dengan beragam dalih. Akibatnya, dalam
waktu singkat Rusia meluncur ke dalam krisis ekonomi yang parah dan
mencapai puncaknya pada 1905.
Revolusi Rusia
Tak hanya sampai di situ, melalui
agen-agennya, Konspirasi menciptakan kekacauan dan kerusuhan
dimana-mana, serta membentuk kelompok revolusioner yang menghasut
masyarakat untuk tidak lagi mempercayai kaum bangsawan dan agama.
Kelompok revolusioner ini kemudian menjadi Partai Komunis Rusia.
Belum cukup sampai di situ, Konspirasi
juga membenturkan Rusia untuk berperang dengan Jepang. Melalui
Cohen-Lobe, sebuah perusahaan Yahudi Amerika, Konspirasi mengucurkan
dana besar-besaran kepada Jepang, dan pada saat yang bersamaan memutus
jalur distribusi militer dan logistik pasukan Rusia yang menuju timur
jauh. Akibatnya, Rusia kalah, dan kekaisaran Rusia terpuruk Konspirasi
memperburuk kondisi ini dengan melakukan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh
Rusia yang membenci Yahudi, dan tak pernah sudi bekerjasama dengan
mereka. Tokoh-tokoh Rusia yang dibunuh antara lain mantan Menteri Dalam
Negeri Dmitry Sipyagin, mantan Menteri Pendidikan Bogoliev, mantan
Gubernur Uka Yogdanovich, Perdana Menteri Rusia, dan paman Tsar
Alexander III, Prince Sergey.
Tsar marah bukan main melihat sepak
terjang Konspirasi untuk menghancurkan negaranya, dan tanpa sungkan
menuding organisasi persekongkolan jahat kaum Yahudi internasional itu
sebagai dalang kekacauan di negerinya. Salah satu nama anggota
Konspirasi yang terungkap dan dianggap bertanggung jawab atas apa yang
terjadi di Rusia ini adalah Yacob Sheiff, konglomerat Yahudi dari
perusahaan Cohen-Lobe. Harian Perancis Le Figaro memberitakan skandal
ini pada edisi 20 Februari 1932.
Keberanian Tsar menuding Konspirasi
sebagai dalang kekacauan di negerinya, membuat dia dalam bahaya besar,
karena kaum revolusioner Rusia bentukan Konspirasi yang telah menjadikan
dirinya sebagai golongan komunis Rusia, membentuk sebuah kelompok
pembunuh yang dipimpin oleh Gishuin, Iveno Aziev, dan Alexander Ilyanov
yang semuanya orang Yahudi. Namun Alexander III dapat meringkus para
pembunuh ini dan menjatukan hukuman mati kepada mereka dan semua yang
terlibat. Adik Alexander Ilyanov, Vladimir Ilyanov, tak dapat menerima
kematian kakaknya, dan bertekad untuk membalas perbuatan Tsar. Dia lalu
menjadi tokoh Partai Komunis Rusia dan masyarakat dunia kemudian
mengenalnya dengan nama Lenin.
Alexander III turun tahta dan digantikan
Tsar Nicholas II. Kala itu suhu politik Rusia masih sangat panas dan
belum dapat dikendalikan. Hampir setiap hari terjadi gelombang
demonstrasi dimana-mana, menuntut dilakukannya revolusi dengan mengganti
sistem monarki dengan sistem pemerintahan yang non monarki. Pada 22
Januari 1905 terjadi demonstrasi besar-besaran menuju istana kekaisaran
Rusia yang berakhir kacau karena kepala regu pengawal istana menembaki
para demonstran, dan mengakibatkan sejumlah orang tewas dan terluka.
Kejadian ini dikenal sebagai ‘Pembantaian Minggu Berdarah’. Belakangan
terungkap, kepala regu yang melakukan penembakan adalah seorang agen
Konspirasi yang disusupkan untuk menimbulkan martir di kalangan rakyat,
dan membuat situasi semakin panas. Tujuan Konspirasi berhasil, Rusia
memang kian bergejolak. Apalagi karena Lenin dan Partai Komunis
Rusia-nya kian unjuk gigi. Namun kekaisaran Rusia tak juga runtuh. Baru
pada Oktober 1917 Partai Komunis Rusia berhasil menggulingkan kekuasaan,
dan menjadi partai penguasa. Tsar Nicholas II dan seluruh keluarganya
dieksekusi pada 1918, dan Rusia kemudian diubah menjadi Uni Soviet yang
berfaham komunis.
Mengenai keberhasilan Lenin
menggulingkan Tsar Nicholas II, Indra Adil, peneliti Zionis
Internasional dalam buku ‘Konspirasi di Balik Tragedi Diana’ menyebut,
sebelum memimpin Partai Komunis Rusia, pada Mei 1916 Lenin bertemu
dengan tokoh Yahudi Chaim Weizman di Zurich. Dalam pertemuan itulah
Konspirasi menetapkan Lenin sebagai pemimpin sebuah partai beraliran
Marxisme yang akan menggulingkan Tsar Nicholas II.
Untuk mendukung upaya Lenin, menurut
buku ‘Knights Templar, Knights of Christ’, Freemasonry menyediakan dana
sebesar US$ 31 juta dan dukungan personil sekitar satu juta orang
keturunan Yahudi Rusia dan Yahudi yang didatangkan dari berbagai
wilayah, termasuk dari New York. Dana itu dikumpulkan oleh tim yang
dipimpin Paul Warburg, direktur The Federal Reserve Bank, dan disetorkan
langsung kepada Lenin dan Trotsky, tokoh yang juga dilibatkan dalam
penggulingan Tsar Nicholas II. Dana
tersebut berasal dari Max Warburg
sebanyak US$ 6 juta, dari Alfred Milner Rothschild sebanyak US5 juta,
dan Jacob Schiff sebanyak US$ 20 juta.
Revolusi Rusia yang juga dikenal dengan
nama Revolusi Bolsyewik, menelan korban sekitar lima juta rakyat Rusia
yang rata-rata beragama Katolik Ortodoks Rusia.
9: Kelahiran Protocol of Zions
Meski sepak terjang Freemasonry untuk
menguasai dunia telah berlangsung sejak 1770-an, setelah para Mason
merekrut Adam Weishaupt untuk mendirikan Illuminati, namun gerakan
Yahudi untuk menguasai dunia baru mengkristal setelah 204 tokoh Yahudi
dari 15 negara, yang di antaranya merupakan tokoh Freemasonry dan
Illuminati, bertemu di Kota Bassel, Swiss, pada 29-31 Agustus 1897 dalam
sebuah kongres yang dikenal dengan sebuatan Kongres Zionis
Internasional I. Pasalnya, dalam kongres inilah para tokoh Yahudi itu
menyatukan suara dengan Freemasonry dan Illuminati untuk menguasai dunia
dan menciptakan The New World Order atauTatanan Dunia Baru.
Mengapa
kongres ini menggunakan kata “Zion”? Karena kata ini memiliki makna
yang sangat penting, bahkan pada akhirnya sangat politis, karena Zion
adalah nama sebuah bukit karang di sebelah barat kota Yerusalem, yang
diyakini kaum Yahudi sebagai lokasi dimana King Solomon (Nabi Sulaiman
as) membangun istananya yang megah, penuh dengan harta kekayaan,
benda-benda mistis yang terkait erat dengan kehidupan bangsa Yahudi di
zaman Nabi Musa as, yakni Tabut Suci, dan benda-benda yang terkait
dengan kepercayaan Yahudi, Kabbalah.
Kata Zion pertama kali ‘dipolitisasi’
oleh Nathan Bernbaum pada 1 Mei 1776, atau hanya dua bulan setelah
kemerdekaan Amerika Serikat pada 4 Juli 1776. Oleh tokoh Yahudi itu,
kata Zion dijadikan nama gerakan untuk mewujudkan The Promise Land
dimana bangsa Yahudi dapat kembali bermukim di Palestina sebagai sebuah
bangsa, dan menjadikan kota Yerusalem sebagai ibukota negaranya. Maka
untuk kepentingan ini, kata nama Zion pun dipanjangi menjadi Zionisme.
Ide Nathan ini disambut sangat positif
oleh para tokoh dan petinggi Yahudi, termasuk yang menjadi dedengkot
Freemasonry-Illuminati. Namun demikian sejarah mencatat, meski Zionisme
merupakan buah fikiran Nathan, tokoh Yahudi yang mencetuskan gagasan
untuk mendirikan Negara Israel di Palestina adalah Yahuda al-Kalaj.
Dalam buku berbahasa Ibrani dengan judul Derishat Zion yang diterbitkan pada 1826, Izvi Hirsch Kalischer antara lain menulis begini ; “Saat
itu para tokoh Yahudi bukannya tidak faham bahwa tanah Palestina
sebenarnya bukan merupakan hak milik mereka, namun karena Talmud, kitab
bikinan para pendeta Yahudi, menyatakan tanah Palestina sebagai Tanah
Yang Dijanjikan (The Promise Land) bagi bangsa Yahudi, maka tanpa
reserve mereka pun mengikutinya”.
Moses Hess, seorang Yahudi Jerman,
menanggapi gagasan al-Kalaj dengan memberikan gagasan, bahwa untuk dapat
menguasai Palestina, kaum Yahudi harus menggandeng orang-orang Barat
yang memiliki kepentingan yang sama untuk kembali ke Palestina setelah
kekalahan memalukan atas kaum Saracen yang dipimpin Salahuddin Al
Ayyubi. Dalam buku Zionisme : Gerakan Menaklukkan Dunia, ZA Maulani
mengatakan, bahwa ide Hess ini didukung beberapa kolonialis Barat dengan
pertimbangan, antara lain, saat itu Eropa sedang melakukan konfrontasi
dengan Turki Utsmaniyah di Timur Tengah, dan Eropa juga membutuhkan
‘satu benteng’ di sana yang dapat dimanfaatkan untuk menjaga dan
melindungi kepentingannya di negara-negara kaya minyak itu. Yahudi
bersedia mendukung para kolonialis Eropa, dan bahkan menganggap, dendam
Perang Salib yang belum terbayarkan, kini menemukan momentumnya.
Sejak itu, dengan bantuan para kapitalis Yahudi, termasuk Dinasti Rothschild,
orang-orang Yahudi pun berbondong-bondong melakukan migrasi dari Eropa
ke Timur Tengah, terutama Palestina dan sekitarnya. Pada 1896, Theodore Hertzel menulis buku tentang konsep pendirian Negara Israel di Palestina dengan judul Der Judenstaat (Negara Yahudi). Buku ini disambut hangat oleh para tokoh Yahudi. Mereka bahkan menghadiahi Hertzel dengan gelar Bapak Zionis Modern.
Strategi perjuangan Yahudi untuk mendirikan Negara Israel, oleh Hertzel
secara singkat dapat diungkapkan dalam sebuah kalimat yang singkat,
namun penuh arti. Yakni; “Bila kita tenggelam, kita akan menjadi
suatu kelas proletariat revolusioner, pemanggul ide dari suatu partai
revolusioner; bila kita bangkit, dipastikan akan bangkit juga kekuasaan
keuangan kita yang dahsyat”.
Untuk dapat mendirikan Negara Yahudi di
tanah Palestina, menurut Hertzel, harus dilakukan dengan cara-cara
demokratis. Hal-hal yang harus dilakukan di antaranya, memenuhi tanah
Palestina dengan orang Yahudi, sehingga Yahudi menjadi mayoritas;
menjadikan warga Pelestina sebagai warga minoritas dengan berbagai cara,
seperti pembersihan etnis, perang, penyebaran penyakit, pembukaan
lapangan kerja di negara-negara tetangga sehingga warga Palestina
bekerja di sana, dan sebagainya. Bahkan dengan berani Hertzel menemui
Sultan Abdul Hamid II selaku pemilik otoritas Palestina karena ketika
itu Palestina memang berada di bawah kekhalifahan Turki Utsmaniyah, dan
meminta agar tanah Palestina diserahkan kepada Yahudi dengan imbalan
bantuan dana dalam jumlah yang sangat besar dari para kapitalis Yahudi.
Namun permintaan Hertzel ditolak mentah-mentah oleh Sultan. Bahkan
penguasa kekhalifahan Turki Utsmaniyah itu berkata begini; “Jangan
lagi engkau membicarakan soal ini. Saya tidak akan menyisihkan sejengkal
pun tanah Palestina, karena tanah itu bukan milik saya, tetapi milik
rakyat. Rakyat saya berjuang untuk mendapatkan tanah itu dan
menyuburkannya dengan darah mereka … Biarkanlah orang Yahudi menyimpan
uang mereka yang berjuta-juta banyaknya di peti mereka”.
Ucapan Sultan membuat Hertzel
tersinggung. Peristiwa inilah yang mengilhami Hertzel untuk mengumpulkan
tokoh Yahudi dari seluruh dunia dalam kongres di Bassel. Tujuannya,
tentu saja untuk mencari solusi agar Negara Israel benar-benar dapat
didirikan di Palestina. Sebenarnya, ketika kongres sedang dipersiapkan,
Konspirasi Yahudi Internasional mengirimkan tiga orang utusan untuk
menemui Sultan Abdul Hamid II, yakni Mezrahi Krazu, Jack, dan Lion,
dengan misi meminta izin kepada Sultan agar kaum Yahudi diizinkan
berziarah ke Palestina dan mendirikan perkampungan kecil di dekat
Yerusalem. Jika Sultan mengizinkan, maka Konspirasi akan melunasi
seluruh utang pemerintahan Sultan, mendanai pendirian armada laut, dan
memberikan kredit sebesar 35 juta lire uang emas tanpa bunga untuk
menggairahkan perekonomian kekhalifahan Turki Utsmaniyah. Namun
lagi-lagi Sultan menolak.
Selama kongres digelar, 204 tokoh Yahudi yang hadir menyampaikan buah fikirannya. Rothschild bahkan menyampaikan dokumen Einige Originalschriften des Illuminaten
yang disusun Adam Weishaupt, dan isi dokumen itu langsung ditanggapi
secara positif oleh semua yang hadir, serta dibahas secara lebih
mendalam. Bahkan disempurnakan. Menjelang kongres ditutup, dokumen itu
dikukuhkan sebagai hasil kongres dan dinamai Protocol of The Learned Elder of Zion atau yang biasa disebut Protocol of Zions
saja. Protocol of Zions ini menjadi pegangan bagi Konspirasi Yahudi
Internasional untuk mendirikan Negara Israel di Palestina, dan menguasai
dunia. Ini lah isinya ;
1. Manusia itu lebih banyak cenderung
pada kejahatan ketimbang kebaikan. Sebab itu, Konspirasi harus
mewujudkan ‘hasrat alami’ manusia ini. Hal ini akan diterapkan pada
sistem pemerintahan dan kekuasaan. Bukankah pada masa dahulu manusia
tunduk kepada penguasa tanpa pernah mengeluarkan kritik atau
pembangkangan? Undang-undang hanyalah alat untuk membatasi rakyat, bukan
untuk penguasa.
2. Kebebasan politik sesungguhnya
utopis. Walau begitu, Konspirasi harus mempropagandakan ini ke tengah
rakyat. Jika hal itu sudah dimakan rakyat, maka rakyat akan mudah
membuang segala hak dan fasilitas yang telah didapatinya dari penguasa
guna memperjuangkan idealisme yang utopis itu. Saat itulah, konspirasi
bisa merebut hak dan fasilitas mereka.
3. Kekuatan uang selalu bisa mengalahkan
segalanya. Agama yang bisa menguasai rakyat pada masa dahulu, kini
mulai digulung dengan kampanye kebebasan. Namun rakyat banyak tidak tahu
harus melakukan apa dengan kebebasan itu. Inilah tugas konspirasi untuk
mengisinya demi kekuasaan, dengan kekuatan uang.
4. Demi tujuan, segala cara boleh
dilakukan. Siapa pun yang ingin berkuasa, dia mestilah meraihnya dengan
licik, pemerasan, dan pembalikkan opini. Keluhuran budi, etika, moral,
dan sebagainya adalah keburukan dalam dunia politik.
5. Kebenaran adalah kekuatan konspirasi. Dengan kekuatan, segala yang diinginkan akan terlaksana.
6. Bagi kita yang hendak menaklukkan
dunia secara finansial, kita harus tetap menjaga kerahasiaan. Suatu
saat, kekuatan konspirasi akan mencapai tingkat di mana tidak ada
kekuatan lain yang berani untuk menghalangi atau menghancurkannya.
Setiap kecerobohan dari dalam, akan merusak program besar yang telah
ditulis berabad-abad oleh para pendeta Yahudi.
7. Simpati rakyat harus diambil agar
mereka bisa dimanfaatkan untuk kepentingan konspirasi. Massa rakyat
adalah buta dan mudah dipengaruhi. Penguasa tidak akan bisa menggiring
rakyat kecuali ia berlaku sebagai diktator. Inilah satu-satunya jalan.
8. Beberapa sarana untuk mencapai tujuan
adalah: Minuman keras, narkotika, perusakan moral, seks, suap, dan
sebagainya. Hal ini sangat penting untuk menghancurkan norma-norma
kesusilaan masyarakat. Untuk itu, Konspirasi harus merekrut dan mendidik
tenaga-tenaga muda untuk dijadikan sarana pencapaian tujuan tersebut.
9. Konspirasi akan menyalakan api
peperangan secara terselubung. Bermain di kedua belah pihak. Sehingga
Konspirasi akan memperoleh manfaat besar tetapi tetap aman dan efisien.
Rakyat akan dilanda kecemasan yang mempermudah bagi konspirasi untuk
menguasainya.
10. Konspirasi sengaja memproduksi
slogan agar menjadi ‘tuhan’ bagi rakyat. Dengan slogan itu, pemerintahan
aristokrasi keturunan yang tengah berkuasa di Perancis akan
diruntuhkan. Setelah itu, Konspirasi akan membangun sebuah pemerintahan
yang sesuai dengan Konspirasi.
11. Perang yang dikobarkan konspirasi
secara diam-diam harus menyeret negara tetangga agar mereka terjebak
utang. Konspirasi akan memetik keuntungan dari kondisi ini.
12. Pemerintahan bentukan Konspirasi harus diisi dengan orang-orang yang tunduk pada keinginan konspirasi. Tidak bisa lain.
13. Dengan emas, konspirasi akan
menguasai opini dunia. Satu orang Yahudi yang menjadi korban sama dengan
seribu orang non-Yahudi (Gentiles/Ghoyim) sebagai balasannya.
14. Setelah konspirasi berhasil merebut
kekuasaan, maka pemerintahan baru yang dibentuk harus membasmi rezim
lama yang dianggap bertanggungjawab atas terjadinya semua kekacauan ini.
Hal tersebut akan menjadikan rakyat begitu percaya kepada konspirasi
bahwa pemerintahan yang baru adalah pelindung dan pahlawan dimata
mereka.
15. Krisis ekonomi yang dibuat akan
memberikan hak baru kepada konspirasi, yaitu hak pemilik modal dalam
penentuan arah kekuasaan. Ini akan menjadi kekuasaan turunan.
16. Penyusupan ke dalam jantung
Freemason Eropa agar bisa mengefektifkan dan mengefisienkannya.
Pembentukan Bluemasonry akan bisa dijadikan alat bagi konspirasi untuk
memuluskan tujuannya.
17. Konspirasi akan membakar semangat
rakyat hingga ke tingkat histeria. Saat itu rakyat akan menghancurkan
apa saja yang kita mau, termasuk hukum dan agama. Kita akan mudah
menghapus nama Tuhan dan susila dari kehidupan.
18. Perang jalanan harus ditimbulkan untuk membuat massa panik. Konspirasi akan mengambil keuntungan dari situasi itu.
19. Konspirasi akan menciptakan
diplomat-diplomatnya untuk berfungsi setelah perang usai. Mereka akan
menjadi penasehat politik, ekonomi, dan keuangan bagi rezim baru dan
juga di tingkat internasional. Dengan demikian, konspirasi bisa semakin
menancapkan kukunya dari balik layar.
20. Monopoli kegiatan perekonomian
raksasa dengan dukungan modal yang dimiliki konspirasi adalah syarat
utama untuk menundukkan dunia, hingga tidak ada satu kekutan non-Yahudi
pun yang bisa menandinginya. Dengan demikian, kita bisa bebas memainkan
krisis suatu negeri.
21. Penguasaan kekayaan alam negeri-negeri non-Yahudi mutlak dilakukan.
22. Meletuskan perang dan
memberinya—menjual—senjata yang paling mematikan akan mempercepat
penguasaan suatu negeri, yang tinggal dihuni oleh fakir miskin.
23. Satu rezim terselubung akan muncul setelah konspirasi berhasil melaksanakan programnya.
24. Pemuda harus dikuasai dan menjadikan
mereka sebagai budak-budak konspirasi dengan jalan penyebarluasan
dekadensi moral dan paham yang menyesatkan.
25. Konspirasi akan menyalahgunakan undang-undang yang ada pada suatu negara hingga negara tersebut hancur karenanya
10: Penghancuran Negara 'Musuh'
Pasca kongres di Bassel, gerakan Yahudi
kian matang dan terorganisir. Mereka bergerak menuju dua arah, yakni
menyiapkan segala yang dibutuhkan untuk pendirian negara Yahudi di
Palestina, dan menghancurkan secara diam-diam setiap negara non Yahudi
di dunia, terutama yang menunjukkan sikap permusuhan seperti
kekhalifahan Turki Utsmaniyah. Dalam waktu 27 tahun setelah kongres di
Bassel, pada 3 Maret 1924 kekhalifahan itu benar-benar berhasil
dihancurkan dan diganti dengan negara sekuler yang dipimpin Mustafa
Kemal Ataturk, seorang Yahudi Turki dari kota Salonika.
Majalah Al-Mujtama Kuwait pada edisi
425-426 yang terbit Desember 1978 membeberkan kronologis kehancuran
kekhalifahan Turki Utsmaniyah yang datanya bersumber dari sebuah dokumen
rahasia yang ditulis Duta Besar Inggris di Konstantinopel, Sir Gebrar
Lother, untuk Menteri Luar Negeri Inggris Sir C. Harving, pada 29 Mei
1910. Dalam edisi itu, Al- Mujtama menyebut kalau upaya Yahudi
menghancurkan kekhalifahan Turki Utsmaniyah dilakukan dengan cara
menyusup ke berbagai sektor vital pemerintahan Turki dan kemudian
melemahkannya dari dalam.
Masa-masa pemerintahan Ataturk merupakan
masa-masa suram bagi Turki, karena Ataturk memperlihatkan watak asli
seorang Yahudi yang membenci agama. Dia pernah melarang orang beradzan
dengan menggunakan bahasa Arab, harus bahasa Turki. Ketika suatu kali
dia melewati sebuah masjid dan muazin di situ tetap mengumandangkan
adzan dengan bahasa Arab, masjid itu dirobohkan. Dia juga pernah
mengeluarkan kebijakan yang mengharuskan setiap lelaki Turki mengenakan
topi Barat, padahal kala itu di Turki, topi itu dianggap sebagai lambang
kekafiran. Akibatnya, banyak warga Turki yang dihukum gantung karena
menolak mengenakan topi itu.
Dalam buku Al Manaratul Mafqudah yang
ditulisnya, Abdullah ‘Azzam memaparkan saat-saat menjelang kematian
Ataturk pada 10 November 1938. Menurut dia, sebelum meninggal, Ataturk
yang dijuluki ‘Bapak Turki Modern’ menderita penyakit yang amat parah.
Da menderita sirrosis hepatitis yang membuat perutnya membuncit karena
adanya cairan yang mengumpul di perutnya itu. Ingatannya pun melemah,
dan dari hidungnya keluar darah yang tanpa henti. Dia juga menderita
penyakit kelamin karena sering bermaksiat. Untuk mengeluarkan cairan
yang berkumpul di perutnya, dokter mencoblos perut Ataturk dengan jarum.
Selama sakit, Ataturk berteriak-teriak
sedemikian keras sehingga teriakannya terdengar hingga teras istana.
Tubuhnya pun mengurus, tinggal tulang berbalut kulit, sementara giginya
banyak yang tanggal sehingga mulutnya nyaris bertemu dengan alis
matanya. Selain itu, tubuhnya mengalami demam tinggi, dan tubuhnya
menguarkan bau bangkai. Namun demikian, sebelum meninggal Ataturk
berwasiat, jika ia meninggal, ia tak perlu dishalati.
“Pada Kamis 10 November 1938 pukul
sembilan pagi lebih lima menit, pergilah Mustafa Kamal dari alam dunia
dalam keadaan dilaknat di langit dan di bumi …,” tulis Abdullah ‘Azzam.
Untuk mendirikan negara Yahudi di
Palestina, Zionis Internasional secara intens mempersiapkan ‘perebutan’
tanah Palestina dengan beragam cara, di antaranya dengan menerbitkan
beragam artikel dan buku-buku yang mengklaim bahwa tanah Palestina
merupakan hak bangsa Yahudi, memigrasikan orang-orang Yahudi dari
seluruh dunia ke Palestina, dan sebagainya. Gelombang migrasi Yahudi ke
Palestina tentu saja menimbulkan gelombang protes dari para pemimpin di
Timur Tengah. Sayanganya, Pan Arab tidak sekuat dan sefanatik Pan-Yahudi
yang didukung pemerintahan kolonialis Barat, sehingga pada 2 November
1917 Menteri Luar Negeri Inggris Lord Arthur James Balfour mengirimkan
sepucuk surat kepada pemimpin komunitas Yahudi di Inggris, Walter
Rothschild, bahwa pemerintahnya menyetujui permintaan bangsa Yahudi
untuk mendirikan negara di Palestina. Namun baru pada 14 Mei 1948 negara
Israel dapat dideklarasikan, karena PBB baru menyetujui berdirinya
pada 1947.
11: Siapkan Perang Akhir Zaman
Revolusi Inggris, Revolusi Perancis,
‘penguasaan’ atas Amerika Serikat, dan Revolusi Rusia hanyalah beberapa
dari begitu banyak strategi yang dirancang Freemasonry-Illuminati dan
para kapitalis Yahudi yang menjadi bagian dari gerakan Zinonis Yahudi
Internasional untuk menguasai dunia yang maha luas ini, karena untuk
mewujudkan keinginan yang terlalu ambisius dan gila itu, para petualang
tersebut telah merancang sebuah grand design yang perlahan namun pasti diyakini akan terlaksana semuanya.
Revolusi Inggris, Revolusi Perancis,
‘menguasai’ Amerika, dan Revolusi Rusia hanya bagian-bagian kecil dari
grand design itu yang bertujuan untuk menopang tujuan utamanya, yakni
‘menguasai dunia’, karena dengan menguasai Inggris dan Perancis pada
abad-abad dimana kedua negara ini merupakan negara terkuat di Eropa dan
dunia, maka dengan sendirinya sepak terjang mereka akan menjadi leluasa
dan berdampak signifikan. Terbukti, dengan ‘menggenggam’ Inggris, Yahudi
berhasil menguasai Amerika.
Berbagai buku yang membeberkan kebusukan
kelompok Yahudi ini dengan tegas mengatakan, bahwa Perang Dunia (PD) I
dan II juga merupakan ulah mereka dan termasuk bagian dari grand design tersebut. Bahkan PD III yang diyakini akan menjadi perang terakhir dalam sejarah umat manusia (armageddon),
telah masuk dalam rancangan itu, dan para peneliti yang data-data hasil
riset dan temuan-temuannya dijadikan rujukan bagi penulisan buku-buku
tersebut, meyakini, jika PD III meletus, maka saat itulah ambisi Yahudi
menguasai dunia telah berhasil, karena saat itu semua negara hancur, dan
Yahudi dengan negara Israelnya menjadi satu-satunya yang terkuat dan
dominan, karena agenda itu disusun untuk mendekonstruksi dunia demi
tujuan yang ingin dicapai.
Menurut buku ‘Knights Templar, Knights
of Christ’, cetak biru PD I, II, dan III dirancang oleh seorang Brigadir
Jenderal Amerika Serikat berdarah Yahudi dan termasuk seorang Masonik,
Albert Pike, pada 1859 hingga 1871. Dalam hirariki Freemasonry, jenderal
kelahiran Boston pada 29 Desember 1809 ini berada pada derajat ke-33
atau tertinggi. Dia juga termasuk pendiri Ancient Accepted of Scottish
Rite of Freemasonry dan menjabat sebagai Grand Commander of North
American Freemasonry dari 1859 hingga akhir hayatnya pada 1891. Dia juga
yang membentuk organisasi kulit putih dengan misi membantai manusia
negro di Amerika yang diberi nama Order of Knight of The Ku Klux Klan
(KKK) yang hingga sekarang masih eksis, dan merupakan grand master
sebuah kelompok pemuja Lucifer bernama The Order of The Palladium yang
didirikan pada 1737 di Paris.
Selain ‘semua prestasi’ itu, Pike juga
diketahui bekerjasama dengan pendiri organisasi Mafia di Italia,
Giussepe Mazzini, yang juga anggota Freemasonry derajat ke-33 dan pernah
memimpin Illuminati pada 1834. Bersama Mazzini dan dua tangan kanan
tokoh mafia ini yang juga anggota Freemasonry derajat ke-33, Lord Henry
Palmerston dari Inggris (1784-1865) dan Jenderal Otto von Bosmarc dari
Jerman (1815-1898), Pike mengelola Palladian Rite yang menjadi kelompok
yang memayungi seluruh kelompok Masonik di dunia. Oleh Freemasonsy, Pike
kemudian dinobatkan sebagai Grand Master Illuminati dan diberi tugas
menyusun rencana yang sangat sistematis untuk menguasai dunia.
Jika Anda ingin mengetahui bagaimana
cara Pike mengobarkan PD I, II, dan III secara detil, Anda dapat membaca
buku Yahudi Menggenggam Dunia karya Admiral Inggris William Guy Carr
yang bahasa Indonesianya diterbitkan Pustaka Al-Kautsar. Namun secara
garis besar dapat dijelaskan, bahwa PD I dirancang untuk diletuskan pada
awal abad 20 dengan target menghancurkan kekaisaran Tzar di Rusia; PD
II diletuskan pada pertengahan abad 20 dengan target merontokkan
nasionalisme Jerman serta mendirikan negara Israel di Palestina; dan PD
III dirancang untuk diletuskan pada awal abad 21 dengan target
menghancurkan perlawanan negara-negara di Timur Tengah yang menentang
keberadaan negara Israel.
Dalam menjalankan agendanya, Zinos tidak
kaku pada apa yang telah mereka rancang, namun disesuaikan dengan
kondisi terkini dimana agenda di jalankan. Terbukti, sejarah mencatat,
selain untuk meruntuhkan kekuasaan Hitler, PD II juga dicetuskan untuk
membasmi Yahudi pembangkang yang tidak patuh pada rencana gerakan Zionis
Yahudi Internasional.
Kala itu, pasca kongres di Bassel pada
29-31 Agustus 1897, Zionis mengorganisasikan eksodus orang-orang Yahudi
dari seluruh dunia ke Palestina, namun ternyata tak semua orang Yahudi
bersedia, termasuk Yahudi yang bermukim di Jerman, karena selain telah
merasa nyaman hidup di sana, mereka juga tak ingin terlibat dalam
konspirasi jahat terhadap dunia, sehingga pada 1920 hingga 1929
misalnya, jumlah Yahudi yang ‘hijrah’ ke Palestina hanya sekitar
100.000-an orang, sehingga dengan jumlah penduduk Palestina yang kala
itu sekitar 750.000-an orang, jumlah penduduk Yahudi di ‘Tanah Yang
Dijanjikan’ itu tetap minoritas. Zionis pun marah besar dan mengupayakan
eksodus paksa.
Kebetulan saat itu sepak terjang Yahudi telah menimbulkan antipati dimana-mana, termasuk di Jerman, sehingga muncul sikap anti-Semit. Zionis memanfaatkan orang-orang anti Yahudi ini untuk melakukan intimidasi dan teror agar para Yahudi pembangkang itu eksodus ke Palestina.
Upaya ini dipertajam dengan memperalat seorang ahli geopolitik Universitas Munich bernama Karl Ernst Haushofer (1896-1946) untuk mendekati ketua Nazi Jerman Adolf Hitler
yang juga diketahui termasuk anti-Semit. Kepada Hitler, Haushofer yang
berdarah Yahudi-Jerman, mengatakan bahwa para Yahudi di negaranya dan
juga di negara-negara lain di seluruh dunia, harus dihabisi karena
mereka terbukti mampu berbuat banyak terhadap dunia. Selain itu,
Haushofer juga memaparkan sebuah teori yang berbunyi ; “Siapapun yang
menguasai Heartland, maka ia akan menguasai world island”. Yang dimaksud
heartland (jantung bumi) adalah kawasan Asia Tengah, sedang world
island adalah kawasan Timur Tengah. Maka Hitler pun menindas kaum Yahudi
di negaranya, dan kemudian menginvasi negara-negara tetangganya,
dimulai dari Polandia pada 1 September 1939, hingga ke seluruh Eropa,
bahkan Asia Tenggara, serta menindas semua ras Yahudi yang berada di
negara-negara itu. Maka meletuslah PD II, dan ras Yahudi pun melakukan
eksodus kemana-mana demi mencari selamat, seperti ke Amerika, Australia,
Asia Tenggara, dan yang terbanyak adalah, berkat bujukan dan fasilitas
yang diberikan Zionis, eksodus ke Palestina.
Data menyebutkan, eksodus ini membuat
jumlah orang Yahudi di Palestina meningkat drastis, sehingga pada 1947,
total warga Yahudi di Pelestina telah mencapai 630.000 orang, sementara
warga asli Palestina, karena pertumbuhan penduduk secara alami, mencapai
sekitar 1,3 juta jiwa. Wikipedia menyebut, PD II jauh lebih dahsyat dari PD I,
karena dari Polandia sebagai negara yang pertama kali diinvasi Jerman,
perang ini melebar hingga ke seluruh benua Eropa, Asia dan Afrika,
dengan jumlah tentara yang tewas mencapai sekitar 50 juta orang, dan
warga sipil yang tewas mencapai 12 juta orang. Perang ini berakhir
setelah Pasukan Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat menjatuhkan bom
atom di kota Hiroshima dan Nagasaki pada 14 Agustus 1945. Haushofer yang
diperalat untuk meletuskan PD II, dikabarkan bunuh diri bersama
istrinya pada 1946.
Saat ini, disadari atau tidak, agenda
Zionis untuk meletuskan PD III pada awal abad 21 sebenarnya sudah
memperlihatkan tanda-tanda akan berhasil, karena kita semua sedang
digiring ke arah sana. Sejak Negara Israel berdiri pada 1948, negara
ini, dengan didukung Zionis Yahudi Internasional tak henti-hentinya
menciptakan konflik untuk memecah belah negara-negara di dunia, sehingga
ada yang pro Israel seperti Mesir, dan ada yang tidak seperti Iran.
Sementara konflik ini dibangun, Yahudi juga memanaskan suasana dengan
tak henti-hentinya membuat perseteruan dengan Palestina dan Libanon.
Suatu saat, dan momen tersebut diperkirakan antara 2020 hingga 2025,
kedua kubu ini dibenturkan hingga terjadilah PD III yang dimulai di
bukit Maggido, Palestina, dan memakan waktu yang sangat lama, serta melibatkan semua negara di dunia.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
bersabda; “Tidak akan datang hari kiamat sehingga kaum muslimin
memerangi kaum Yahudi dan membunuh mereka sehingga bersembunyilah
orang-orang Yahudi di belakang batu atau kayu, kemudian batu dan kayu
itu berkata; “Wahai orang muslim, wahai hamba Allah, ini ada orang
Yahudi di belakang saya, kemarilah dan bunuh dia”, kecuali pohon Gharqad
(yang tidak berbuat demikian) karena ia termasuk pohon Yahudi”.
Jadi, meski sehebat apapun kaum Zionis,
pada ahkhirnya mereka akan menderita kekalahan, bahkan mati, dalam
perang yang dirancangnya sendiri itu.
12: Lembaga-lembaga Penghancur
Konspirasi Yahudi Internasional
melakukan seribu satu cara dan strategi untuk mencapai tujuannya. Secara
garis besar, enam dari tujuh strategi yang disusun Adam Weishaupt yang
kemudian melahirkan Protocol of Zion, telah menjelaskan semuanya. Modal
kaum Yahudi untuk melaksanakan itu semua hanya dua; uang dan emas.
Dengan uang dan emas, penghapusan dan
penguasaan seluruh penguasa pemerintahan negara-negara dunia yang
berpengaruh, dapat dilakukan. Buktinya adalah Revolusi di Perancis,
Inggris, Rusia, dan Amerika yang membuat negara-negara itu jatuh ke
dalam cengkeraman mereka. Bahkan dalam beberapa dekade terakhir,
jabatan-jabatan penting di pemerintahan negara paling adidaya saat ini,
Amerika Serikat, adalah orang-orang berdarah Yahudi, bahkan merupakan
seorang Mason, seperti Bill Clinton (mantan presiden Amerika Serikat),
George Bush (mantan presiden Amerika Serikat), George W. Bush (mantan
presiden Amerika Serikat), Paul Wolfowitz (mantan deputi Menteri
Pertahanan), Madelein Albright (mantan Menteri Luar Negeri), dan Ari
Fleischer (mantan seketaris pers Gedung Putih). Dengan uang dan emas,
Zionis dapat mengatur semua bidang kehidupan di suatu negera, termasuk
di bidang politik perpolitikan. Kejatuhan Presiden Soekarno dan naiknya
Soeharto ke tampuk pemerintahan RI pada 1965 yang disebut-sebut berkat
campur tangan CIA, juga dimotori Yahudi sebagai pemain di belakang
layar.
Banyak
fakta dan bukti-bukti yang mengindikasikan bahwa Yahudi pun menjadikan
Indonesia menjadi salah satu wilayah pergerakan mereka untuk menguasai
dunia. Satu di antaranya adalah, cermati penampilan Ahmad Dhani,
pentolan grup band Dewa yang juga pendiri Republik Cinta Management
(RCM). Belakangan ini Dhani tampil dengan jenggot yang dikepang, persis
jenggot khas kaum Yahudi. Mantan suami penyanyi Maia Estianty itu bahkan
mengenakan bandul kalung berbentuk bintang David, simbol Yahudi, dan
pada 2006, ketika Dhani dan band Dewa-nya merilis album Laskar Cinta,
Dhani membuat umat Islam sangat marah, sehingga Front Pembela Islam
(FPI) sempat berniat menggugatnya dengan tuduhan melakukan pelecehan dan
penghinaan terhadap agama Islam. Pasalnya, bersamaan dengan launching
album itu, Dhani juga merilis logo baru untuk grup bandnya itu yang
berbentuk kaligrafi bertuliskan Allah dalam kerangka bintang bersegi
delapan. Saat konser di Trans TV, Dani dan Dewa-nya menginjak-injak
karpet berhiaskan logo itu! Tak heran jika dalam berbagai buku, termasuk
buku karangan Herry Nurdi berjudul "Jejak Freemason dan Zionis di
Indonesia", Dhani diduga termasuk salah seorang kaki tangan Yahudi di
Indonesia.
Dengan uang dan emas pula penghapusan
dan penguasaan atas seluruh wilayah pribadi, kekayaan keturunan, jiwa
pejuang, ikatan kekeluargaan, dan agama-agama di dunia dapat
dilaksanakan. Saat ini publik mungkin telah banyak yang tahu bahwa
International Moneter Fund (IMF) dan World Bank (Bank Dunia) adalah
lembaga-lembaga yang dibentuk dan dikelola oleh Yahudi. Dalam buku
'Zionisme : Gerakan Menaklukkan Dunia', ZA Maulani menulis, 51 persen
saham di kedua lembaga ini dimiliki Amerika Serikat, dan dananya
diperoleh dari Federal Reserve Bank, bank milik para Mason yang pada
1932 membuat Amerika Serikat bangkrut.
Menurut Joseph Stiglitz, mantan Kepala
Tim Ekonomi Bank Dunia, ketika IMF dan Bank Dunia memasuki sebuah
negara, lembaga ini mengembangkan program empat langkah, dimana tiga di antaranya adalah; pertama,
Program Privatisasi, yakni program yang mengharuskan negara-negara
penerima bantuan menjual BUMN-BUMN-nya kepada swasta dengan alasan untuk
mendapatkan dana segar secara tunai. Stiglitz lebih suka menyebut
program ini sebagai 'program penyuapan', karena ketika program
ini diusulkan, IMF/Bank Dunia mengiming-imingi pejabat keuangan di
negara penerima bantuan dengan komisi sebesar 10 persen yang langsung
ditransfer ke rekening pribadi mereka di Swiss yang diambil dari nilai
penjualan BUMN-BUMN itu.
Kedua, all size-economic solution atau yang akrab disebut Liberalisme Pasar Modal.
IMF/Bank Dunia mengatakan, dengan membuka kran investasi
selebar-lebarnya, maka modal asing akan mengalir dengan deras dan dapat
digunakan untuk mengatasi krisis keungan dan melakukan pembangunan.
Padahal kenyataannya, Liberalisme Pasar Modal dapat menguras cadangan
devisa negara penerima bantuan karena harus mendatangkan asset melalui
impor dari negara-negara yang ditunjuk IMF. Selain itu, Liberalisme
Pasar Modal sebenarnya tak lebih dari ‘proses daur uang panas’,
karena dana tunai yang masuk dan biasanya diinvestasikan di bidang real
estate dan valuta, akan ditarik lagi oleh pemiliknya jika di negara
penerima bantuan terlihat adanya tanda-tanda gejolak yang tidak kondusif
dan mengarah pada kerusuhan. Bila hal ini terjadi, agar investor mau
kembali, IMF meminta negara penerima bantuan agar menaikkan suku bunga
banknya menjadi 30 persen, 50 persen, bahkan 80 persen, dengan disertai
persyaratan untuk men-deregulasi peraturan perbankan dengan
memberlakukan kebijakan uang ketat (austerity policies), dan
dihentikannya subsidi pada bidang-bidang yang berkaitan dengan kebutuhan
sosial-ekonomi negara. Kedua kebijakan ini berbahaya, karena di
negara-negara miskin dan negara berkembang seperti Indonesia misalnya,
program pembangunan sebagian besar masih ditanggung negara, sehingga
kebijakan uang ketat yang berdampak pada penghentian subsidi terhadap
sektor strategis, seperti pangan, BBM, transportasi, pendidikan, dan
sebagainya, selalu berujung pada krisis politik. Sementara tingginya
suku bunga memukul sektor ril seperti property, dan mempersulit
berjalannya roda perekonomian.
Stiglitz dengan tegas menyatakan,
masuknya investasi asing meskipun nampaknya membantu untuk membuka
lapangan kerja sebanyak-banyak, namun pada kenyataannya, persyaratan
yang dikenakan IMF/Bank Dunia dapat membunuh pengusaha lokal karena
belum mampu bersaing. Khususnya dalam hal pemasaran. Tak heran jika
kemudian banyak pengusaha yang bangkrut dan akhirnya menutup pabriknya.
Ketiga, pricing atau penentuan harga sesuai pasar,
sebuah frasa yang terlalu manis, namun sebenarnya merupakan sebuah
program yang diusulkan IMF agar negara penerima bantuan menaikkan harga
komoditas strategis, seperti pangan, air bersih, dan BBM. Stiglitz
menyebut, program ini merupakan program IMF untuk membuat kerusuhan
di negara penerima bantuan, sehingga dia menamai program ini dengan
‘Kerusuhan IMF’.
Pada 1997, Indonesia terjerumus pada
masalah krisis moneter parah akibat jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap
dolar. IMF masuk dan ketiga program itu dijalankan. Akibatnya, masalah
bukan teratasi, namun krisis justru bekembang menjadi krisis
multidimensi karena melebar ke masalah sosial dan politik. Bahkan akibat
kebijakan pemerintah menghapus subsidi beras dan BBM, kerusuhan hebat
meledak pada 1998 yang akhirnya membuat Presiden Soeharto lengser
keprabon.
Di Bolivia, gara-gara IMF menyarankan
agar pemerintahan negara itu menaikkan tarif air bersih, kerusuhan
meledak pada 2001. Sementara di Ekuador, gara-gara Bank Dunia
menyarankan agar pemerintahan negara itu menaikkan gas untuk kebutuhan
rumah tangga, kerusuhan juga meledak pada 2002. Yang lebih parah dialami
Argentina. Gara-gara diperangkap IMF, negara itu mengalami kebangkrutan
ekonomi pada 2002 sehingga negara itu mengalami kekacauan politik dan
sosial.
Jika ditilik sejak program pertama
dijalankan hingga yang ketiga, jelas sekali kerusuhan-kerusuhan yang
terjadi di negara penerima bantuan memang telah direncanakan sejak awal.
Tak lama setelah kerusuhan meledak di Ekuador, BBC dan The Observer
mendapat bocoran sejumlah dokumen dari kalangan dalam Bank Dunia yang
bercap ‘Confidential’, ‘Resticted’, dan ‘Not to be Disclosed’. Di
antara dokumen-dokumen itu ada yang disebut ‘Interim Country Assistance
Strategy’ (Strategi Bantuan Sementara) untuk Ekuador. Dalam dokumen
itu, Bank Dunia berkali-kali menjelaskan, bahwa lembaga itu berharap
rencana mereka di Ekuador dapat menyalakan ‘Kerusuhan Sosial’. Rencana
dimaksud adalah, membuat kejatuhan nilai mata uang Ekuador terhadap
dolar sehingga 51 persen penduduk Ekuador hidup di bawah garis
kemiskinan.
Apa yang dilakukan IMF dan World Bank ini sejalan dengan butir ke-6 Protocol of Zion yang berbunyi; “Bagi
kita yang hendak menaklukkan dunia secara finansial, kita harus tetap
menjaga kerahasiaan. Suatu saat, kekuatan Konspirasi akan mencapai
tingkat dimana tidak ada kekuatan lain yang berani untuk menghalangi
atau menghancurkannya. Setiap kecerobohan dari dalam, akan merusak
program besar yang telah ditulis berabad-abad oleh para pendeta Yahudi”. Butir ini juga yang digunakan untuk mengobarkan Revolusi Inggris, Perancis, Rusia, dan Amerika.
Juga sesuai dengan butir 14 yang berbunyi; “Setelah
Konspirasi berhasil merebut kekuasaan, maka pemerintahan yang dibentuk
harus membasmi rezim lama yang dianggap bertanggung jawab atas
terjadinya semua kekacauan ini. Hal tersebut akan menjadikan rakyat
begitu percaya kepada Konspirasi, bahwa pemerintahan yang baru adalah
pelindung dan pahlawan di mata mereka”. Ini persis dengan yang juga
terjadi di Indonesia setelah tumbangnya rezim Orde Baru yang dipimpin
Presiden Soeharto. Sejak Soeharto menjadi presiden pada 1967, Soeharto
‘dielus’ Amerika Serikat dan negara-negara sekutu Yahudi lainnya
sehingga mampu berkuasa selama 32 tahun secara otoriter. Selama itu,
negara dan pengusaha diguyur utang yang luar biasa banyak dari berbagai
lembaga keuangan dunia, termasuk World Bank dan IMF. Kemudian spekulan
George Soros yang Yahudi menciptakan krisis moneter dunia yang berimbas
langsung ke Indonesia dan membuat nilai rupiah terpuruk dari
Rp.2.500/dolar menjadi sempat menembus angka Rp.13.000/dolar. Akibatnya,
keuangan negara kolap dan perusahaan-perusahaan besar bangkrut karena
tak mampu membayar utang yang jatuh tempo. IMF pun masuk dengan paket
bantuan yang justru membuat Indonesia kian terpuruk. Bahkan cara
pemulihan yang disarankan IMF, membuat Indonesia terjerumus pada
kerusuhan besar pada 1998 yang berbuntut lengsernya Presiden Soeharto.
Setelah Orde Baru tumbang, muncul
istilah baru, yakni era 'reformasi' dan masyarakat larut dalam euphoria
sehingga menuntut mantan Presiden Soeharto diadili. Sekarang terbukti,
reformasi tidak membuat negara ini menjadi lebih baik, karena sejak
Soeharto berkuasa, Kospirasi Yahudi Internasional dengan gerakan
Zionisnya telah berproses untuk menguasai negara ini secara diam-diam
dan terselubung, dan mereka berhasil. Setidaknya, ini terbukti dengan
banyaknya anak bangsa yang menjadi agen IMF (baca; Yahudi). Satu di
antaranya mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Tak heran
ketika kasus Century sedang heboh-hebohnya, Sri Mulyani ditarik IMF ke
kantor pusatnya di Washington dan Presiden SBY mengizinkan, karena
penarikan itu merupakan upaya IMF untuk menyelamatkan agen-agennya dari
kesulitan yang menjerat.
Apa yang terjadi di Mesir dan Tunisia pun tak jauh berbeda, karena butir ke-7 Protocol of Zion berbunyi; “Simpati
rakyat harus diambil agar mereka dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
Konspirasi. Massa rakyat adalah buta dan mudah dipengaruhi. Penguasa
tidak akan bisa menggiring rakyat kecuali ia berlaku sebagai diktator.
Inilah satu-satunya jalan”. Bahkan butir pertama Protocol of Zion berbunyi ; “Manusia
itu lebih banyak cenderung pada kejahatan dibanding kebaikan. Sebab
itu, Konspirasi harus mewujudkan ‘hasrat alami’ manusia ini. Hal ini
akan diterapkan pada sistem pemerintahan dan kekuasaan. Bukankah pada
masa dahulu manusia tunduk kepada penguasa tanpa pernah mengeluarkan
kritik atau pembangkangan? Undang-undang hanyalah alat untuk membatasi
rakyat, bukan untuk penguasa”. Karenanya tak heran, seperti juga
Soeharto, selama puluhan tahun Amerika Serikat dengan Yahudi di
belakangnya, mengelus Presiden Zine al-Abidine Ben Ali dan Hosni Mubarak
sehingga dapat berkuasa selama 23 dan 30 tahun dengan pola tangan besi
alias diktator. Ketika Konspirasi akhirnya memutuskan untuk mengambil
alih negara itu, maka rakyat kedua negara itu diprovokasi untuk bangkit
dengan mengusung slogan ‘reformasi’. Maka tergulinglah kedua presiden
itu pada 14 Januari dan 11 Februari 2011.
Setelah kedua presiden itu terguling,
Amerika Serikat, Swiss dan negara-negara Eropa lain membekukan asset
milik kedua presiden itu, plus keluarganya, dan kini rakyat keduanya pun
menuntut agar mereka diadili atas kejahatannya selama berkuasa secara
otoriter.
Seperti yang terjadi pada Indonesia,
setelah Ben Ali dan Mubarak terguling, Konspirasi akan melaksanakan
butir Protocol Zionis yang ke-12 yang berbunyi ; “Pemerintahan bentukan Konspirasi harus diisi dengan orang-orang yang tunduk pada keinginan Konspirasi. Tidak bisa lain”.
Maka tak heran, menjelang detik-detik kejatuhan Mubarak, Amerika
Serikat mengusung Wakil Presiden Mesir Omar Suleiman untuk menjadi
presiden Mesir yang baru.
13: Penghancuran Moral
Strategi keempat, kelima, dan keenam
yang disusun Adam Weishaupt adalah penghapusan dan penguasaan terhadap
jiwa pejuang, ikatan keluarga, dan agama-agama dunia. Sementara Protocol
of Zion yang ke-13 berbunyi; “Dengan emas, Konspirasi akan
menguasai opini dunia. Satu orang Yahudi yang menjadi korban sama dengan
1.000 orang ghoyim/gentiles (non Yahudi) sebagai gantinya”.
Selain itu, butir ke-8 Protocol of Zion berbunyi; “Beberapa
sarana untuk mencapai tujuan adalah: Minuman keras, narkotika,
perusakan moral, seks, suap, dan sebagainya. Hal ini sangat penting
untuk menghancurkan norma-norma kesusilaan masyarakat. Untuk itu,
Konspirasi harus merekrut dan mendidik tenaga-tenaga muda untuk
dijadikan sarana pencapaian tujuan tersebut”.
Bahkan butir ke-24 Protocol of Zion dengan tegas menyatakan; “Pemuda
harus dikuasai dan menjadikan mereka sebagai budak-budak Konspirasi
dengan jalan penyebarluasan dekadensi moral dan paham yang menyesatkan”.
Media
memang salah satu bidang yang paling ampuh untuk mencapai tujuan,
karena melalui media, sebuah program dapat dengan cepat disebarluaskan,
dan bahkan melalui media, opini publik dapat dipengaruhi. Tujuan
Konspirasi Yahudi Internasional dengan ketiga butir itu jelas sejalan
dengan butir keempat, kelima dan keenam dari strategi yang dirancang
Adam Weishaupt. Karena itu jangan heran jika budaya dan tradisi lokal di
banyak negara saat ini telah tersingkir oleh budaya yang datang dari
Barat, khususnya Amerika Serikat (AS), karena dari sana lah para Yahudi
mengontrol gerakan mereka untuk menguasai dunia.
Anda yang belum tahu, mungkin akan
terkejut jika membaca data-data yang saya cuplik dari buku “Zionisme :
Gerakan Menaklukkan Dunia” yang ditulis ZA Maulani dan dipublikasikan
Pustaka Amanah, Jakarta, pada 2002, karena pada saat itu saja,
penguasaan Yahudi terhadap media sudah sangat luar biasa. Inilah
data-data tersebut :
Media-media kelas dunia seperti
harianThe New York Times, The Wall Street Journal, dan The Washington
Post adalah media-media milik pengusaha Yahudi. The New York Times milik
keluarga Suzberger yang juga memiliki 36 surat kabar harian lain, plus
12 majalah, di antaranya Mc Call’s dan Family Circle. Sementara surat
kabar kuning terkenal di Amerika, seperti Daily News dan The New York
Post dimiliki seorang miliarder Yahudi bernama Peter Kalikow, dan harian
The Village Voice milik pengusaha Yahudi bernama Leonard Stern.
Tiga majalah beken di Amerika dan di
seantero dunia, yakni Time, Newsweek, dan US News and World Report, juga
milik pengusaha Yahudi. Times diterbitkan oleh Warner Corporation yang
pemimpin eksekutifnya seorang Yahudi bernama Steven J. Ross. Sementara
penerbit buku berkelas dunia seperti Random House, Simon & Schuster,
dan Time Inc. Book Co. begitu pula pimpinan eksekutif Simon &
Schuster adalah Richard Snyder dan ketuanya Jeremy Kaplan. Keduanya
Yahudi.
Western Publishing, penerbit papan atas
dalam jajaran penerbit buku untuk anak-anak dan menguasai 50 persen
pangsa pasar buku anak-anak di Amerika dan dunia, juga memiliki ketua
dan pimpinan eksekutif seorang Yahudi, yakni Richard Bernstein.
Di
bidang televisi, Walt Disney Company yang mempopulerkan kartun Micky
Mouse dan Donald Duck, juga memiliki pemimpin eksekutif seorang Yahudi,
yakni Michael Eisner. Sementara di bidang perfilman, The Walt Disney
Pictures Group yang masih satu perusahaan dengan Walt Disney Company,
juga dipimpin seorang Yahudi, yakni Joe Roth. Perusahaan ini juga
merupakan pemilik Touchstone Pictures, Hollywood Pictures, dan Caravan
Pictures. Ketika Disney Company masih
dikuasai orang-orang non Yahudi, film-film yang diproduksi lebih
mengedepankan hiburan yang sehat bagi keluarga, namun setelah
diambilalih Eisner pada 1948, film-film buatan Disney diwarnai dengan
kekerasan dan seks yang tak sehat untuk keluarga dan anak-anak. Disney
juga merupakan pemilik taman-taman hiburan terkenal di dunia, seperti
Disneyland, Disney World, Tokyo Disneyland, dan Euro Disney.
Setiap tahun Disney menjual produk
bernilai miliaran dolar dalam bentuk buku, mainan anak-anak, pakaian dan
film. Pada Agustus 1995, Eisner mengakuisisi perusahaan Capital/ABC,
Inc. selaku pemilik ABC Television Network. Dari akuisisi ini, Einser
kemudian membangun kerajaan media televisinya dengan menguasai 10
stasiun televisi di New York, Chicago, Philadelphia, Los Angeles, dan
Houston. ESPN, anak perusahaan ABC Television, dikepalai Steven
Bernstein yang berdarah Yahudi. Perusahaan ini pemilik saham mayoritas
di Lifetime Television and Arts & Entertainment Network Cable yang
memiliki sekitar 3.400 jaringan di seluruh dunia.
Warner Music, salah satu perusahaan
rekaman terbesar di dunia, presiden komisarisnya bernama Danny Goldberg,
juga seorang Yahudi. CNN, salah satu televisi berita paling terkemuka
di dunia, dimiliki Ted Turner yang berdarah Yahudi. Karenanya jangan
heran jika siaran CNN mengenai negara-negara yang tidak sehaluan dengan
Israel, terutama negara-negara Islam atau negara dengan mayoritas
rakyatnya beragama Islam, akan selalu dipelintir sehingga cenderung
subjektif dan tidak berimbang.
Orang-orang dengan wajah dan latar
belakang Timur Tengah atau muslim, senantiasa digambarkan sebagai
bandit, bengis, culas, tak dapat dipercaya, dan bahkan teroris.
Televisi terkemuka lainnya, ABC, CBS,
dan NBC, juga dimiliki Yahudi, karena ABC dipimpin Leonard Goldenson
yang berdarah Yahudi, CBS dipimpin Laurence Tisch yang juga Yahudi, dan
NBC dipimpin Robert Sarnoff yang juga Yahudi.
Perusahaan film seperti MCA dan
Universal Pictures dimiliki satu perusahaan, yakni Seagram Co.Ltd, dan
bosnya seorang Yahudi bernama Edgar Bronfman. Bahkan Yahudi yang satu
ini tercatat sebagai ketua World Jewish Congress (Kongres Yahudi
Sedunia).
Melvyn Golden Meyer (MGM) yang
memproduksi serial James Bond, juga milik Yahudi. Begitu pula dengan
Dreamwork yang sukses dengan film-film animasi dan film berefek tinggi
seperti How Train The Dragon dan The Transformer, karena perusahaan ini
dibidani oleh Stephen Spielberg, David Geffen, dan Jeffrey Katzenberg
yang ketiganya Yahudi.
Dengan penguasaan yang begitu luar
biasa, maka tak heran jka Amerika Serikat tumbuh menjadi negara yang
paling maju di bidang perfilman, musik, dan pers, dan menjadi kiblat
banyak negara, termasuk Indonesia. Dari sana pulalah lahir industri
pornografi yang ditandai dengan terbitnya majalah pria dewasa Playboy,
Penthouse, Hustler, dan lain-lain, dan perusahaan film yang khusus
memproduksi film-film porno seperti Vivid dan Belami.
Menurut majalah Saksi edisi Februari
2006, pendiri Playboy, Hugh Hefner, merupakan anggota The
Anti-Defamation League (ADL) atau Liga Anti Fitnah, sebuah organisiasi
pro-Zionis yang ikut mendanai organisasi-organisasi Zionis di Amerika
Serikat dan di seluruh dunia. Organisasi ini merupakan gerakan bawah
tanah di Amerika Serikat yang memusatkan kegiatannya untuk melakukan
propaganda demi menangkis semua pernyataan maupun isu-isu yang merugikan
Israel dan Zionis. Direktur Nasional ADL, Abraham F. Foxman, mengatakan
; “Penguasaan industri pornografi oleh kekuatan Yahudi adalah suatu
karya gemilang orang Yahudi yang mengawali berdirinya industri
pornografi di dunia, dan menjadikannya sebagai bagian dari apa yang
disebut sebagai The American Dream”.
Propaganda Yahudi untuk melaksanakan
butir ke-8 dan 24 Protocol of Zion kian massif ketika industri internet
berkembang begitu cepat, karena melalui industri ini, apa yang mereka
produksi dapat lebih mudah disebarluaskan dan tak dapat dibendung karena
dapat diakses darimana saja, seperti dari rumah, kantor, café, bahkan
jalanan melalui komputer, laptop, dan handphone. Maka jangan heran jika
dari waktu ke waktu orang makin terbiasa dengan seks dan kekerasan yang
dipertontonkan Zionis melalui film, VCD dan DVD, sehingga apa yang
dahulu tabu di negara-negara Timur seperti Indonesia, kini bukan lagi
hal yang tabu, seperti misalnya saja berciuman di depan umum, dan
mengumbar kata-kata vulgar.
Upaya Zionis untuk mendegradasi moral
anak bangsa di seluruh dunia kian ampuh dengan eksisnya Mafia di seluruh
dunia. Organisasi ini, menurut buku ‘Knight Templar, Knight of Christ’,
didirikan oleh Guiseppe Mazzini, Grand Master Freemasonry Italia
derajat ke-33 yang juga pimpinan tertinggi Illuminati pasca meninggalnya
Adam Weishaupt pada 1830.
Masonik yang hidup pada 1805-1872 ini
juga merupakan tokoh di balik revolusi Italia dalam melawan Austria pada
1848 sehingga dijuluki sebagai pemimpin revolusioner negara itu, namun
juga merupakan pendiri Gangster Sicilia.
Menurut Rizki Ridyasmara, penulis
‘Knight Templar, Knight of Christ’, dalam buku 'World Underworld' karya
Andrew Varna yang diterbitkan Museum Press, London, pada 1957, kata
Mafia merupakan gabungan kata Mazzini, Autorizza, Furti, Incendi,
dan Avvelenamenti yang berarti “Mazzini memberikan hak untuk mencuri,
membakar, dan meracuni”. Kata Mafia berasal dari kumpulan huruf depan kelima kata itu.
Tak jelas kapan organisasi ini berdiri, namun sejarahnya dapat dilacak dari ketika Mazzini mendirikan sebuah organisasi bernama Oblonica
yang dalam bahasa latin disebut Obelus pada 1860, karena dalam
organisasi ini Mazzini membentuk hirarki yang penuh kerahasiaan dan
aturan yang ketat, yang kini kita kenal sebagai Mafia. Organisasi
kejahatan ini menyeberang ke Amerika sekitar 1890-an bersamaan dengan
terjadinya gelombang imigrasi masyarakat Italia ke benua itu, dan
merajalela di sana, serta kemudian menyebar lagi ke seluruh dunia,
termasuk Indonesia, sehingga jangan heran jika Indonesia pernah
dijadikan pangsa pasar penjualan narkotika, dan kini bahkan menjadi
negara produsen yang memasarkan hasil produknya ke negara lain.
Tak sulit untuk menghubungkan organisasi
ini dengan Freemasonry, karena janji antara anggota Mafia, tak berbeda
dengan janji seorang Mason. Dalam buku 'Handbook of Masonry', Ronayne
menuliskan begini tentang janji seorang Mason ; “Kami melindungi dan
menutup rapat-rapat segala bentuk kejahatan yang dilakukan Saudara kami
sesama Mason … dan jika diperintahkan untuk bersaksi atas kejahatan
yang dilakukan Saudara kami sesama Mason, lindungilah. Bahkan jika
perlu, untuk membebaskannya, berilah jaminan bagi saudaramu itu”.
Selain itu, dalam laporan Commissione
Parlamentare Antimafia (CPA) Italia yang mengkaji hubungan antara Mafia
dengan politik pada 1993 menyatakan ; “Komite menemukan satu kenyataan
bahwa antara Cosa Nostra (Mafia) dan institusinya memiliki keterkaitan
yang sangat besar dengan Massoneria (Freemasonry)”.
Melalui
Mafia, Konspirasi Yahudi Internasional yang terdiri dari para Mason,
Illuminati, dan pengusaha serta kapitalis Yahudi, merekrut begitu banyak
orang dari kalangan muda di negara dimana mereka bergerak, dan kemudian
menyebarkan racun berupa minuman keras dan Narkotika, prostitusi, dan
berbagai bentuk kejahatan yang lain. Efeknya sudah terlihat sejak
beberapa dekade lalu, dimana para pemuda yang terjerumus pada minuman
keras, narkotika dan prostitusi, tumbuh menjadi orang-orang yang
cenderung tak bermoral, egois, tak dapat diandalkan. Bahkan menjadi
pelaku kejahatan. Yahudi berhasil melaksanakan butir ke-8 dan 23
Protocol of Zion dengan sangat baik.
Saat ini, tengoklah, berapa banyak
pemuda Indonesia yang menganut faham seks bebas, yang bahkan tak
malu-malu lagi mengandung dan melahirkan tanpa didahului prosesi
pernikahan? Seberapa banyakkah pemuda Indonesia yang menjadi pecandu
narkoba dan minuman keras, bahkan menjadi pelanggan PSK? Jangan heran
jika Indonesia sulit menjadi negara besar seperti yang dicita-citakan
para The Founding Father, karena gerakan yang tak kasat mata telah
membentuk masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang hedonis,
individualis, dan tidak memiliki semangat juang tinggi, malas, tidak
bertanggung jawab, karena telah tercekoki dengan kenikmatan dunia yang
semu. Bahkan agar terus dapat mereguk kenikmatan itu, tak segan-segan
korupsi jika ada kesempatan, sehingga negara ini terjerumus menjadi
salah satu negara terkorup di dunia.
Jangan salah, tempat-tempat hiburan yang
banyak dibangun saat ini, termasuk Disneyland, adalah salah satu cara
Yahudi untuk membuat para ghoyim asyik dengan kehidupan duniawai, dan
mengabaikan, bahkan melupakan kehidupan akhirat, sehingga kelak, di hari
kiamat, akan menjadi teman mereka di neraka Jahannam.
14: Berawal dari Kedatangan VOC
Tak
ada data pasti kapan Freemasonry merasuki kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia, namun Herry Nurdi dalam buku ‘Jejak Freemason
& Zionis di Indonesia’ memperkirakan, para Mason memasuki Indonesia
melalui anggota mereka yang berasal dari Belanda, dan datang ke
Indonesia bersamaan dengan masuknya Vereenigde Oostindische Compagnie
(VOC) pada abad 17 untuk mencari rempah-rempah.
Perkiraan ini merujuk pada lambang milik
perusahaan Belanda itu yang berupa huruf V besar dengan huruf O dan C
yang menempel pada kedua kaki V, dan huruf A di atasnya. Jika kedua kaki
huruf A ditarik hingga memanjang ke bawah dan kedua kaki huruf V
ditarik hingga memanjang ke atas, maka akan terbentuk simbol bintang
David, simbol Freemasonry. Lagipula dalam bahasa Belanda tidak dikenal
huruf A, sehingga lambang VOC dicurigai sebagai penyamaran lambang
organisasi persaudaraan rahasia kaum Yahudi itu, karena memang, sejak
awal eksistensinya pun organisasi ini selalu berusaha agar tidak banyak
orang yang tahu tentang keberadaannya. Bahkan karena berasal dari
Belanda, di Indonesia organisasi ini dikenal dengan nama Vrijmetselarij.
Berdasarkan laporan tentang sejarah para Masonik di Indonesia yang diterbitkan Paul van der Veur pada 1976 dan diberi judul ‘Freemasonry in Indonesia from Radermacher to Soekanto 1762-1962’,
diketahui kalau gerakan Freemasonry di Indonesia, khususnya di Pulau
Jawa, dirintis olehJ.C.M. Radermacher. Dia jugalah yang memprakarsai
pembangunan lodge pertama di Batavia yang diberi nama ‘La Choisie’ atau
‘Yang Terpilih’ pada 1762. Bahkan nama Radermacher digunakan sebagai
nama sebuah organisasi yang disebut Perhimpunan Batavia untuk Kesenian
dan Ilmu Pengetahuan atau Batavian Society of Arts and Science.
Nama
Soekanto yang disebut dalam laporan Paul van der Veur adalah Raden Said
Soekanto Tjokrodiatmojo yang kala itu menjabat sebagai Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Kapolri, dan yang namanya
diabadikan sebagai nama rumah sakit Polri di Kramatjati, Jakarta Timur,
yakni RS Soekanto. Dalam bukunya, Herry Nurdi menyebut, Soekanto pernah
menjadi Suhu Agung para Vrijmetselarij di Indonesia, dan sejak 1952
namanya tercatat di Lodge Purwo Daksina.
Pada awal-awal Freemasonry merambah
Indonesia, para pengikutnya adalah orang-orang Belanda yang berdarah
Yahudi dan orang Eropa non Yahudi dengan beragam profesi, terutama
pedagang. Namun dalam perkembangan selanjutnya, banyak penduduk pribumi,
khususnya penduduk Pulau Jawa, yang menjadi anggota organisasi ini.
Bahkan Van Niel, sejarawan Amerika, menyebut, bahwa pendidikan yang
disumbangkan kaum Masonik turut berperan dalam melahirkan kaum elit
modern di Indonesia, karena sejak mulai berkiprah, para Masonik
membangun sekolah-sekolah dan memberikan pendidikan kepada kaum miskin,
serta memberikan kesempatan kepada kaum muda Jawa yang berbakat untuk
melanjutkan pendidikan di Eropa. Seluruh biaya ditanggung oleh para
Vrijmetselarij. Maka tak heran jika gerakan para Mason di Indonesia,
khususnya di Pulau Jawa, begitu cepat berkembang, bahkan berhasil
menarik sejumlah orang penting ke dalam organisasinya.
Selain Soekanto, menurut Herry Nurdi,
Pangeran Ario Notodirodjo yang merupakan ketua Boedi Oetomo 1911-1914
juga pernah menduduki jabatan tinggi di Vrijmetselarij, dan namanya
tercatat di Lodge Mataram sejak 1887. Raden Adipati Tirto Koesomo,
bupati Karanganyar yang juga ketua Boedi Oetomo, juga merupakan anggota
di Lodge Mataram. Pengurus Boedi Oetomo yang lain yang juga anggota
Freemasonry adalah Mas Boediardjo yang pada 1916-1922 menjabat sebagai
inspektur pembantu divisi Inlands Onderwijs atau Pendidikan Pribumi.
Adik Pangeran Ario Notodirodjo, Pangeran
Koesoemo Yoedho, putra Paku Alam V, berkali-kali menjadi pengurus di
Lodge Mataram sejak dilantik menjadi anggotaVrijmetselarij pada 1909.
Bahkan pada 1930, dia menjadi pengurus pusat dan merupakan orang Jawa
pertama yang mempelajari indologi di Leiden, Belanda, dan lulus ujian
besar, ujian yang biasanya hanya diperuntukkan bagi orang Belanda saja.
Tokoh lain yang menjadi anggota
Vrijmetselarij adalah Dr. Radjiman Wediodipoera, tokoh penting dalam
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
dan yang menjadi ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
bersama mantan Presiden Soekarno. Juga Raden Saleh (1810-1880), pelukis
terkenal.
Ketika Belanda menjajah Indonesia dan
mengambil alih kekuasaan VOC, gerakan Freemasonry sempat menghadapi
kendala berarti, karena kerajaan Belanda yang dekat dengan gereja dan
para pemimpin Katolik, bersikap memusuhi para Mason, dan menganggapnya
sebagai “makhluk-makhluk berbahaya bagi negara dan agama”. Namun,
kuatnya jaringan para Mason, membuat gerakan Freemasonry tetap tak
terbedung. Kekuatan jaringan ini antara lain karena di antara para Mason
ada yang berprofesi sebagai pengusaha, petinggi militer, pengacara,
notaris, pegawai pengadilan, bahkan polisi. Masonik yang berprofesi
sebagai pengacara di antaranya Nicolas Maas yang merupakan anggota Lodge
La Fidele Sincerete, lodge kedua yang dibangun para Mason di Batavia
pada 1767; Masonik yang berprofesi sebagai tentara di antaranya Mayor
Zeni C.F. Reimen yang juga anggota Lodge La Fidele Sincerete; dan yang
berprofesi sebagai pegawai pengadilan di antaranya P.A. de Win, juga
anggota Lodge La Fidele Sincerete.
Ketika Jepang menjajah Indonesia, para
Mason sempat kocar-kacir sehingga untuk sementara gerakan organisasi
Yahudi ini terhambat. Namun setelah Jepang menyerah karena dua kotanya,
Hiroshima dan Nagasaki, dibom atom Amerika Serikat pada 14 Agustus 1945,
kekuatan Freemasonry kembali menguat, bahkan terus berkembang, sehingga
makin banyak lodge-lodge yang dibangun, yang pembangunannya tak hanya
di Batavia, tapi juga di kota-kota lain, hampir di seluruh Indonesia,
seperti di Semarang, Surabaya, Tegal, Pekalongan, dan beberapa kota di
Pulau Sumatera.
Di Indonesia, lodge yang merupakan
markas para Masonik untuk melakukan berbagai kegiatan untuk kepentingan
organisasinya, disebut loji. Ada kisah menarik di balik pembangunan loji
di Pekalongan, karena ketika pembangunan gedung ini nyaris rampung,
masyarakat setempat menolak keberadaannya karena menilai acara-acara
ritual yang dilakukan para Mason di loji itu, sesat. Dan saat ini, Loji
tersebut dikenal dengan nama Gedong Setan. Mengapa demikian?
Seperti kita tahu, kaum Yahudi menganut
Kabbalah, sebuah kepercayaan yang bersumber dari tradisi lisan Mesir
kuno yang mengandung filsafat esoteris dan ritual penyembahan serta
pemujaan berhala dan Lucifer, raja Iblis. Maka ketika berada dalam
gedung itu, yang dilakukan para Mason bukan hanya membahas hal-hal yang
terkait dengan organisasi mereka saja, tapi juga melakukan ritual-ritual
untuk menyembah berhala dan setan. Itu sebabnya masyarakat Pekalongan
menilai ritual yang dilakukan para Mason di lojinya sesat, dan loji itu
kemudian dijuluki Gedong Setan.
15: Pengaruhi Sejarah Indonesia
Anda
mungkin bertanya-tanya mengapa begitu banyak tokoh Boedi Oetomo yang
menjadiMason, atau bahkan mungkin tak percaya? Untuk mencapai tujuannya,
Yahudi melakukan berbagai cara, termasuk menyusupi bidang pendidikan,
kebudayaan, dan kesenian demi membentuk intelektual-intelektual yang
dapat disusupi ke berbagai bidang pemerintahan dari suatu negara yang
ingin dikuasainya, sehingga dengan demikian organisasi ini memiliki
kekuatan pendukung dan pelindung yang kuat, yang memungkinkan gerakan
mereka terus tumbuh dan berkembang tanpa dapat dibendung.
Sejarah mencatat, Boedi Oetomo dikenal
sebagai organisasi kepemudaan pribumi di era kolonial Belanda yang
mencetuskannasionalisme dan menjadi salah satu penopang pergerakan
pemuda di Tanah Air untuk melawan Belanda, namun Herry Nurdi dalam buku
‘Jejak Freemason & Zionis di Indonesia’ menyebut, lembaga pendidikan
ini justru sangat menentang nasionalisme, karena sejak Vrijmetselarij
‘menunggangi’ organisasi ini, para Mason telah mencekoki para tokohnya
dengan berbagai doktrin, termasuk doktrin Indonesia Baruyang dikonsep
sesuai dengan tujuan mereka untuk menguasai dunia, dan sikap mereka yang
menolak Islam serta Kristen, karena mereka menganut Kabbalah. Maka tak
heran ketika KH. Ahmad Dahlan, salah seorang tokoh senior mereka,
mengusulkan agar di organisasi mereka diadakan pengajian, mayoritas
tokoh Boedi Oetomo menolak. Bahkan para penolak usulan kyai yang pada
1912 mendirikan Muhammadiyah itu tak segan-segan menghina dan menghujat
Islam, serta menghasut umat Islam agar tak perlu berhaji karena hanya
membuang-buang uang. Salah satu tokoh Boedi Oetomo yang bersikap keras
terhadap Islam di antaranya Dr. Soetomo yang kemudian membentuk Surabaya
Studie Club dan berdebat sengit dengan Sarekat Islam tentang banyak hal
terkait dengan masalah-masalah ke-Islam-an, termasuk dalam hal
berbangsa dan bernegara. Dalam kongres yang diselenggarakan pada 1952,
Boedi Oetomo mengukuhkan kebudayaan Jawa sebagai dasar pendidikan
mereka.
Apa yang didoktrin para Mason kepada
para tokoh Boedi Oetomo antara lain dapat dilacak dari tulisan Annie
Besant, pemimpin besar Theosofische Vereeninging, Perkumpulan Theosofi
di Hindia Belanda (baca; Indonesia) yang juga seorang Mason keturunan
Belanda. Dalam artikel berjudul Soal Doenia yang diterbitkan majalah
Liberty, Surabaya, Annie menulis begini ; “Ada orang mengira bahwa nilai
dari tanah Arab, Nabi Muhammad ada berlainan dari Nabi dari agama-agama
lainnya. Semua itu, meskipun berlainan rupanya, dan orang menganggap
apa yang menjadi kenyataan sendiri ada lebih tinggi. Padahal semua agama
itu menjadi sekawan dalam Rumah Bapak ini”.
Annie juga menyatakan, bahwa fanatisme
agama adalah penyebab perseteruan dan konflik sosial di masyarakat.
“Meskipun agama bukan satu-satunya faktor, namun jelas sekali bahwa
pertimbangan keagamaan dalam konflik-konflik itu dan dalam eskalasinya
sangat banyak memainkan peran”.
Tulisan ini jelas sekali menunjukkan
doktrin antiagama dan sekuler. Doktrin inilah yang antara lain diduga
kuat dicekoki kepada para tokoh Boedi Oetomo sehingga mereka ‘memusuhi’
Islam. Doktrin ini dicekoki melalui berbagai cara, termasuk
melaluigerakan theosofi, sebuah gerakan yang dilembagakan dengan nama
Perkumpulan Theosofi dan didirikan Freemasonry di New York, AS, pada 17
November 1875. Perkumpulan berbentuk badan internasional ini memiliki
tiga tujuan utama, yakni mengadakan inti persaudaraan antara sesama
manusia tanpa memandang bangsa, kepercayaan, kelamin, kaum atau warna
kulit; memajukan pelajaran dengan mencari persamaan dalam agama-agama,
filsafat dan ilmu pengetahuan; dan menyelidiki hukum-hukum alam yang
belum dapat diterangkan dan kekuatan-kekuatan dalam manusia yang masih
terpendam.
Sekilas,
ketiga tujuan itu memang sangat baik dan mulia, namun jika dicermati
lebih mendalam, tujuan-tujuan itu cenderung merusak agama dan tatanan
hidup manusia, karena dari perkumpulan inilah kemudian muncul
istilah-istilah pluralisme,kebebasan berfikir, liberalisme, bahwa semua
agama itu sama, dan lain-lain, serta mendorong orang untuk mengkaji
hal-hal ghaib seperti mengkaji tenaga dalam dari alam maupun dari dalam
diri manusia sendiri. Bahkan saat memberikan ceramah dalam pertemuan The
Indonesian-Pakistan Culture Association yang diselenggarakan di Amerika
pada 9 Desember 1953, tokoh nasional yang dikenal sebagai diplomat
ulung, H. Agus Salim, mengaku, kalau keterlibatannya dalam Perkumpulan
Theosofimembuatnya ‘terjerumus’ ke dalam dunia politik selama lebih dari
40 tahun.
“Namun di sini hendak saya ikrarkan,
bahwa mulai saat ini pesan yang hendak saya bawa ialah pesan agama
Islam. Saya tidak akan menghiraukan soal-soal politik, karena bila ada
terdapat suatu upaya untuk menyembuhkan segala penyakit di dunia ini,
saya yakin upaya itu tidak lain daripada mencari jalan menuju ke Allah,
dan memperjelas jalan itu,” tegasnya.
Tak lama setelah mengeluarkan pernyataan
ini, Agus Salim keluar dari PerkumpulanTheosofische Vereeninging,
Perkumpulan Theosofi di Indonesia.
Tokoh nasional yang lain yang pernah
tercatat sebagai tokoh Perkumpulan Theosofi, menurut Herry Nurdi dalam
buku ‘Jejak Freemason dan Zionis di Indonesia’, adalah ketua BPUPKI Dr.
Radjiman Wedyodiningrat, dan Achmad Subardjo, salah seorang menteri
dalam kabinet pertama yang dibentuk Presiden Soekarno. Dr. Radjiman
adalah propagadis terkemuka dari Theosofi yang menyebarkan ajaran-ajaran
Theosofi melalui cerita-cerita wayang.
Bukti bahwa Boedi Oetomo dibina oleh
Vrijmetselarij di antaranya adalah, Kongres I organisasi ini pada 1926
terlaksana berkat inisiatif Theosofische Vereeninging dan
diselenggarakan di Loji Broederkarten sehingga sempat menimbulkan
gelombang protes di kalangan pemuda dalam anggota organisasi itu, dan
Kongres II diselenggarakan di Loji Mataram dan dihadiri Bupati
Karanganyar, Surakarta, Raden Adipati Tirto Koesomo yang merupakan tokoh
Vritmetselarij dan tercatat sebagai anggota Loji Mataram sejak 1895.
Karenanya, menurut Herry Nurdi, tidak
berlebihan jika disebutkan bahwa gerakan-gerakan awal di Indonesia untuk
meraih kemerdekaan, bahkan gerakan yang dianggap pemerintah sebagai
pelopor kebangkitan Indonesia seperti Boedi Oetomo, sangat terwarnai,
bahkan dipengaruhi gerakan Zionis Internasional melalui
Vrijmetselarijsebagai kepanjangan tangannya di Indonesia. Bahkan cermati
baik-baik tulisan pada lambang negara Amerika Serikat, burung rajawali,
yang berhiaskan tulisan ‘E Pluribus Unum’ dengan tulisan pada lambang
negara Indonesia, garuda, yang berhiaskan tulisan ‘Bhineka Tunggal Ika’.
U Pluribus Unum berarti ‘satu dari yang banyak’, sementara Bhineka
Tunggal Ika berarti ‘meski berbeda-beda namun tetap satu’. Kedua kalimat
itu memiliki makna yang sama.
Selain persamaan makna kata itu, coba
cermati baik-baik lambang negara Indonesia dan Amerika, akan terlihat
mirip, dan bahkan sama-sama memiliki perisai di dadanya. Menurut Herry
Nurdi, lambang negara Indonesia sebenarnya merupakan bentuk lain dari
Dewa Horus, salah satu simbol suci bagi masyarakat Yahudi.
Tentang
hal ini, penulis buku ‘Jejak Freemason & Zionis di Indonesia’ ini
merujuk pada penjelasan tentang lambang negara yang tercantum dalam
lembaran negara Peraturan Pemerintah (PP) No. 66/1951 tanggal 17 Oktober
1951 tentang Lambang Negara. Pasal 3 PP ini dijelaskan, bahwa “Burung
garuda yang digantungi perisai itu ialah lambing tenaga pembangun
(creative vermogen) seperti dikenal pada peradaban Indonesia. Burung
garuda dari mythology menurut perasaan Indonesia berdekatan dengan
burung elang rajawali. Burung itu dilukiskan di Candi Dieng, Prambanan,
dan Panataran. Ada kalanya dengan memakai lukisan berupa manusia dengan
berparuh burung dan bersayap (Dieng); di candi Prambanan dan di candi di
Jawa Timur rupanya seperti burung, dengan berparuh panjang berambut
raksasa dan bercakar. Lihatlah lukisan garuda di candi Mendut,
Prambanan, dan candi-candi Sukuh, Kendal di Jawa Timur”.
Kalimat-kalimat yang di-bold dan
digarisbawahi memiliki penggambaran yang sama persis dengan sekripsi
wujud Dewa Horus, yakni berupa manusia berparuh burung dan bersayap,
berambut, dan bercakar.
16: Makin Kuat Mencengkeram Indonesia
Awal-awal
kemerdekaan merupakan awal-awal yang menegangkan bagi parapelaku
sejarah, terutama yang beragama Islam, karena pada saat inilah mereka
harus ‘berhadap-hadapan’ dengan wakil paraFreemasonry yang ingin
‘menggenggam’Indonesia sebagaimana organisasinya telah menguasai
Amerika. Mengapa organisasi persaudaraan rahasia Yahudi itu sangat
menginginkan Indonesia? Jawabannya mudah.
Indonesia merupakan negara yang kaya
akan hasil bumi seperti rempah-rempah, minyak, emas, perak, batu bara,
dan sebagainya, dan merupakan negara yang amat luas dengan jumlah
penduduk yang sangat banyak. Untuk dapat menguasai dunia, Yahudi
membutuhkan sumber dana yang tak terbatas, maka strategi Adam Weishaupt
diberlakukan di sini, yakni penghapusan dan penguasaan seluruh lahan
pribadi dan kekayaan keturunan.
Dengan menerapkan strategi penghapusan
dan penguasaan kekayaan keturunan, maka dapat dimengerti mengapa tak
lama setelah Soeharto diangkat menjadi presiden untuk menggantikan
Soekarno pada 12 Maret 1967, dengan dalih kerjasama dalam bentuk kontrak
karya, pada tahun itu juga Soeharto dengan ikhlas ‘menyerahkan’ lahan
tambang di kawasan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, untuk dikelola
Amerika. Hingga kini Indonesia hanya menikmati secuil dari cadangan
kekayaan alam di sana, karena 81,28% saham di PT. Freeport Indonesia,
perusahaan pengelelola lahan tambang itu, dikuasai Freeport-McMoRan
Copper & Gold Inc., yang berkantor pusat di New Orleans. Gilanya
lagi, 9,4% saham di PT. Freeport Indonesia dimiliki PT. Indocopper
Investama yang 100% sahamnya dimiliki Freeport-McMoran Copper & Gold
Inc., sementara saham pemerintah Indonesia sebagai pemilik lahan hanya
9,32%!
Padahal,
cadangan tembaga di Tembagapura itu disebut-sebut sebagai ketiga
terbesar di dunia, sedang cadangan emasnya merupakan yang terbesar di
dunia. Per tahun, dari lahan ini PT. Freeport Indonesia mengeduk
pemasukan sedikitnya US$ 2,3 miliar.
Selain beroperasi di Indonesia,
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. juga menggarap lahan tambang di
Colorado, New Mexico, dan Arizona, ketiganya di Amerika Utara. Juga
beroperasi di Chili dan Peru (Amerika Selatan), serta Kongo (Afrika).
Dengan strategi penghapusan dan
penguasaan seluruh lahan pribadi, sejak awal kebangkitan Indonesia
pascakemerdekaan, terutama selama era Orde Baru,Freemasonry melalui para
Mason-nya di Indonesia, mempropagandakan ide-ide yang menyatakan bahwa
produk luar negeri lebih bermutu dibanding produk dalam negeri, dan
orang akan merasa lebih bergengsi bila dapat mengonsumsi atau mengoleksi
barang-barang buatan luar negeri, sehingga apapun yang diproduksi dari
luar negeri, terutama Amerika Serikat, laris dibeli oleh orang
Indonesia. Maka tak heran jikapemerintah harus berjuang habis-habisan
agar bangsa Indonesia lebih mencintai produknya sendiri. Hingga kini,
karena ide-ide itu telah tertanam kuat di benak sebagian bangsa
Indonesia, terutama di kalangan atas, upaya pemerintah tidak sepenuhnya
berhasil. Maka jangan heran jika produk KFC, Mc Donald dan sebagainya,
sangat laris, sementara produk sejenis (ayam goreng atau fried chicken)
yang dijual di restoran Indonesia dan warteg, hanya menjadi konsumsi
masyarakat kalangan bawah, serta sebagian kalangan menengah. Jadi tanpa
kita sadari, sejak awal Soekarno terguling pada 1967, Yahudi melalui
Freemasonry tak hanya menjadikan Indonesia sebagai ‘lumbung uang’ yang
dapat dikeruk setiap hari, tapi juga menjadikan negara ini sebagai
pangsa pasar produk-produk yang juga mereka hasilkan.
Di dunia hiburan, mereka menjadikan
Amerika sebagai yang terdepan, sehingga dibanding film-film dan musik
yang dijual negara lain, penduduk Indonesia lebih menyukai film-film dan
musik buatan Amerika, bahkan menjadikan negara itu sebagai barometer.
Jadi, sekali lagi, tanpa disadari kita sebenarnya telah dikepung Yahudi
dari berbagai arah agar mereka mendapatkan income sebesar-besarnya dari
Indonesia demi tujuan menguasai dunia.(Vita Fractnumulus)
Puncak ketegangan para pejuang non
Masonik dengan para Masonik pada awal-awal kemerdekaan Indonesia,
menurut Herry Nurdi dalam buku “Jejak Freemason & Zionis di
Indonesia” adalah hilangnya tujuh kata dalam Piagam Jakarta atau The
Jakarta Charter yang menjadi pembukaan UUD 1945. Ketujuh kata dimaksud
adalah “ …dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya”.
Piagam Jakarta dirumuskan oleh tim
sembilan yang terdiri dari Soekarno, Muhammad Hatta, AA Maramis,
Abikoesno, Tjokrosoejoso, Prof. Abdul Kahar Muzakir, Haji Agus Salim,
Achmad Soebardjo, Abdul Wachid Hasyim, dan Muhammad Yamin, dan
ditetapkan pada 22 Juni 1945. Ketujuh kata itu hilang pada 18 Agustus
1945 atau sehari setelah teks Proklamasi dibacakan. Salah seorang yang
berperan atas hilangnya kata itu adalah Muhammad Hatta.
Dalam buku berjudul “Sekitar Proklamasi
17 Ags 45” pada bab 5, Bung Hatta menjelaskan; “pada sore hari saya
menerima telepon dari Nisyijima, pembantu Admiral Mayeda, yang
menanyakan dapatkah saya menerima seorang opsir kaigun (Angkatan Laut
Jepang), karena ia mau mengemukakan suatu hal yang sangat penting bagi
Indonesia. Nisyijima sendiri yang menjadi juru bahasanya. Saya
persilahkan mereka datang. Opsir itu yang saya lupa namanya, datang
sebagai utusan Kaigun untuk memberitahukan dengan sungguh-sungguh, bahwa
wakil-wakil Protestan dan Katolik dalam daerah-daerah yang dikuasai
oleh Angkatan Laut Jepang berkeberatan sangat terhadap bagian kalimat
dalam pembukaan UUD yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Mereka mengakui,
bagian kalimat itu tidak mengikat mereka, hanya mengenai rakyat yang
beragama Islam. Tetapi tercantumnya ketetapan seperti itu di dalam suatu
dasar yang menjadi pokok UUD berarti mengadakan diskriminasi terhadap
golongan minoritas. Jika ‘diskriminasi’ itu ditetapkan juga, mereka
lebih suka berdiri di luar Republik Indonesia”.
Atas hilangnya tujuh kata itu, Muhammad
Roem mengatakan begini; “Hilangnya tujuh perkataan itu dirasakan oleh
umat Islam sebagai kerugian besar dan tak jarang yang menyayangkannya.
Tetapi, karena hilangnya tujuh kata itu dimaksudkan agar golongan
Protestan dan Katolik jangan memisahkan diri dari Republik Indonesia,
maka umat Islam merelakannya. Karena itu Menteri Agama Jenderal Alamsyah
Ratu Prawiranegara menamakan Pancasila adalah hadiah terbesar yang
diberikan umat Islam kepada RI”.
Namun dalam pengantar buku “Piagam
Jakarta 22 Jumi 1945” yang ditulis H. Endang Saifuddin Anshari, Roem
mempertanyakan begini ; “Apakah opsir Jepang tersebut wakil dari Kaigun?
Darimana Kigun mengambil wewenang untuk menjadi penyambung lidah
golongan Protestan dan Katolik? Apakah ada resolusi yang diambil oleh
golongan Protestan dan Katolik, bahwa mereka lebih baik di luar Republik
Indonesia kalau ketujuh kata itu ada dalam preambule UUD 1945? Bukankah
dalam panitia sembilan yang merumuskan dan menandatangani Piagam
Jakarta 22 Juni 1945 itu antara lain duduk Mr. AA Maramis yang dapat
dipandang mewakili golongan Kristen? Bukankah dalam pleno BPUPKI yang
menerima bulat Piagam Jakarta tanggal 11 dan 16 Juli 1945 itu terdapat
pula orang-orang Kristen lainnya, antara lain Mr. Latuharhari, seorang
pemimpin terkemuka?”
Jadi jelas ada yang bermain di balik
hilangnya ketujuh kata tersebut, dan diduga kuat para Mason lah pemain
tersebut, karena Yahudi tak menyukai agama, termasuk Islam, dan Yahudi
tak ingin Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslim, menjadi negara
yang berlandaskan Islam. Mereka ingin Indonesia menjadi negara sekuler,
negara yang tidak membaurkan agama dengan pemerintahan. Apalagi karena
seperti telah diulas sebelumnya, Haji Agus Salim dan Achmad Soebardjo
merupakan anggota Perkumpulan Theosofi, sehingga dapat dianggap termasuk
kaum Masonik.
Dalam buku “Jejak Freemason & Zionis
di Indonesia”, Herry Nurdi bahkan menengarai kalau Muhammad Yamin pun
seorang Masonik karena dia anggota senior Jong Sumatrenan Bond atau
Ikatan Pemuda Sumatera, organisasi yang didirikan di kawasan
Weltervreden yang sekarang bernama Gambir. Organisasi ini berdiri karena
difasilitasi Perhimpunan Theosofi atau Theosofische Vereniging. Bukti
bahwa organisasi ini terkait dengan Freemasonry dapat diendus dari
monumen yang dibangun organisasi ini di lapangan Segitiga Michiels,
persis di depan Oranje Hotel yang kini bernama Hotel Muara, pada 6 Juli
1919. Monumen yang rampung pada 1920 itu berbentuk obelisk dengan
paramida pada puncaknya, serta bola dunia bertengger di atas puncak itu.
Obelisk, piramida, dan bola dunia adalah simbol-simbol agung
Freemasonry. Herry menulis, dari organisasi inilah Muhammad Yamin
kemudian terjun ke percaturan politik Tanah Air, dan menjadi salah satu
dari tiga tokoh yang membuat lambang negara Indonesia, burung garuda.
Dua tokoh lainnya adalah Sultan Hamid II dan Ki Hajar Dewantara.
Sultan Hamid II dan Ki Hajar Dewantara,
menurut Herry Nurdi, memiliki kaitan erat dengan Vrijmetselarij atau
Freemasonry, karena Ki Hajar Dewantara merupakan salah seorang anggota
senior sekaligus pendiri Boedi Oetomo yang ditunggangi organisasi
persaudaraan rahasia Yahudi tersebut. Sedang Sultan Hamid II yang lahir
dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie pada 12 Juli 1913 adalah
keturunan Abdul Rachman, Sultan Pontianak yang terdaftar dalam
persaudaraan Vrijmetselarij di Surabaya pada 1944.
Jenjang pendidikan Sultan Hamid II
adalah sekolah dasar Belanda, bahkan termasuk salah seorang Indonesia
yang disekolahkan di sekolah militer Belanda di Breda. Pada masa
kemerdekaan, Sultan Hamid II diangkat Soekarno menjadi Menteri Negara
Zonder Porto Folio. Ketika Soekarno membentuk Panitia Lencana Negara
pada 10 Januari 1950, dia ditunjuk sebagai kordinatornya. Lambang negara
hasil buatan panitia ini, lambang garuda, diperkenalkan Soekarno kepada
seluruh masyarakat Indonesia pada 15 Februari 1950.
17: Soekarno pun Terguling
Patut untuk mencurigai, bahwa
Indonesiasebenarnya mengalami nasib yang tak jauh berbeda dengan Amerika
Serikat (AS), yakni sudah dicengkeram dengan erat oleh Yahudi melalui
Freemasonry dan gerakan Zionis Yahudi Internasionalnya. Hanya saja, jika
AS dijadikan sebagai basis pergerakannya untuk menguasai dunia,
sehingga negara itu dijadikan yang terhebat, bahkan sangat berpengaruh,
Indonesia sebaliknya.
Karena Indonesia hanya satu dari begitu
banyak negara di dunia yang mungkin saja hanya dijadikan sebagai lumbung
untuk mendapatkanincome sebanyak-banyaknya, maka seperti inilah yang
kita alami sekarang; tidak maju-maju, bahkan terpuruk akibat berbagai
persoalan yang datang silih berganti, seperti tak ada habisnya, namun
tak mampu diselesaikan hingga tuntas oleh pemerintah.
Kasus Freeport merupakan salah satu
kasus yang memilukan, karena meski cadangan tembaga yang terkandung di
bumi Tembagapura merupakan ketiga terbesar di dunia, dan cadangan
emasnya merupakan yang terbesar di dunia, kita nyaris tidak menikmatinya
sama sekali, mengingat saham pemerintah hanya 9,32%!
Anda yang belum tahu mungkin terkejut,
karena the founding father kita, Soekarno, ternyata juga seorang
keturunan Yahudi. Mengutip dari Dr. Abdullah Tal, seorang peneliti
muslim yang menulis artikel berjudul “Al Af’al Yahudiyah Fi Ma’aqalil
Islami’ yang diterbitkan Al Maktab Al-Islamy, sebuah media terbitan
Beirut, Herry Nurdi dalam buku “Jejak Freemason dan Zionis di Indonesia”
menyebut kalau Soekarno adalahketurunan Yahudi dari suku Dunamah, salah
satu suku Yahudi yang bermukim di Turki. Karena itu, Abdullah Tal tak
heran ketika Soekarno masih menjadi presiden, dia menerimakomunis
sebagai orientasi pembangunan negara dengan doktrin Nasakom (Nasionalis,
Agama, dan Komunis), dan tak heran pula jika Soekarno memenjarakan
sekian banyak kawan seperjuangannya yang berasal dari kalangan Islam,
seperti Muhammad Natsir, Dr. Sjahrir, Burhanuddin Harahap, Mohammad
Roem, dan lain sebagainya, serta membubarkan Masyumi.(Vita Fractnumulus)
Sayangnya, Herry tidak mendapatkan
sumber pasti tentang silsilah Soekarno, namun berhasil mendapatkan data
kalau ayahanda Soekarno merupakan seorang anggota Perkumpulan Theosofi
di Surabaya. Karena status ayahandanya inilah Soekarno dapat dengan
bebas memasuki perpustakaan Perhimpunan Theosofi di Surabaya, dan
membaca koleksi buku-buku di situ. Tentang hal ini, Soekarno pernah
berkata ; “Kami mempunyai sebuah perpustakaan yang besar di kota ini
(Surabaya) yang diselenggarakan oleh perkumpulan Theosofi. Bapakku
seorang Theosof, karena itu aku boleh memasuki peti harta ini, dimana
tidak ada batasnya buat seorang yang miskin. Aku menyelam lama sekali di
dalam dunia kebatinan ini. Dan di sana aku bertemu dengan orang-orang
besar. Buah fikiran mereka menjadi buah fikiranku. Cita-cita mereka
adalah pendirian dasarku …”
Dasar negara Indonesia, Pancasila,
termasuk salah satu hasil pemikiran Soekarno yang disampaikan dalam
sidang BPUPKI. Ketika pertama kali disampaikan, kelima dasar tersebut
adalah kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atauperikemanusiaan,
mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, danketuhanan. Ketika
menjabarkan tentang nasionalisme dan internasionalisme, Soekarno
mengatakan begini ; “Saya mengaku, pada waktu saya berumur 16 tahun,
duduk di bangku sekolah H.B.S di Surabaya, saya dipengaruhi seorang
sosialis bernama A. Baars, yang memberi pelajaran kepada saya. Katanya,
jangan berfaham kebangsaan, tetapi berfahamlah rasa kemanusiaan sedunia.
Jangan mempunyai rasa kebangsaan sedikit pun. Itu terjadi pada tahun
17. Tetapi pada tahun 18, alhamdulillah, ada orang lain yang
memperingati saya, ialah Dr. Sun Yat Sen! Di dalam tulisannya, “San Min
Chu I” atau “The Three People’s Principles”, saya mendapatkan pelajaran
yang membongkar kosmopolitanisme yang diajarkan A. Baars itu. Dalam hati
saya sejak itu tertanamlah rasa kebangsaan oleh pengaruh “The Three
People’s Principles”. Maka oleh karena itu, jikalau seluruh bangsa
Tionghoa menganggap Dr. Sun Yat Sen sebagai penganjurnya, yakinlah,
bahwa Bung Karno juga seorang Indonesia yang dengan perasaan hormat
sehormat-hormatnya merasa berterima kasih kepada Dr. Sun Yat Sen, sampai
masuk liang kubur”.
A Baars, menurut Herry Nurdi,
berdasarkan penjelasan Soekarno sendiri, adalah seorang penganjur Marxis
dan termasuk orang yang kemudian menumbuhkan benihkomunisme di
Indonesia. Bahkan dia menjadi anggota Partai Komunis Indonesiayang
didirikan Semaun dan Darsono. Sedang Dr. Sun Yat Sen adalah tokoh
Revolusi Tiongkok dan pendiri Partai Kuomintang. Besar kemungkinan Sun
Yat Sen juga seorang Freemasonry Cina yang pada 1912 mendirikan Tiongkok
Merdeka, karena seperti yang mungkin juga telah Anda ketahui, bahwa
teori komunisme, marxisme, dansosialisme, dicetuskan oleh Karl Marx,
seorang pemikir Yahudi pada abad 18. Dengan komunisme lah, serta
dukungan Freemasonry, Lenin berhasil menggulingkan kaisar Rusia, Tsar
Nicholas II, melalui revolusi pada Oktober 1917. Yahudi menciptakan
komunis untuk menjauhkan manusia dari agama.
Seorang ilmuwan lulusan Madina
University, Abdullah Pattani, pernah secara khusus menelaah lima dasar
yang dicetuskan Soekarno, dan menuliskannya menjadi sebuah artikel
berjudul ‘Freemasonry di Asia Tenggara’ yang dipublikasikan oleh Madinah
Al-Munawarah. Dalam artikel tersebut dinyatakan, bahwa ada kemiripan
antara lima dasar tersebut dengan dasar-dasar yang digunakan Zionis
sebagai ladasan gerakannya, dan konsep Sun Yat Sen, karena dasar-dasar
gerakan Yahudi adalah internasionalisme, nasionalisme, sosialisme,
monotheisme cultural, dan demokrasi. Sedang konsep Sun Yat Sen adalah
mintsu (nasionalisme), min chuan (demokrasi), danmin sheng (sosialisme).
Soekarno sendiri pernah memeras kelima dasar yang dicetuskannya hingga
menjadi tiga dasar yang dikenal dengan istilah trisila, yakni sosio
nasionalisme atau kebangsaan dan prikemanusiaan, sosio demokrasi yang
mencakup demokrasi dan kesejahteraan nasional, dan ketuhanan. Bahkan
trisila tersebut pernah diperas lagi hingga hanya menjadi satu sila,
yakni gotong royong.
“Jikalau saya peras yang lima menjadi
tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan
Indonesia yang tulen, yaitu perkataan gotong royong. Negara yang kita
dirikan haruslah negara gotong royong! Alangkah hebatnya! Negara gotong
royong!” ujar Soekarno.
Namun apapun dan bagaimanapun sepak
terjang Freemasonry di Indonesia, pada akhirnya membuat Soekarno gerah
dan pada.27 Februari 1961 presiden pertama RI itu mengeluarkan peraturan
yang dicatat dalam Lembaran Negara nomor 18 Tahun 1961 tentang
pelarangan aktifitas tiga buah organisasi yang terkait dengan organisasi
persaudaraan rahasia Yahudi itu, yakni Vrijmentselaren-Loge (Loge Agung
Indonesia) atau Freemasonry Indonesia, Moral Rearmemant Movement, dan
Ancien Mystical Organization of Sucen Cruiser (Amorc). Soekarno maupun
Sekretariat Negara tidak menjelaskan secara detil apa dasar pelarangan
tersebut, selain penjelasan bahwa ketiga organisasi itu dilarang karena
merupakan organisasi yang memiliki dasar dan sumber dari luar Indonesia
yang tidak sesuai dengan kepribadian nasional. Peraturan ini dikuatkan
oleh Keppres Nomor 264 Tahun 1962 tentang Pembubaran dan Pelarangan
Vrijmetselarij atau Freemasonry.
Lima tahun setelah Keppres ini keluar,
atau pada 1967, Soekarno terguling dari jabatan sebagai presiden, dan
digantikan oleh Soeharto. Pada 2000, atau 33 tahun setelah Soekarno
turun tahta, Presiden Abdurrahman “Gus Dur” Wahid mencabut Keppres nomor
264/1962 dan menggantinya dengan Keppres nomor 69 Tahun 2000 tanggal
23 Mei 2000. Sejak itu ketiga organisasi yang dilarang pada zaman
Soekarno, kembali aktif di Indonesia. Begitupula dengan
organisasi-organisasi Yahudi yang lain, seperti Liga Demokrasi, Rotary,
Divine Life Society, dan Organisasi Baha’i, karena menjadi resmi dan sah
untuk kembali eksis di Indonesia. Tak heran jika pernah berhembus isu
kalau Gus Dur termasuk salah satu kaki tangan Zionis di Indonesia.
Apalagi karena dia juga diketahui dekat dengan Israel.
18: Simbol-simbol Suci
Simbol atau lambang merupakan tanda
pengenal bagi sebuah organisasi. Bahkan karena simbol atau lambang,
orang dengan cepat mengetahui dan mengenali organisasi tersebut. Sebagai
sebuah organisasi,Freemasonry juga memiliki simbol. Uniknya, karena
organisasi ini bersifat tertutup dan rahasia, organisasi persudaraan
kuno bangsa Yahudi ini memiliki simbol lebih dari satu.Lambang jangkar
dengan penggaris sikuyang diposisikan sedemikian rupa seperti image
utama artikel bersambung ini, hanya satu di antaranya.
Keunikan Freemasonry yang lain adalah,
organisasi ini memiliki kode-kode agar antarsesama anggota dapat saling
mengenali, namun orang di luar organisasi ini takkan tahu. Mereka bahkan
memiliki tata cara pergaulan yang khas yang tidak dimiliki organisasi
lain yang non Yahudi.
Berikut simbol-simbol Freemasonry
tersebut yang datanya dicuplik dari buku ‘Knight Templar, Knight of
Christ” karya Rizki Ridyaswara.
F Lambang ini pasti telah sangat akrab
dengan Anda karena dapat R ditemukan pada uang kertas pecahan satu dolar
Amerika, dan telah A sering pula dibahas para pecinta teori Konspirasi.
Simbol ini Cberupa piramida dengan puncak terpisah dari badannya, dan
pada Tpuncak tersebut terdapat sebuah mata yang digambarkan tengah
Nmelihat ke segala arah. Bila Anda pernah berkunjung ke Ulodge-lodge
paraMason dimana pun di seluruh dunia ini, dan juga M ke sinagog yang
merupakan kuil tempat kaum Yahudi beribadah, Usimbol ini juga dapat
ditemukan.
LPiramid pada simbol ini
merupakanrepresentasi dari Piramid UCheops, kuburan Fir'aun yang
terbesar. Mengapa merepresentasikan Shal ini? Jawabannya adalah, ajaran
Kabbalah yang dianut Yahudi, termasuk pada Mason, merupakan ajaran yang
juga dianut para penyihir raja yang ditenggelamkan Allah di Laut Merah
tersebut. Sedang mata pada puncak piramid merepresetasikan Mata Dewa
Horus (Dewa Matahari), salah satu dewa yang disembah kaum Yahudi selain
Lucifer, raja iblis yang dianggap Tuhan oleh mereka.
Bukti bahwa Yahudi menganggap Lucifer
sebagai Tuhan, bisa dikaji dari tulisan Albert Pike, grand master
Illuminati pengganti Adam Weishaupt, dalam tulisan berjudul ‘Moral dan
Dogma’. Pada halaman 321 dan 567 tulisan tersebut terdapat kalimat yang
menyatakan bahwa Lucifer adalah Sang Cahaya Pembimbing dan Malaikat
Cahaya. Bahkan dalam tulisannya yang berjudul ‘The Lost Keys to
Freemasonry’ yang terbit pada 1979, pada halaman 48 Manly P. Hall,
seorang Mason, berkata, bahwa para Mason juga mempelajari berbagai
keterampilan tangan dan meyakini, bahwa hal tersebut sepenuhnya
dibimbing oleh tangan Lucifer.
Freemasonry meletakkan Mata Horus di
puncak piramida sebagai penegasan bahwa ‘Mata Tuhan’ melihat dan
mengawasi aktifitas mereka dan para ghoyim (non Yahudi), serta konsisten
untuk mencapai tujuan menguasai dunia. Simbol ini diputuskan untuk
diterakan pada uang satu dolar Amerika dan menjadi salah satu lambang
negara itu, pada 1776 dalam sebuah pertemuan rahasia yang
diselenggarakan para anggota Kongres Konstitusi Amerika yang di
antaranya merupakan seorang Mason dan tokoh Illuminati.
Ini lambing yang amat popular karena
lambang khas kaum Yahudi, namun juga digunakan oleh para Mason. Bila
Anda pernah mengosumsi minuman suplemen M150 atau permen bermerek
Goliath, Anda akan menemukan lambang berbentuk segi enam atau heksagram
ini. Lencana para sheriff di Amerika pun menggunakan lambang ini.
Bintang David bersumber dari segitiga
sama sisi yang diletakkan terbalik dan tumpang tindih. Lambang ini
merupakan lambang yang digunakan oleh Nabi Sulaiman (King Salomon)
semasa masih berkuasa, sehingga dapat dikatakan, bahwa lambang ini
merupakan cap seorang nabi dan merupakan simbol suci. Namun setelah
diadopsi Yahudi maknanya menjadi berbeda, karena menjadi
lambangpaganisme (penyembah berhala) bangsa Mesir Kuno. Di tangan
Freemasonry, maknanya pun berbeda lagi. Dalam artikel berjudul ‘Alegori
dan Simbol-simbol di Dalam Ritual Kita’, Mimar Sinan menulis begini;
“Sebuah segituga sama sisi dengan tiga
ujung yang sama jaraknya satu sama lain, menunjukkan bahwa nilai-nilai
sama. Simbol yang diadopsi oleh kaum Mason ini dikenal sebagai Bintang
David. Simbol ini merupakan sebuah segi enam yang terbentuk dari
peletakkan sebuah segitiga sama sisi terbalik di atas segitiga sama sisi
lain. Sebenarnya, asal usul symbol ini adalah dari Mesir Kuno. Emblem
ini pertama kali diciptakan oleh para Templar yang mulai digunakan
sebagai simbolisme pada dekorasi dinding di gereja-gereja mereka (Gereja
Yohanes Pembaptis atau Gereja Magdalena, atau mungkin juga Gereja Yesus
sebagai kamuflase). Ini karena mereka lah yang pertama menemukannya di
Yerusalem, beberapa fajta penting tentang agama Kristen. Setelah para
Templar disingkirkan, symbol ini mulai digunakan di sinagog-sinagog.
Namun di dalam Masonry, pengertian symbol ini bersifat universal
sebagaimana pada masa Mesir Kuno. Jika Anda hapus dasar dari kedua
segitiga sama sisi, Anda akan menemukan symbol aneh yang sangat Anda
kenal, yakni symbol Freemasonry: dua jangka berhimpitan bertolak
belakang”.
Simbol ini dapat ditemukan di pintu
masuk kuil-kuil atau gedung Masonik. Juga dalam buku-buku, majalah, dan
lain-lain yang diterbitkan para Mason. Biasanya di atas Pilar Kembar ini
dipahatkan atau diterakan kata “Jachin” dan “Boaz” yang
berartiestablish (mendirikan/menetapkan) dan strenght(kekuatan). Simbol
ini merupakan tiruan dari dua tiang yang ada di pintu masuk Haikal
Sulaiman (Kuil Salomon). Namun demikian, penggunaan simbol ini bukanlah
wujud penghargaan para Mason terhadap Nabi yang mampu berbicara kepada
binatang dan memerintah jin tersebut, melainkan sebagai penghormatan
bagi para dewa yang mereka sembah.
Mengenai hal ini, dalam tulisannya yang
berjudul ‘Alegori dan Simbol-simbol dalam Ritual Kita’, Mimar Sinan juga
menulis begini; “Di Mesir, Horus dan Set merupakan arsitek kembar dan
dianggap penopang langit. Bahkan begitu juga Bacchus di Thebes. Kedua
tiang di dalam lodge kita berasal usul dari Mesir Kuno. Salah satu tiang
ini berada di selatan Mesir, di kota Thebes; yang lainnya berada di
utara Heliopolis. Di pintu masuk kuil Amenta yang dipersembahkan untuk
Ptah, dewa kepala Mesir, disebutkan dua tiang, dinamai kecerdasan dan
kekuatan, yang didirikan di depan gerbang masuk keabadian”.
Tulisan ini menguatkan, bahwa penggunaan Pilar Kembar oleh Freemasonry adalah untuk menghormati para dewa yang mereka sembah.
Obelisk
Simbol ini diambil dari salah satu gaya
arsitektur Mesir Kuno. Aslinya berbentuk menara tinggi dengan posisi
tegak lurus menjulang ke langit dan dihiasi sebuah piramid pada
puncaknya. Oleh para Mason, puncak menara ini dikreasikan sedemikian
rupa sehingga berbentuk kerucut dan tidak secara tegas membentuk
piramid.
Obelisk antara lain dapat ditemukan di
New York, London, Paris, dan Jakarta yang kita kenal dengan nama Monas.
Simbol ini umumnya dibangun menghadap gedung atau pusat kekuasaan
sebagai cerminan dari ‘kejantanan’ dan ‘kekuatan’, seperti halnya Monas
yang menghadap ke Istana Negara. Obelisk juga berdiri kokoh di
tengah-tengah lapangan Katedral Saint Peter, pusat tahta suci Vatikan.
Obelisk merupakan simbol paganisme,
karena simbol ini dianggap sebagai lambang kesucian Dewa Matahari, ritus
penyembahan, kekuatan, dan lambang keperkasaan (maskulinitas).
Lambang berupa lingkaran dengan titik di
tengahnya ini merupakan bagian dari kepercayaan satanisme(okultisme)
yang terkait dengan organ kewanitaan, dan merupakan ‘pasangan’ Obelisk
yang melambangkan maskulinitas. Dalam tulisan berjudul ‘Point Within
Circle’ yang diterbitkan Masonic Short Talk Bulletin edisi Agustus 1931
disebutkan, simbol ini merupakan ritus suci dimana hubungan seksual
menjadi salah satu menunya.
Selain itu, dalam Short Talk Bulletin
edisi Februari 1936, seorang Mason derajat 33 bernama Albert Mackey
menyebutkan, bahwa lambang ini merupakan bagian dari kepercayaan kepada
Lucifer. “Sebuah titik yang berada di tengah lingkaran merupakan lambang
yang sangat penting dan suci bagi Freemasonry … Bagi yang mengerti dan
meyakininya, symbol ini sungguh-sungguh indah dan menakjubkan, karena
menggambarkan suatu bentuk upacara penyembahan terhadap Dewa Matahari.
Lambang ini sendiri disebut sebagai Phallus (organ kelamin laki-laki).
---
Wahai saudara-saudaraku, sadar dan waspadalah ...."Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (QS al-Anfal 8:73)
Hello viewers... Are you a good musician or a business man or as well any worker and you need excess of money and you also want to become famous and wealthy here is your chance to become a member of the Illuminati and become a star in your life. if really you are interested in becoming a full member of the Illuminati don't hesitate to email us or call and we also want you to know that there is nobody that is to determine your future because your future is right in your hands so join us now and become a responsible human being okay, so email us now if interested in becoming rich and powerful email her now at : thegreatilluminatitemple0@gmail.com > or call mrs jennifer frankly on +2347060886336 or add us on whatsapp via same number.
BalasHapusPosting Komentar