HUBUNGAN AGAMA KRISTEN DAN YAHUDI




Sebagian dari kita mungkin masih ingat dengan Unggun Dahana, sosok yang kurang lebih dua tahun silam menggagas perayaan hari kemerdekaan Israel di Jakarta (09/04/2011). Sebagai penganut Kristen di Indonesia, afiliasi dan afeksi Unggun terhadap Israel membuat kita bertanya-tanya. Pertanyaan ini dilandasi oleh stigma yang diberikan kaum kristiani pada umumnya bahwa kaum Yahudi telah menyangkal Isa a.s sebagai anak Tuhan dan melakukan pembunuhan terhadapnya. Konflik sejarah dan keyakinan yang telah berlangsung lama ini seolah menemukan titik balik yang unik, ketika muncul orang-orang seperti Unggun Dahana. Kristen, tapi mensupport Yahudi untuk demi berdirinya negara Israel.

Di Amerika Serikat, gerakan ini sudah bukan barang aneh. Gerakan yang dikenal dengan Christian Zionism ini berkembang secara pesat dengan pengaruh yang kuat karena dukungan media dan politik.

“For 25 almost 26 years now, I have been pounding the evangelical community over television. The Bible is a very pro-Israel book. If a Christian admits “I believe the Bible,” I can make him a pro-Israel supporter or they will have to denounce their faith. So I have the Christian over a barrel, you might say” – John Hagee (Christian United for Israel)
“Selama hampir sekitar 26 tahun, saya telah menyeru pada komunitas Evangelis melalui televise. Bible adalah buku yang sangat pro-Israel. Jika seorang Kristen mengatakan “saya mempercayai Bible”, maka saya dapat membuatnya menjadi supporter pro-Israel atau dia harus mencabut imannya. Anda dapat mengatakan bahwa saya mengontrol orang-orang Kristen”

Akar Sejarah
Cikal bakal gerakan Christian Zionism dapat dilacak pada awal abad ke 19, ketika ide-ide romantisme tentang Jerusalem meningkat di barat akibat dari perang Napoleon di timur tengah, surutnya Ottoman dan maraknya buku-buku yang ditulis  oleh para peziarah yang berkunjung kesana.

Berawal dari misi politik seorang Evangelist bernama Earl dari Shaftesbury yang ingin memantapkan dominasi Inggris sekaligus melindungi kaum Protestan di Jerusalem (Katolik dilindungi Prancis dan Ortodoks dilindungi Rusia), Ia mempromosikan perlindungan terhadap kaum Yahudi yang masih tinggal di Jerusalem, sekaligus berusaha mengkristenkan mereka.

Sebagai seorang Evangelist fundamentalis, Earl memiliki impian apokaliptik yang kuat tentang kedatangan kedua Jesus yang hanya dapat dicapai lewat pengembalian kaum Yahudi ke Jerusalem dan mengkristenkan mereka, Ia juga berperan dalam mendirikan Jews Society  di Inggris pada tahun 1808 yang berfungsi sebagai penyebar ide-ide apokaliptik Kristen Evangelist.

Sementara di Amerika Serikat (1862-1877), muncul John Nelson Darby yang membawa ide dipensationalism (mempercayai ramalan Bible sebagai kenyataan masa depan yang harus diwujudkan) kedalam Evangelicalism.

Akar Ideologi
Secara umum, Christian Zionism adalah ideology yang lahir dari percampuran kepentingan politik dan penafsiran yang kaku terfokus pada teks-teks Bible yang berkaitan dengan kejadian akhir zaman. Ideologi ini tumbuh subur dalam Evangelicalism (salah satu gerakan dalam Kristen Protestan) yang memang concern terhadap ramalan –ramalan Biblikal.

Kepercyaan ini berpendapat bahwa kedatangan kedua Jesus untuk menyelamatkan kaum Kristen  hanya dapat dicapai lewat pengembalian orang-orang Yahudi ke Jerusalem, Palestina. Dan dengan lantang, para pembela Kepercayaan ini akan mengatakan bahwa siapa saja yang menentang usaha mereka sama dengan menentang nubuat dari Tuhan.

Dalam konsepsi bangsa yang “terpilih”, Christian Zionism menjelaskan bahwa ada dua bangsa yang “terpilih”. Pertama adalah bangsa duniawi (Yahudi dengan Israelnya) dan bangsa langit (Kristen dengan Kerajaan Tuhan).

Politik dan Aksi
Karena memiliki akar kepentingan politik, Christian Zionism ini tidak berhenti hanya di penyebaran ide semata, mereka juga sangat aktif dalam pergerakan politik praktis. Deklarasi Balfour, peningkatan wilayah pendudukan oleh Israel di tanah Palestina, dan beberapa perang timur tengah adalah hasil dari tekanan dan lobby-lobby politik mereka. Gerakan ini memiliki basis yang kuat di Partai Republik Amerika Serikat, yang memang dikenal sebagai sentral berkumpulnya senator-senator Evangelist fundamentalis.

Using fundamentalists suffused with Christian Zionism as political tool to rally support for an imperial policy in Middle East was an adroit move. Since a crusade against ‘Babylon’ appealed powerfully to Christian Zionist, George W. Bush and his advisor could count upon them to provide political support for war in Iraq.
– Dark Crusade; Christian Zionism and US Foreign Policy (Clifford A. Kiracofe)

Yang menjadi pertanyaan besar bagi kita semua, akankah gerakan Christian Zionism ini tumbuh di Indonesia? 

(Baca juga : Mantan PM Malaysia Mahathir Mohammad : Konspirasi Yahudi di Asia)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama