Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata,
“Tahun ibarat pohon. Bulan ibarat
cabangnya. Hari ibarat rantingnya. Jam ibarat daunnya. Nafas ibarat buahnya.
Barangsiapa yang hela nafasnya untuk ketaatan pada Allah, maka hasil dari
pohonnya adalah buah yang baik. Barangsiapa yang hela nafasnya untuk maksiat,
maka buahnya adalah hanzholah (buah yang
pahit). Setiap orang akan memetik buah dari hasil usahanya pada hari kiamat
nanti. Ketika dipetik barulah akan ia rasakan manakah buah (hasil) yang manis
dan manakah yang pahit.
Ketahuilah bahwa ikhlas dan tauhid
akan menumbuhkan tanaman dalam hati, memunculkan cabang dalam amalan dan
menghasilkan buah kehidupan yang baik di dunia dan kenikmatan yang abadi di
akhirat. Sebagaimana pula buah di surga tidak mungkin seseorang terhalang untuk
memperolehnya, begitu pula dengan buah dari ikhlas dan tauhid di dunia.
Sedangkan syirik, perbuatan dusta
dan riya’ akan menumbuhkan tanaman dalam hati dan menghasilkan buah di dunia
berupa rasa takut, khawatir, sedih, sempitnya hati dan kelamnya hati. Sedangkan
di akhirat ia akan merasakan makanan yang tidak menyenangkan dan adzab yang
pedih.
Inilah dua pohon yang dimisalkan
Allah dalam surat Ibrahim.” –Demikian faedah berharga dari Ibnul Qayyim-
Surat Ibrahim yang dimaksudkan
oleh Ibnul Qayyim adalah pada ayat berikut:
أَلَمْ
تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ
مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي
السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ
حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ
لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25) وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ
مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ
(26)
“Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang
baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan
perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut
dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.”
(QS. Ibrahim: 24-26)
Semoga Allah memberikan kita buah
terbaik dari hasil amalan kita yang selalu ikhlas dan mentauhidkan-Nya.
Faedah ilmu dari kitab Al Fawaid,
Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 158, Darul ‘Aqidah, cetakan pertama, 1425 H.
Posting Komentar