Alam Bawah Sadar Menurut Sigmund Freud


Esensi dari psikoanalisis, yang didirikan oleh Sigmund Freud (1856-1939), adalah "Alam-bawah-sadar (Unconscious)"

Kita telah terbiasa untuk berpikir bahwa setiap ide laten disebut demikian karena ide itu lemah dan akan tumbuh menjadi sadar segera setelah menjadi kuat. Kita sekarang telah memperoleh pendapat kuat bahwa ada beberapa ide laten yang tidak menembus ke dalam alam sadar, betapapun kuatnya ide-ide laten ini. Oleh karena itu, kita menyebut ide-ide laten ini dengan tipe pertama pra-sadar, sementara kita menyimpan istilah Alam-bawah-sadar untuk tipe selanjutnya yang akan kita pelajari dalam mater tentang gangguan-gangguan mental dan emosional (neurosis). 

Sigmund Freud: "A Note on the Unconscious in Psychoanalysis" (1912)

ESENSI dari psikoanalisis, yang didirikan oleh Sigmund Freud (1856-1939), adalah "Alam-bawah-sadar (Unconscious)". (Saya mengikuti penggunaan standar penulisan dengan U [huruf besar] untuk menuliskan kemampuan kesadaran). Sebuah hiruk-pikuk dari banyak sekali ide berbahaya yang bersifat kejiwaan, Alam-bawah-sadar ini yang menjadi penyebab dari semua masalah kita. Alam-bawahsadar adalah bagian dari sang diri, diri kita yang lebih baik terlupakan. Ada yang tersingkap saat kita membuat suatu "keselipan Freudian (Freudian slip)" - adalah kebenaran yang kita harapkan untuk tidak menyatakan diri, sebuah kebenaran yang kita bahkan tidak menyadarinya. Alambawah-sadar ini membimbing mimpi-mimpi kita, menghadirkan hasrat-hasrat terlarang dan mengganggu kita dengan teror. Alam-bawah-sadar ini bukanlah sesuatu yang mengenakkan.

Freud tidak menemukan Alam-bawah-sadar; ia hanya mengisinya melalui penyesuaian-penyesuaian dengan masanya. Istilah ini banyak menjadi bahan perbincangan bebas dalam disiplin psikologi dan filsafat abad kesembilan belas, meskipun beberapa filsuf menolaknya seolah alam bawah-sadar adalah gagasan yang tak masuk akal. Pikiran, mereka berargumen, adalah sama saja dengan kesadaran; tidak ada yang seperti sebuah "pikiran tak sadar" karena jika tidak bersifat sadar, maka pikiran itu bukan sebuah pikiran dan selanjutnya tidak eksis.

Freud, yang telah menggunakan hipnosis, histeria, dan mimpi-mimpi, meminta pengecualian tentang hal ini. Katakanlah seorang pasien yang dihipnotis, diberi sebuah perintah, dan kemudian tersadar. Beberapa waktu kemudian, dia membawa perintah ini, tetapi tidak tahu mengapa demikian. Bagaimana ini menjadi mungkin, tanya Freud, kecuali bahwa terdapat sugesti hipnotis yang eksis dalam pikiran, tetapi berada di luar kesadaran?

Hal ini bukan sesuatu yang sangat baru. Kontribusi nyata Freud adalah menunjukkan dua jenis pikiran bawah sadar yang berbeda. Yang pertama adalah yang oleh banyak psikolog disebut sebagai "Alam-bawah-sadar" jenis ini-seperti nomor telepon yang setengah terlupa dan nama-nama dari orang yang Anda temui di pesta-pestayang bertempat tinggal tepat di bawah level kesadaran, sedang menunggu untuk melompat menuju pikiran. Yang kedua-seperti trauma-trauma dari masa kanak-kanak dan hasrat-hasrat yang tabu-berada di lapisan yang lebih dalam dan secara aktif ditentang dan dilawan oleh pikiran sadar. Freud menyebut jenis pemikiran yang pertama ini sebagai "pra-sadar" dan menyebut yang kedua sebagai pikiran "Alam-bawah-sadar" yang disimpan.

Sebagai orang yang telah dibesarkan dalam tradisi mekanistik dari perkembangan sains abad kesembilan belas, Freud membayangkan pikiran sebagai sejenis mesin yang penuh dengan energi psikis. Tulisan-tulisan awalnya terutama bertaburkan istilah-istilah seperti "tekanan", "energi", "dinamik", dan istilah-istilah lain yang meminjam dari disiplin ilmu Fisika, yang membuat pikiran terlihat seperti sepotong mesin hidrolik. Dalam teorinya yang paling awal, "Alam-bawah-sadar" adalah wilayah mental yang paling gelap dan paling dalam, yang didiami oleh ide-ide yang secara giat berupaya keras untuk menjangkau permukaan kesadaran. Pikiran sadar, pada gilirannya, menggunakan energi untuk menahan atau "menekan" pikiran-pikiran tak sadar ini. Pikiran ini diperlakukan sebagai sebuah objek yang solid dalam ruang bersama dengan "wilayah-wilayah" dan "perbatasan-perbatasan", sebuah topografi yang mempunyai kemampuan untuk ilustrasi (Freud menyukai diagram-diagram). Relasi-relasi dinamis antara dua wilayah utama ini — Alam-bawah-sadar dan "Pra-sadar-Sistem sadar"-menghasilkan peristiwa-peristiwa psikis. (Freud sendiri merasa agak sedikit malu dengan materialisme yang mewarnai teorinya yang paling awal, tetapi ia telah menjadi penanda atas kelahiran psikoanalisis).

Misalnya, mimpi-mimpi yang dihasilkan (hampir seperti suatu proses kimiawi) ketika hasrat-hasrat tak sadar yang mendalam-lebih kuat yang menunjuk pada masa kanak-kanak yang bercampur dengan "residu" pra-sadar dari masa sekarang. Akan tetapi, Alam-bawah-sadar tidak dapat sepenuhnya muncul bahkan dalam mimpi-mimpi, begitu efektifnya represi pikiran yang sangat protektif. Ketika mereka bercampur dengan residu-residu pra-sadar, atau ketika mereka berjuang ke dalam fantasi-fantasi sadar, pikiran-pikiran tak sadar harus melewati suatu transformasi untuk dapat menghindari penyensoran. Freud me. mutuskan bahwa terdapat dua mode transformasi: "kondensasi" dan "pemindahan (displacement)".

Kondensasi (pemadatan), yang ekuivalen dengan sejenis logika tak sadar, mengemas suatu konstelasi dari ide-ide atau hasrat-hasrat yang direpresi ke dalam satu tema makna yang tersembunyi (sesuai dengan pembacaan sandi psikoanalitik). Pada sisi lain, pemindahan (displacement), melangsir "energi" psikis yang terpaku dan terikat dalam pikiran-pikiran tak sadar di atas ide-ide yang lebih aman dan dapat diterima sampai kepada rantai asosiasi-asosiasi. Pemindahan (displacement), dalam pandangan Freud, menjelaskan banyak perilaku neurotik-yaitu, perilaku yang banyak energinya diarahkan menuju yang tampaknya sebagai sesuatu yang relatif tidak penting.

Bagaimanapun juga, Freud menyadari bahwa model topografis tentang psike ini mempunyai cacat logika yang fatal sifatnya. Jika bagian yang sadar dari pikiran ini dalam keadaan direpresi, maka tindakan represinya ini seharusnya menjadi sadar. Akan tetapi, dalam kenyataan, kita tidak sadar terhadap tindakan merepresi atau menentang Alambawah-sadar, atau hal yang sedang kita kondensasikan, pindahkan, dan jika tidak demikian, kita menyensornya. Singkatnya, terdapat suatu bagian dari kesadaran yang ia sendiri tidak sadar: bagian yang direpresi. Bagian yang sadar ini tidak dengan sendirinya direpresi, atau akan menjadi bagian dari Alam-bawah-sadar. Yaitu, ketika segala yang direpresi bersifat tak sadar, bukan segala yang tidak sadar itu direpresi.

Atas kesimpulan ini, Freud mengetahui dia perlu untuk mengembangkan suatu peta pikiran yang lebih baik. Hasilnya telah digambarkan dalam permulaan pembahasan kita tentang EGO, ID, DAN SUPER-EGO.

Penulis : Michael Macrone

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama