Ada fakta unik mengenai jatidiri Obama yang tidak kita ketahui semua. “Buku Kenang-kenangan Freemasonry di Hindia Belanda 1767-1917” yang diterbitkan atas prakarsa tiga loge besar di Jawa menyatakan bahwa sekolah di Jalan Besuki (besukiweg) tempat Obama belajar dahulu dimiliki oleh freemasonry. SDN Menteng 01 atau akrab dengan sebutan SDN Besuki kala itu berada di bawah naungan Carpentier Alting Stiching, sebuah Yayasan miliki Freemason yang memiliki perhatian dalam bidang pendidikan.
Carpentier Alting Stiching: Yayasan
Freemason
Menurut Arta Wijaya, dalam bukunya “Jaringan
Yahudi di Nusantara” (Pustaka Al Kautsar: 2010) Albertus Samuel Carpentier Alting
(1837-1915) adalah tokoh masonik yang berada dibalik pendirian sekolah tersebut
pada tahun 1902. Kala itu AS. Alting masih melakukan inisiasi tentang
pendidikan dengan mendirikan Sekolah Menengah khusus bagi wanita (Hoogere
Burgere School/HBS), yang merupakan usaha pendidikan pertama di Hindia Belanda.
Jenjang waktu tempuh pendidikan HBS kala itu masih tiga tahun dan sempat
mengalami kendala karena kekosongan pendaftar.
Reputasi Alting sebagai seorang pendidik
membuatnya terlibat dalam mendirikan berbagai sekolah di dataran Jawa. AS.
Alting sendiri adalah alumnus teologi di Universitas Leiden dan memiliki
pengaruh kuat dalam jajaran Freemasonry di Hindia Belanda. Selain sebagai
pendidik, AS. Alting juga tersohor sebagai pendiri Majalah Mason Hindia dan
Loge Agung Provinsial Hindia Belanda serta menjabat Wakil Suhu Agung untuk
Hindia Belanda.
Seiring berjalannya waktu, AS. Alting kemudian
mendirikan sebuah yayasan yang dinamakan Carpentier Alting Stiching atau
disingkat CAS yang bernaung di bawah Ordo Freemasonry Hindia Belanda atau kala
itu disebut Ordo van Vrijmetselaren Nederlansche Oost Indie. Lembaga-lembaga
pendidikan dibawah yayasan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal sekolah
tempat Obama mengenyam pendidikan, sekaligus menunjukkan bagaimana visi Alting
ke depannya.
Bukti-bukti itu bisa kita lihat jika berkunjung
ke situs CAS http://cas-reunisten.nl/index.htm. Ketika membuka situs tersebut,
kita akan dihadapakan langsung pada gambar sekolah di Jalan Besuki tempo dulu.
Pada sekolah-sekolah yang diangun AS. Calting diterapkan semngat inklusif dan
pluralisme. Sekolah ini tidak mengenal perbedaan agama, semua masyarakat dari
segala jenis agama dipersilahkan untuk menimba ilmu.
Lambat laun kerja keras Alting membumikan
pendidikan Belanda yang kental nuansa masonik semakin menorehkan kesuksesan.
Dalam buku Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat Hindia Belanda 1764-1962 (Sinar
Harapan: 2004), T.H Stevens menyatakan bahwa CAS pada tahun 1952 telah
mendapatkan reputasi besar di kalangan Freemasonry.
Yayasan Freemasonry ini mengoleksi lebih dari
1.500 murid yang terbagi dalam Lyceum dengan Middelbare Meisjes School (sekolah
menengah untuk perempuan), sebuah Uitgebreid Lager Onderwijs (sekolah menengah
pertama) dan tiga sekolah dasar. Para murid merasa senang mengunjung CAS salah
satunya dikarenakan model sistem pendidikan modern dan sangat berkiblat ke
Barat.
Nono Anwar Makarim, salah seorang pengacara
senior pernah menceritakan bagaimana pengalamannya belajar di Carpentier Alting
Stichting pada tahun 1958 yang amat bergaya Eropa. Sepeti dikutip Pusat dan
Data Analisa Tempo, Nono mengatakan, ”Sejak kecil saya berdiri di dua kultur
yang berbeda, satu kaki pada kultur Barat, satu lagi berpijak di kultur Timur.
AS. Carpenter Alting dan Perannya
Menyebarkan Faham Freemason
Pengalaman Alting melanglang buana ke dataran
Nusantara sebagai tokoh penting freemason tidak bisa dianggap sepele. Ia rajin
berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya demi melebarkan sayap freemason.
Menurut Arta Wijaya, AS. Alting pertama kali menginjakkan kaki di tanah
nusantara di kota Padang. Ia kemudian bergabung menjadi anggota Loge matahari
dan terlibat mendirikan Perkumpulan Pengurusan Yatim Piatu dan Padang Frobel
School yang dibuka pada tahun 1889.
Dari Padang, AS. Alting kemudian dipindahkan ke
Buitenzorg dan memegang peranan berpengaruh dalam tubuh Buitenzorg Maconniek
Societiet (Perkumpulan Mason Bogor). Perkumpulan ini kemudian meretas
berdirinya Loge Excelsior pada 1891 di kota tersebut.
Lama mengenyam diri di Bogor, selanjutnya AS.
Alting masih melanjutkan pengembaraannya dengan hijrah ke Semarang pada kurun
waktu 1895. Menurut catatan Wikipedia, nama AS. Alting tercatat sebagai pendeta
di Gereja Blenduk yang kini terdapat di Jl. Letjend. Suprapto 32 Semarang
dengan nama Gereja GPIB Immanuel. Gereja Kristen ini adalah gereja tertua di
Jawa Tengah. Ia dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada
tahun 1753. AS. Alting sendiri kemudian aktif berkhotbah di Gereja ini pada
durasi 1895-1897.
Alumni CAS dan Riwayatnya kini
Kisah sukses CAS membumikan pendidikan Belanda,
membuat para alumninya berinisiatif untuk mendirikan yayasan CAS-Relinisten
untuk mengenang masa-masa mereka sekolah dulu. Bahkan tepat ketika pada tanggal
3 September 1977, telah sukses diadakan peringatan 75 tahun berdirinya cikal
bakal CAS pada tahun 1902. Acara tersebut sendiri dilakukan dalam suatu
pertemuan besar dengan melibatkan sejumlah alumni dan elemen-elemen terkait di
Gedung Konser di Den Haag.
Hal yang patut dicatat adalah bahwa dalam reuni
tersebut, Atase Militer kedutaan besar Indonesia meberikan kata sambutan dengan
menekankan bahwa CAS di Indonesia telah menjalankan suatu fungsi yang amat
penting. Dan hasil reuni itu kemudian dirumuskan dalam bentuk buku kenangan
berjudul Gedenkboek 1902-1977 (Buku Peringatan 1902-1977) yang dilengkapi
dokumentasi album foto sehingga memberikan kesan berarti.
Saat pemerintah Indonesia, mengeluarkan Keppres
Nomor 264 tahun 1962 yang membubarkan dan melarang Freemasonry beserta segala
organisasi derivatnya, nasib kegiatan di sekolah ini sempat terkatung-katung.
Kehadiran CAS yang terendus kuat memiliki misi Freemasonry membuat mereka sibuk
memutar kepala. Namun waktu tidak memberi mereka peluang banyak untuk bernafas
hingga akhirnya kegiatan di sekolah ini tidak lagi aktif tak lama setelah
Keppres itu dikeluarkan.
Sebenarnya Raden Said Soekanto, Kepala Kepolisian
pertama RI sudah mengendus akan terjadinya pembubaran CAS pada tahun sebelum
kepres itu dikeluarkan. Soekanto yang juga kader inti freemason telah mengatur
strategi untuk meneruskan roda perjalanan sekolah ini dengan cara mengganti
nama Yayasan Carpentier Alting menjadi Yayasan Raden Saleh pada tahun 1958.
Namun seperti yang sudah dikisahkan sebelumnya,
sejarah CAS di bawah pimpinan Indonesia hanya berlangsung singkat. Kala itu
Yayasan Raden Saleh mengambil alih anggaran dasar CAS dan memberlakukan
peraturan bahwa mayoritas anggota pengurus haruslah merupakan kader freemason
tulen. Akhirnya banyak anggota-anggota pengurus baru berasal dari loge Jakarta
“Purwa Daksina”.
Ketua pengurus sendiri dipimpin oleh Soekanto.
Sedangkan R. Sumitro Kolopaking dan R. Soerjo memangku jabatan wakil-wakil
ketua. Adapun M. Soendoro, yang zaman itu memangku jabatan Sekretaris Agung
Loge Agung Indonesia, diamanahkan untuk mengisi posisi sekretaris.
Dalam buku “Satu Tahun Pendidikan Nasional
Jajasan Raden Saleh”, yang dikeluarkan pada bulan Juli 1959, kita bisa menengok
segala kenangan yang tersimpan mengenai sekolah ini. Dari data laporan pada
tahun 1958 sampai 1959, Yayasan Raden Saleh tercatat mengelola dua sekolah
dasar, yakni Taman Kanak-Kanak, dan dua sekolah menengah, yaitu sebuah SMP dan
sebuah SMA.
Namun pada tahun itu hanya tinggal sedikit murid
Belanda ikut mengenyam pendidikan bersama Yayasan Raden Saleh. Tercatat dari
sekitar 450 murid yang mengikuti pendidikan bersama Yayasan Raden Saleh alias
jelmaan CAS pada kurun waktu 1958-1959 85 orang mempunyai nama keluarga Belanda
dan sisanya berasal dari aseli Indonesia.
Th Stevens menjelaskan bahwa pada dasarnya
Yayasan Raden Saleh kala itu tidak jauh berbeda dengan pendahulunya. Yayasan
Raden Saleh sebagai penerus CAS, selalu menerapkan prinsip masonik tentang
manusia dan masyarakat hingga akhirnya usaha ini terhenti oleh karena
perkembangan politik pada awal tahun-tahun enam puluhan.
Pada masa kini dapat disaksikan bahwa di tempat sekolah-sekolah Carpentier Alting dahulu, di Koningsplein Oust (sekarang Medan Merdeka Timur) terdapat lembaga dengan pendidikan Ianjutan.
Namun sekolah ini, menurut Th Stevens, tidak ada
kaitannya dengan landasan semula. Terlebih saat ini sekolah yang didirikan
freemason itu telah berubah fungsi menjadi Gedung Galeri Nasional Indonesia
yang terletak di Jalan Medan Merdeka Timur No. 14. Jakarta Pusat lengkap dengan
catatan kelam sejarahnya.
Posting Komentar